03. First day of work

536 44 0
                                    

Sepulang sekolah, Arin sudah membawa kamera miliknya dan Wilona sudah menunggu di belakang gudang tempat mereka bertemu sebelumnya.

"Lo kenapa nunggu disini, sih? Kaya mau ngapain aja."

"Gue gamau keliatan ngobrol sama Lo." Balas Wilona.

"Dih?! Gue ju..."

"Jadinya gimana ini ide Lo?" Sebelum Arin membalas perkataannya, Wilona lebih dulu mengajukan pertanyaan pengalih.

Arin menjelaskan bagaimana mereka akan menyewa studio yang nantinya digunakan setiap weekend. Untuk weekday, mereka akan mencari customer dan mempromosikan foto mereka.

"Lo coba foto gue, deh." Ucap Arin menyerahkan kameranya pada Wilona.

Wilona tanpa ragu mengarahkan kamera dan menekan shutter membuat flash menyala dan mengambil gambar Arin.

"Damn... Fotoan Lo jelek banget!?" Ucap Arin dengan menertawakan hasil jepretan Wilona.

"Udahlah! Yang penting ada fotonya, kan?"

"Ya kalo gitu gabakal ada pelanggan!!"

"Ganti kerjaan aja deh!!"

"Mau ganti apa?"

Dihadapkan dengan pertanyaan Arin, Wilona mengunci mulutnya rapat-rapat.

Arin menyarankan agar Wilona saja yang menjadi model dan Arin akan menjadi fotografernya.

"Nggak ah!! Gue gabisa!" Wilona menolak keras perintah itu.

"Lo gapunya pilihan, Wilona." Ucap Arin sembari tersenyum mengejek.

Dengan terpaksa lagi, Wilona harus mengerjakan apa yang Arin inginkan. Dia yang tidak suka foto selfie, bagaimana bisa dia berpose untuk model promosi.

Tapi secara ajaibnya, seminggu kemudian Arin mampu mengarahkan Wilona sesuai keinginannya dan menjadikan Wilona seperti model profesional.

"Oke, nice! Sekarang Lo ganti baju yang ini." Ucap Arin mengecek hasil foto yang ia ambil.

Tanpa berpindah ke ruang ganti, Wilona melepas kaos lengan panjangnya dan menyisakan crop top tanpa lengan.

"Wilona!! Lo ngapain!?" Teriak Arin kaget sembari memalingkan wajahnya.

"Ganti baju. Mana bajunya?"

"Ada yang namanya ruang ganti, Wil!!" Arin menunjuk sebuah baju dengan desain unik yang penuh tali.

Arin masih memalingkan wajahnya, melanjutkan memeriksa hasil foto sebelum Wilona memanggilnya secara tiba-tiba.

"Kok gitu?" Ucap Arin merespon panggilan Wilona.

Wilona menggunakan baju itu salah dan membuatnya terlihat tidak nyaman di dalamnya.

Arin meletakkan kameranya dan mendekat.

"Tangan kanan Lo, angkat!" Ucap Arin.

Sudah setengah mengangkat tangannya, tiba-tiba Wilona tersadar, "hah?! Lo mau ngapain??" Wilona mendekap tubuhnya dan mundur selangkah.

"Dih, otak lu jorok! Gue mau benerin baju, Lo!"

Arin menarik Wilona kembali mendekat dan mengangkat tangan kanannya. Ia lepas beberapa tali yang tidak terikat dengan benar dan mengikatnya pada posisi yang benar.

Wilona menghadap ke sisi lain, menyembunyikan wajahnya yang entah bagaimana memerah karena malu. Sebelumnya tidak ada yang pernah menyentuhnya seperti ini.

"Nah, gini." Ucap Arin berdecak puas pada model yang ia tata.

"Udah! Turunin tangan Lo." Arin memiringkan kepala dan tubuhnya guna memeriksa Wilona yang masih menghadap ke arah lain.

Dengan salah tingkah, Wilona menurunkan lengannya dan kembali ke depan background.

Sesi foto berlanjut hingga jam menunjukkan pukul 8 malam.

Setelah seminggu lalu sepakat untuk memulai bisnis photography, keduanya mempromosikan bisnis ini di sosial media. Tanpa diduga, ternyata beberapa start up ingin menggunakan jasa mereka. Mungkin karena sebelumnya Arin pernah bekerja sebagai model, orang-orang lebih tidak ragu menaruh kepercayaan.

Keberhasilan awal mereka memang tidak terduga, tapi kemampuan Wilona menjadi model juga tidak disangka-sangka.

"Apa gue bilang, Lo tuh bisa jadi model." Ucap Arin menunjukkan hasil fotonya.

"Apaan, sih??"

"Marah-marah mulu, cepet tua Lo!!" Cerca Arin usai mendengar reaksi Wilona.

Wilona sebenarnya tidak tau harus bereaksi seperti apa, dipuji pada sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Ia jadi salah tingkah dan akhirnya mengatakan apa saja yang ada.

"Gue capek, cepetan beres-beres." Wilona mulai membereskan peralatan make-up dan baju-baju yang tadi ia kenakan.

"Ini biar gue aja." Ujar Arin merebut peralatan kamera yang sedang dibereskan Wilona.

Keduanya berakhir pulang hampir di jam 9 malam setelah membereskan semua peralatan dan mengunci studio.

"Besok gue agak telat. Jadi Lo pegang kuncinya." Arin melempar kunci itu pada Wilona yang akhirnya kalang kabut menangkapnya.

"Bye, Wilona." Ucapnya sembari tersenyum.

Setelah hampir seminggu selalu bersama, Wilona menyadari kalau Arin orang yang lebih banyak bicara ketika mereka hanya berdua. Dia juga merasa dirinya jadi lebih menurut pada gadis itu, benar-benar pesona yang aneh.












































 Dia juga merasa dirinya jadi lebih menurut pada gadis itu, benar-benar pesona yang aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Let's all guess! Who's gonna fall first?

lovenemy; [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang