tujuh

599 82 20
                                    

Setelah berlarian kalang kabut, Sing akhirnya berhenti di taman dekat kost-an mereka. Pria itu jatuh terduduk, entah karena terlalu lelah berlari atau karena pemandangan yang dia lihat didepan matanya.

Dia melihat Leo tergeletak sekitar lima meter didepannya, berlumuran darah persis seperti didalam foto tadi. Sing memicingkan matanya, dia menyadari sesuatu. Kemudian dia merangkak mendekat ke arah Leo untuk memastikan.

Ternyata ada pisau menancap diperut si-bongsor, darah yang berceceran itu berasal dari perut Leo yang sedikit terkoyak.

"Lo lari apa terbang? Cepet banget anjing!" Sewot Lex dari arah belakang sambil membungkuk memegang lutut, pria itu tengah menetralkan nafasnya yang tak beraturan karena habis berlari.

Lex sempat kehilangan jejak Sing tadi, tapi dia tidak heran. Dengan kaki sepanjang itu, Sing pasti bisa berlari dengan sangat cepat.

Untung saja Lex mengikuti instingnya dan memeriksa tempat yang dekat terlebih dahulu. Tadi Lex sempat memeriksa halaman belakang tetapi Sing tidak ada disana, jadi dia berlari menuju ke taman disusul Gyumin dan Hyunsik yang mengikutinya.

"I-ini... gimana?" Ucap Sing terbata-bata, dia tidak menggubris perkataan Lex. Matanya menatap lurus ke arah Leo.

"Gua harus bilang apa ke nyokapnya?" Lanjutnya.

Hyunsik melihat ke arah pandangan Sing kemudian membelalakan matanya, sontak menghampiri Leo yang tergeletak tak berdaya, dia duduk bersila kemudian meletakkan kepala Leo di atas pangkuannya.

Tangan Hyunsik beralih menepuk-nepuk pipi Leo, mulai dari tepukan lembut hingga tepukan kasar berharap anak itu membuka matanya dan memberi Hyunsik senyum cerah seperti saat Hyunsik menyodorkan piring berisi bakwan kepadanya pagi tadi.

Gyumin yang melihat itu berlari ke arah Hyunsik untuk menahan pergerakan tangan yang terus menepuk-nepuk pipi Leo. Dia takut Leo merasa sakit, meskipun dia tau anak itu sudah tidak bernyawa tetap saja dia merasa tidak tega.

"Jangan dipukulin gitu bang, nanti dia nangis." Ucap Gyumin sambil mengelus punggung Hyunsik lembut, berusaha untuk menenangkan kakak tertuanya.

"Gua tau dia lagi pura-pura, min. Bocah kampret ini emang suka iseng." Hyunsik menepis tangan Gyumin pelan.

Gyumin tersenyum getir mengingat Leo memang anak yang usil, setiap hari pasti ada saja tingkah Leo yang membuat Gyumin atau yang lainnya naik darah.

Meskipun begitu, tidak ada yang pernah benar-benar marah, mereka tau Leo hanya ingin diperhatikan dan mereka sangat memaklumi itu. Leo hanya anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa.

Lex tidak bisa hanya diam melihat kekacauan yang terjadi didepan matanya sendiri. Akhirnya dia menghampiri Leo, Menarik pisau yang menancap di perut anak itu menggunakan sapu tangan.

"Ayo bawa dia pulang." Finalnya.

***

Ting!

Ting!

Ting!

Lex menatap ponselnya yang sejak tadi terus berbunyi dengan tatapan kesal, dia sudah muak.

Pria itu yang awalnya duduk di atas kap mobil tiba-tiba berdiri dan melempar ponselnya ke aspal dengan keras hingga benda pipih itu terlihat retak, layarnya yang semula menyala seketika gelap.

Lex hanya menatap datar ke arah ponselnya yang mati, dia kemudian mendongak menatap langit yang mulai gelap dengan tatapan sendu.

PING! | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang