Setelah pernyataan dari Lex, susana menjadi hening seketika. Semua orang yang berada disana terlihat terkejut.
Tunggu, nampaknya ada satu orang yang tersenyum bangga karena rencananya berjalan mulus.
"Lo ga salah liat kan?" Celetuk Wain.
"Gak gak! Gamungkin gua salah liat, jelas-jelas itu nomornya Lex." Hyunsik bersikukuh, dia benar-benar masih mengingatnya dengan jelas. Sungguh, Lex menyuruhnya untuk membeli bakso kala itu.
"Cek hape gua dah kalo ga percaya, dimana hape gua woi?" Hyunsik meraba-raba celana yang ia kenakan, mencoba mencari ponsel yang terakhir kali dia simpan didalam saku celananya. Tetapi jangankan ponsel, saku celana saja tidak ada.
Hyunsik mengerutkan alisnya ketika menyadari menyadari kalau pakaiannya sudah diganti menjadi pakaian khas pasien rumah sakit.
Beomsoo menyodorkan ponsel Hyunsik yang sedari tadi tergeletak di atas nakas. "Nih, ga usah panik."
Hyunsik mengela nafas lega, tangannya dengan gesit menyambar ponsel dari tangan Beomsoo. Mengotak-atik benda pipih tersebut, keningnya lagi-lagi mengkerut.
"Kok gak ada?" Hyunsik bermonolog, dia sangat yakin Lex memberinya sebuah pesan singkat. Hyunsik tidak berdusta, sungguh!
"Kayanya lo cuma halusinasi, deh." Wain menggaruk tengkuinya yang tak gatal. Yang lainnya hanya mengangguk membenarkan ucapan Wain.
"Kayanya lo ngarep banget di chat sama gua." Ucap Lex sambil tersenyum jahil, dia menaik turunkan alisnya, tentu saja Lex hanya bercanda agar Hyunsik tidak terlalu memikirkan hal ini, dia baru saja siuman.
Hyunsik tidak menjawab tapi kepalan tangannya berayun ke arah Lex, untung saja Lex cepat menghindar. Dia mengelus dadanya, merasa lega karena berhasil menghindari serangan mendadak dari Hyunsik.
"Sumpah dah, gua berani mati hari ini kalo emang gua bohong." Lanjutnya, dia menatap satu-persatu teman-temanya dengan tatapan serius.
"Ga usah bawa-bawa mati segala!" Beomsoo menampar pelan bibir Hyunsik, dia sedikit sensitif soal hal-hal yang berbau kematian semenjak Leo meninggal. Dia belum siap jika harus kehilangan lagi.
Davin berdehem pelan, membenarkan letak kacamatanya. Sekedar informasi, Davin memang selalu memakai kacamata tiap kali membaca, bermain ponsel ataupun menonton televisi, katanya agar matanya tetap sehat.
"Bang Hyunsik bisa aja bener." Ucap Davin santai, matanya menatap ke arah Hyunsik yang tengah berbaring diranjangnya.
Hyunsik yang mendengar perkataan Davin sontak tersenyum lebar, setidaknya ada satu orang yang memercayainya ditengah situasi yang membuat Hyunsik terlihat seperti seorang pembual idiot seperti ini.
"Lah jelas-jelas gaada satu pun pesan dari Lex di hape bang Hyunsik." Gyumin menatap Davin dengan tatapan yang sulit diartikan. "Padahal biasanya lo paling pinter." Lanjutnya sambil terkekeh geli.
"Justru karena gua pinter makanya gua ga punya pemikiran yang sama kaya lo, maaf tapi otak gua ga secetek lo. Kita beda level." Davin menatap datar ke arah Gyumin sambil lagi-lagi membenarkan posisi kacamatanya yang merosot.
"Apa?! lo bilang otak gua cetek?!" Gyumin hendak berdiri untuk menghampiri Davin, tetapi ditahan oleh Zayyan.
Gyumin mendengus melihat Zayyan yang tengah menggeleng ribut, kemudian dia menghempaskan tangan Zayyan dengan kasar sehingga genggaman pada tangannya lepas.
Sing menatap datar kejadian di depan matanya, tangannya bergerak memegang kedua sisi pinggang Gyumin.
Ah tidak, lebih tepatnya meremas kedua sisi celana Gyumin dengan erat. "Maju aja." Ucap Sing datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PING! | Xodiac
Mystery / ThrillerApa yang akan kalian lakukan jika mendapat pesan mengerikan dari seseorang yang misterius? Dan.... Bagaimana tanggapan kalian tentang pembunuhan antar teman? Start: 25 Desember 2023 End: 19 Januari 2024