lima

639 88 10
                                    

Double up deh, aku mau hibernasi abis ini.

"Menurut gua Zayyan ga mungkin ngelakuin itu." Sing menanggapi pertanyaan Beomsoo dengan datar.

"Gua ga kenal Zayyan sehari dua hari doang, tapi udah bertahun-tahun. Dia ga punya satu pun jejak kriminal. Yang ada malah prestasi, mentalnya juga sehat, dan kalian juga harusnya tau seerat apa hubungan dia dengan Tuhan-nya." Sambungnya.

Zayyan merasa sedikit terharu mendengar ucapan Sing, saat mulutnya terlalu kelu untuk bicara. Pria itu selalu menjadi mulut kedua untuknya.

"Lo ga ngelakuin itu kan, Jay?" Sing menoleh ke arah Zayyan, menatap Zayyan dengan tatapan lembut.

Zayyan menggeleng ribut. "Buat apa gua nyakitin temen-temen yang tiap sepertiga malam gua do'ain keselamatannya?" Sewotnya.

"See? Bukan Zayyan." Sing beralih menatap Beomsoo dengan tatapan tak suka, dia tidak suka dengan cara Beomsoo menuduh Zayyan seperti tadi.

Sejak Sing mengajak Zayyan untuk tinggal di kost bersama dengan mereka, Ibunya Zayyan menitipkan pria itu kepada Sing. Dia sudah menganggap Zayyan seperti saudara sendiri, ya meskipun terkadang Sing suka mengusili Zayyan. Jadi disaat seperti ini Sing merasa harus melindungi martabat Zayyan.

Beomsoo terkekeh melihat itu. "Gaada maling yang bakal ngaku kalo ditanya terang-terangan begitu." Imbuhnya.

"Kalo Zayyan bunuh gua didepan mata lo sendiri terus dia bilang kalo dia bukan pelakunya juga lo bakal tetep percaya." Beomsoo menatap Sing sendu.

"Tapi gua emang ga ngelakuin apa-apa, Beomsoo." Zayyan menatap Beomsoo dengan tatapan meyakinkan, berharap pria itu akan percaya.

"Gua aja ga bawa hape, hape gua di kamar." Zayyan melambaikan kedua telapak tangannya yang kosong.

"Tolong periksa di sakunya dong, Pin." Ucap Gyumin kepada Davin yang memang duduk bertiga dengan Sing dan Zayyan. Gyumin sengaja tidak menyuruh Sing karena kalaupun Sing mendapati Ponsel Zayyan berada di saku pemiliknya, dia akan tetap bilang 'tidak ada' untuk melindungi Zayyan.

Mendengar itu Davin sontak langsung menghampiri Zayyan dan memeriksa setiap saku yang ada di baju dan celana lelaki itu. Namun nihil, si bongsor itu tidak menemukan apapun.

Davin menatap Gyumin kemudian menggeleng."Gak ada." Setelah itu Davin kembali duduk di tempatnya duduk tadi.

"Huwahhhhhhh...." Gyumin mendesah kecewa.

"Kalo gitu berarti bener yang Zayyan bilang, Dia liat siluet orang dijendela. Dan itu bisa jadi Beomsoo." Hyunsik menyimpulkan pikirannya. Entahlah, Beomsoo terlihat begitu mencolok dimatanya.

Beomsoo mendecak kesal. "Yang tingginya diatas 180 senti kan banyak, anjing. Davin juga diatas 180an." Sewotnya, dia mulai risih dituduh terus menerus.

"Bisa diem gak? Disaat kaya gini kita harus kompak, jangan malah tuduh-tuduhan." Ucap Lex sambil terus memijat pelipisnya, melihat teman-temannya saling menuduh membuatnya merasa buruk.

"Gimana mau kompak kalo penjahatnya aja ada diantara kita?" Hyunsik sewot, kompak apanya? Yang ada dia keburu mati.

"Sumpah Beomsoo tuh dari awal dia bikin Leo diare aja udah keliatan. Gua-"

"Gua baru inget." Leo yang daritadi hanya menyimak kini memotong perkataan Hyunsik.

"Inget apa?" Tanya Hyunsik.

Leo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sebelum makan bareng kalian, gua makan roti yang ada di nakas, kayanya gua sakit perut karna itu, rotinya kayanya jamuran gitu, bang. Tapi pas itu gua kira itu corak motif biar lebih menarik konsumen." Jawab Leo dengan cengiran canggungnya.

PING! | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang