lima belas

526 82 20
                                    

"Sing Sing! Itu Wain bukan sih?" Pekik Zayyan heboh sambil menunjuk seseorang yang tengah berlarian tak tentu arah.

Dia dan sing sudah sampai di area pemakaman Leo, berdua. Gyumin tidak ikut karena tadi dia masih tertidur, entah itu Zayyan maupun Sing tidak ada yang tega untuk membangunkannya. Lagipula di mobil aman kan? Davin tidak ada disekitaran sana.

Sing menoleh ke arah tunjuk Zayyan, dia memicingkan mata untuk memperjelas penglihatannya.



Benar, itu Wain.



"WAIN!"

Zayyan hendak berlari ke arah Wain tapi ditahan oleh Sing. Oh ayolah, apalagi sekarang?

Zayyan menggeram frustasi, kenapa Sing selalu saja mengatur?

Yang membuat kesal adalah karena Zayyan tidak bisa membantah ataupun memberontak. Entah karena tenaga Sing terlalu kuat atau memang karena Zayyan yang terlalu lemah. Atau mungkin keduanya benar?

"Jangan gegabah." Ucap Sing datar.

Zayyan selalu saja bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Menurut Sing, baik otak maupun otot Zayyan, keduanya tidak bisa bekerja dengan baik.

Itu yang membuat Sing tidak tenang kalau membiarkan Zayyan sendirian.

Itu yang membuat Sing berubah menjadi orang yang protektif.

Itu yang membuat Sing selalu ingin melindungi Zayyan.

"Lo liat disana, dibelakang Wain-" Sing menggantungkan ucapannya, dia menunjuk ke arah objek yang dimaksud menggunakan telunjuknya.

"-ada Davin." Lanjutnya.

Zayyan melotot kaget, dia baru menyadari kalau Wain bukan berlari tanpa alasan. Tapi pria itu tengah dikejar oleh Davin.

Davin terlihat berbeda, sungguh. Dia yang biasanya tenang dan dewasa sekarang berubah menjadi seperti hewan buas yang sedang mengejar mangsanya.

"WAIN, KESINI!" Zayyan berteriak ke arah Wain sembari melambai-lambaikan tangannya di udara.

Kemudian tersenyum puas saat melihat Wain menoleh dan berlari ke arahnya dengan tergesa-gesa.

Sedangkan Sing sudah menyumpah serapahi Zayyan dan kelakuan cerobohnya didalam hati karena saat ini bukan hanya Wain yang berlari ke arahnya dan Zayyan, tapi juga Davin.

Sing mendesis pelan kemudian menarik pergelangan tangan Zayyan untuk dia bawa berlari ke arah mobil. Sing memarkirkan mobil tidak jauh dari tempat mereka saat ini, ini tidak akan lama.

Mereka terus berlari dan berlari sampai akhirnya Sing berhenti ditempat dia memarkirkan mobil.






Tapi...






Sial!





Dimana mobil mereka?






Sungguh, Sing tidak berbohong. Dia masih mengingat dengan jelas kalau dia memarkirkan mobilnya tepat di disini, ditempatnya dan Zayyan berdiri saat ini.

"Bangsat!" Umpat Sing, dia bingung sekarang. Pasalnya mobil bukanlah benda mungil yang bisa dengan mudah disembunyikan ataupun dipindahkan.

Seseorang harus mengendarainya terlebih dahulu.



Tunggu...



"Gyumin?" Gumamnya.

Apakah Gyumin mengendarai mobil dan memindahkannya?

Ataukah mobilnya dicuri dengan Gyumin yang masih berada didalamnya?

Bruk!

Sing tersadar dari lamunannya dan menoleh ke sumber suara, begitupun dengan Zayyan.

Wain menghantam aspal dengan keras, pria itu jatuh telungkup karena Davin mencekal pergelangan kakinya.

"Ha! Kena!" Pekik Davin kegirangan.

"LEPASIN GUA, BANGSAT!" Wain berteriak histeris sambil menghentak-hentakkan kakinya berharap Davin melepaskan cekalan tangannya dari pergelangan kaki Wain.

Sial, Davin seperti benteng yang kokoh, tidak terusik sama sekali. Pria itu malah tertawa terbahak-bahak, kemudian mengeratkan genggamannya di pergelangan kaki Wain.

"LEPASIN DIA!" Zayyan buru-buru berlari cepat ke arah Davin sebelum Sing bisa menahannya.

Zayyan berdiri tepat didepan Davin, dia merentangkan tangannya supaya Davin tidak bisa lewat.

"WOI!" Sing berteriak frustasi. Dia baru lengah sebentar saja Zayyan sudah berlari ke arah malaikat maut-nya.

"Wah wah... Nyerahin diri gitu aja?" Davin terkekeh ke arah Zayyan yang tengah melotot ke arahnya. Apa-apaan itu? Apa dia mencoba menakut-nakuti Davin?

Bukannya menjawab, Zayyan malah berjalan mendekat ke arah Davin sambil mengernyit heran. Dia merasa ada yang janggal, Davin terlihat berbeda.



Bukan hanya sifatnya, tapi juga rupanya.


"Maju selangkah lagi dan mata lo gua congkel." Ucap Davin datar.


Greb!



"Lo mau mati?!" Pekik Sing. Dia mencengkram pergelangan tangan Zayyan dan menarik pemuda itu agar menjauh dari Davin.

Zayyan hanya pasrah saat Sing menarik tangannya, tapi matanya menatap tak suka ke arah Sing. Ah, kenapa Sing selalu saja mengacaauuu?????

"Apaan sih!?" Zayyan menghempaskan tangannya saat mereka sudah lumayan jauh dari lokasi Davin dan Wain tadi, cengkraman Sing yang tak bertenaga pun ikut terlepas pada akhirnya.

"Lo yang apa-apaan! Bisa ga sih sekali aja lo ga gegabah?" Sing mengacak-acak rambutnya frustasi.

Zayyan tidak menjawab lagi karena Sing terlihat kacau, dia tau kalau Sing sedang khawatir saat ini.

Zayyan menghela nafas pelan, menatap Sing dengan tatapan serius. "Ada yang aneh sama Davin." Ucapnya.

Sing mendengus mendengar ucapan Zayyan yang menurutnya sudah sangat amat telat, telat sekali. "Kenapa? Lo baru nyadar?"

"Lo tunggu disini, biar gua tolongin Wain." Lanjut Sing saat tersadar kalau Wain masih bersama Davin.

Dia hendak berjalan menuju lokasi Davin dan Wain, tapi Zayyan menahan tangannya.

Sing sontak menoleh ke arah Zayyan, mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya.

"Mata Davin itu coklat kan?" Celetuk Zayyan tiba-tiba.

Sing terlihat berpikir, kemudian pria itu mengangguk mantap. "Iya, tapi ini bukan saat yang tepat buat kita bah—"

"Davin yang gua liat barusan matanya hitam pekat."


















To be Continue

Ini pendek sih jujur, ga nyampe 800 kata. Tapi gapapa lah ya, soalnya bakal double up.

Atau triple up.

Soalnya ngejar target hari ini end.

PING! | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang