delapan

582 112 13
                                    

Lex menatap lurus ke arah televisi. Tak terasa sudah tiga hari sejak kepergian Leo, semua nampak baik-baik saja setidaknya untuk tiga hari ini. Dia tidak tau apa yang akan terjadi empat hari mendatang.

Awalnya Lex ingin melibatkan Polisi untuk menyelidiki kasus kematian Leo karena sudah jelas kalau anak itu meninggal dibunuh.

Dia juga ingin melibatkan polisi dalam mengungkap siapa orang di balik semua kekacauan yang terjadi di kost beberapa hari lalu.

Tapi itu tidak terjadi karena Gyumin.

Ah tidak, Karena Leo.

Lex bimbang, apa keputusan mereka untuk tidak melibatkan polisi itu adalah hal yang benar?

Sedangkan penyelidikan mandiri yang mereka lakukan sampai saat ini masih saja tidak membuahkan hasil, apa sudah saatnya dia menyerah dan menunggu giliran untuk mati?

Lex termenung di ruang tengah, fikirannya menerawang kembali kejadian yang membuat mereka tidak jadi melibatkan kepolisian.

Flashback on.

Di malam hari tepat setelah pemakaman Leo, mereka berkumpul di ruang tengah seperti biasa. Membahas kejanggalan demi kejanggalan yang terjadi di rumah ini, menyatukan pemikiran dan menyuarakan pendapat masing-masing.

"Ini." Ucap Lex sambil meletakkan pisau yang terbalut sapu tangan putih dengan bercak-bercak merah darah diatas meja.

"Itu pasti pisau punya orang yang bunuh Leo." Tebak Sing, pasalnya pisau ini persis seperti yang dia lihat menancap di perut Leo kala itu.

Lex mengangguk. "Jangan dipegang!" Pekiknya tertahan saat melihat Gyumin hendak mengambil pisau tersebut.

"Kenapa, sih?" Tanya Gyumin heran.

"Disitu pasti ada sidik jari pelaku..." Bukan Lex, melainkan Davin yang menjawab. Pria itu menggantungkan ucapannya dan menatap lurus ke arah Lex.

"Lo mau libatin polisi buat nyelidikin kematian Leo ya?" Tebak Davin sambil mengangkat sebelah alisnya.

Lagi-lagi Lex mengangguk untuk menanggapi.

"Pelakunya harus ditangkap, gua ga akan pernah maafin dia, ga akan gua biarin dia hidup tenang." Ucap Lex dengan penuh penekanan.

"GABOLEH!"

Teriakan Gyumin yang tiba-tiba membuat semua yang ada disana terlonjak kaget. Mereka menatap Gyumin dengan tatapan terkejut, kemudian berubah menjadi tatapan heran.

"Kenapa gaboleh?!" Sewot Hyunsik, sepersekian detik kemudian dia memicingkan matanya ke arah Gyumin, pria itu mulai menaruh rasa curiga.

"Jangan-jangan lo pelakunya?" Lanjutnya.

"Gyumin, lo pelakunya ya?" Timpal Beomsoo.

Gyumin sontak menggeleng ribut. "Bukan!" Sanggahnya.

"Gua lupa ngasih tau ini ke kalian."

"Bentar!" Gyumin berlari ke kamarnya meninggalkan teman-temannya yang menatap dia dengan tatapan bingung.

Beberapa saat kemudian Gyumin terlihat keluar dari kamarnya sambil mengutak-atik ponsel yang berada di genggamannya.

PING! | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang