satu

974 89 8
                                    

Sembilan orang pemuda tampan duduk anteng di sofa sembari menatap satu sama lain dengan tatapan bingung, kecuali Lex. Pasalnya raut wajah Lex terlihat tidak bersahabat setelah sebelumnya memanggil mereka untuk berkumpul di ruang tengah.

Ada tiga sofa dengan posisi melingkar yang masing-masing diduduki tiga orang dari mereka. Di sofa paling kanan ada Sing, Zayyan dan Leo. Kemudian di sofa tengah ada Hyunsik, Lex, dan Beomsoo. Di sofa terakhir ditempati oleh Wain, Gyumin dan Davin. Bisa dimengerti?

"Ada apa sih, bang?" Tanya Sing memecah keheningan, dia tidak suka suasana canggung seperti ini. Pasalnya sudah hampir 10 menit mereka hanya diam, kalau tahu begini lebih baik Sing menuntaskan acara buang hajatnya lebih dulu tadi. Perutnya masih sakit.

Lex menoleh ke arah Sing, setelah itu beralih menatap yang lainnya satu persatu. Pemuda itu mengeluarkan ponselnya dan mengutak-atik benda pipih tersebut, kemudian Lex meletakkan ponselnya di meja yang berada ditengah-tengah mereka dengan sedikit gebrakan tanda kekesalannya.

"Ngaku, itu siapa?" Lex menatap ke arah ponselnya, memberi kode kepada yang lain untuk ikut melihat ke arah yang sama.

Dapat dilihat layar ponsel Lex yang menampilkan percakapannya dengan seseorang. Semua orang kecuali Lex menggeleng, memberi tanda bahwa mereka tidak tahu-menahu perihal apapun.

"Gak ta-"

"Jangan bohong!" Lex memotong ucapan Gyumin dengan sewot sebelum pria itu menyelesaikan ucapannya.

"LAH!?" Gyumin melotot tak terima, dia mengepalkan tangannya di udara, hendak berdiri namun Davin menahannya. Alhasil Gyumin duduk kembali dengan wajah masam. Bagaimana tidak? Pertama, ucapannya dipotong. Kedua, dia dituduh berbohong! Menyebalkan sekali.

"Gua yakin siapapun itu pasti salah satu diantara kalian." Lex kembali menatap mereka satu-persatu, berharap seseorang akan mengakui perbuatannya.

Nihil, mereka masih saja menatap Lex dengan tatapan bingung. Kecuali Gyumin, dia menatap Lex dengan tatapan sinis. Ah... Gyumin itu masih kesal asal kalian tau. Pria itu kemusuhan.

"Bukan gua, sumpah!" Zayyan menggeleng ribut, menatap Lex dengan tatapan serius.

Leo yang melihat itu ikut menggeleng tak kalah ribut, berharap Lex akan memercayainya. Disusul Sing, pria ini menggeleng setengah kejang.

Sing tersenyum konyol kemudian mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya sambil menggumamkan 'peace' tanpa suara ke arah Lex saat menyadari pria itu tengah memberi tatapan maut ke arahnya.

"Gua juga bukan, lo tau sendiri hape gua lagi di-service." Hyunsik berhenti bicara dan menyeruput kopinya dengan khidmat. Omong-omong, dia sedang menyeduh kopi saat Lex tiba-tiba meneriaki semua orang untuk berkumpul. Sedikit kesal karna dia tidak bisa menonton televisi sambil minum kopi seperti biasanya.

"Lagian kenapa lo yakin banget yang ngirim pesan itu ada diantara kita? Bisa aja temen lo yang lain." Sambung Hyunsik setelahnya. Sekali lagi dia menyeruput kopi yang memang sedari tadi ada didekat mulutnya, pria itu menjauhkan cangkir hanya untuk bicara sebentar.

Hyunsik memejamkan mata sambil tersenyum simpul. Kopinya enak, bor! Dia jadi ingin membuka kedai kopi.

Lex memijat pelipisnya. "Justru itu masalahnya...."











"Nomor gua ada dua, dan nomor yang ini cuma kalian aja yang tau."








Pernyataan Lex sontak membuat yang lain melotot, bahkan Wain yang biasanya tak berekspresi-pun menganga.

Beomsoo berangsur mendekat ke arah ponsel Lex, mengambil ponsel itu dan membaca percakapan Lex dengan siapalah itu ia pun tak tahu. Matanya nampak membulat kaget setelah membaca pesan dari sipengirim misterius itu.

Sebenarnya memang Beomsoo tadi tidak terlalu memerhatikan layar ponsel Lex, tidak terlalu terlihat jika dari tempat dia duduk tadi. Yang Beomsoo lihat hanya samar-samar ruang percakapan di aplikasi hijau.

"Siapapun lo mending ngaku, deh." Ujar Beomsoo takut-takut sembari meletakkan ponsel Lex ke posisi semula.

"Bercandanya gak lucu..." Sambung Beomsoo.







Ping!








Ping!







Notifikasi yang muncul dari ponsel Lex menyita perhatian semua orang, Lex selaku pemilik ponsel segera mengecek notifikasi yang masuk.

"Dari pengirim misterius tadi lagi?" Tanya Davin saat melihat raut wajah Lex yang dua kali lebih buruk dari sebelumnya, kali ini menyiratkan ketakutan. Pertanyaan Davin dihadiahi anggukan oleh Lex.

"Baca yang keras bang..." Cicit Leo sembari mengigit ibu jarinya, anak itu terlihat ketakutan. Begitu juga Zayyan dan Sing yang berada disebelahnya.

Hyunsik menatap Lex dengan serius sambil menyeruput kopinya, menanti apa yang akan dikatakan oleh pria dengan senyum pepsodent itu selanjutnya. Gyumin, entah kemana hilangnya rasa kesal pria itu sekarang. Dia juga ikut menatap Lex dengan tatapan penasaran.

"Ping! Gua gak bercanda, xi.xi.xi." Lex membaca pesan yang masuk ke ponselnya dengan keras seperti yang Leo suruh, dia menirukan tawa dari si pengirim dengan penuh penekanan, tanda bahwa pria itu sangat kesal.















"Siapa dulu yang mau mati?" Lanjutnya.
















To Be Continue..

Lanjutnya nanti ah, mau liat respon kalian dulu. Hehehe..

PING! | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang