delapan belas (END)

743 88 31
                                    

"Ini baru permulaan."

Mereka bertiga menoleh ke sumber suara.



"Moomin?" Zayyan melepaskan pelukannya pada mayat Beomsoo dan beranjak menghampiri Gyumin yang berdiri lima meter didepan mereka.

"Woi, jancok! Lo dari mana aja?" Sungut Sing yang masih setia merangkul pundak Wain.

Wain menatap Gyumin sambil mengusap matanya yang memburam, dia hampir saja menangis karena mengingat kenangannya dengan Beomsoo saat pria itu masih hidup.

Sedangkan Gyumin tidak menjawab, dia malah menyeringai ke arah Zayyan yang tengah berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya.

Gyumin kemudian menoleh ke arah Davin yang tergeletak tak bernyawa di tanah. "Kerja bagus, Davin." Ucapnya datar, nyaris terdengar seperti bisikan.

Zayyan yang hanya dua langkah didepan Gyumin mengernyit heran, kerja bagus apanya? Davin hampir saja membunuh mereka semua.

"Moomin abis dari ma—" Perkataan Zayyan terpotong karena Gyumin tiba-tiba mendekat dan menarik pergelangan tangannya.



Sreeett...



Greb!



"—Eh?!" Zayyan memekik kaget saat Gyumin membalikkan tubuhnya sehingga membelakangi pria itu, Gyumin kemudian melingkarkan tangan di leher Zayyan untuk mengunci pergerakan. Sebelah tangannya terulur ke depan sambil memegang pistol.

"M-moomin..??" Cicit Zayyan takut-takut, dia melirik Gyumin melalui ekor matanya. Ah, Zayyan bahkan tidak berani untuk berkedip.

Gyumin memajukan wajahnya, sedikit menunduk menyamakan tinggi mulutnya dengan daun telinga Zayyan. "Kalo lo berontak atau macem-macem, gua tarik pelatuk ini biar dua temen lo itu mati ditempat." Bisiknya.

Zayyan meneguk ludahnya kasar, tidak berani untuk menjawab. Dia menatap Sing dan Wain bergantian seakan meminta pertolongan.

"WOI BANGSAT!" Sing berteriak murka, menatap Gyumin dengan tatapan nyalang. Dia bangkit dari duduknya,  kedua tangannya mengepal erat, melangkah tegas menghampiri Zayyan.

"Maju selangkah lagi dan gua tarik pelatuk ini."

Sing menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Gyumin, pria itu kemudian terkekeh remeh. Jadi, Gyumin mencoba mengancam dirinya dengan membawa kematian? Itu sungguh tidak ada gunanya.

Menurut Sing, hidup itu adalah untuk mati. Dan Sing tidak pernah takut mati.

"Oh, gua ngerti sekarang..." Sing tersenyum miring, dia melangkahkan kakinya perlahan dengan sengaja, menantang Gyumin yang mulai terlihat panik.

"Yaudah, tarik aja pelatuknya." Sing mengangkat dagunya dengan angkuh.

Gyumin memutar bola matanya malas. "Udah gua duga." Ucapnya datar.

"Jadi, gimana kalo gini?" Gyumin menyeringai, tangannya bergerak mengarahkan pistol ke pelipis Zayyan.

Sial!

Sing menghentikan langkahnya seketika, ini tidak benar. Sing tidak tahan jika hanya berdiam diri melihat raut ketakutan Zayyan, tapi dia juga tidak bisa terus melangkah dan memertaruhkan nyawa Zayyan.

Ingin rasanya Sing berlari menerjang Gyumin dan menyelamatkan Zayyan, tapi Sing takut sebelum dia bisa melakukan itu, Gyumin malah menarik pelatuknya.

"Man, jadi ini kelemahan lo?" Tawa Gyumin pecah. Oh ayolah, ini sangat konyol. Bahkan seseorang seperti Sing menjadi lemah hanya karena orang idiot seperti Zayyan?

PING! | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang