empat belas

524 84 17
                                    

Zayyan memerhatikan wajah serius Sing yang sedang menyetir disebelahnya, terlalu serius sampai Zayyan hampir tidak mengenalinya karena biasanya hanya ekspresi konyol saja yang Sing ukir di wajah rupawannya itu.

Zayyan, Sing dan Gyumin sedang dalam perjalanan menuju area pemakaman Leo.

Ya, pada akhirnya Gyumin juga ikut karena Sing khawatir kalau harus membiarkan Gyumin pergi sendirian ke rumah sakit, akan memakan waktu lama juga kalau Sing mengantar Gyumin ke rumah sakit lebih dulu. Pun, kalau meninggalkan Gyumin dirumah takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

Sing tetap pada pendiriannya, tidak ada yang boleh sendirian!

Saat ini Gyumin tengah terbaring lemas dikursi belakang, dia kehilangan lumayan banyak darah tadi. Untung saja Zayyan cepat memberinya pertolongan pertama. Tapi meskipun begitu tetap saja Gyumin perlu istirahat, rencananya setelah urusan mereka selesai Sing akan mampir ke rumah sakit untuk menjenguk Hyunsik, sekalian memeriksa kondisi Gyumin.

"Sing, pelan-pelan!" Pekik Zayyan saat Sing mempercepat laju mobil yang mereka tumpangi, dia takut mereka tidak sampai ke makam dan malah mati konyol karena Sing mengendarai mobil dengan ugal-ugalan.

Sing melirik Zayyan melalui ekor matanya, ia terkekeh pelan melihat ekspresi tegang Zayyan. Wajahnya pucat, pria itu pasti ketakutan sekarang.

"Ga usah takut, kaya gua pernah biarin lo luka aja." Cibir Sing sambil menekan pedal gas.

"Kampret!" Zayyan memekik histeris. Dasar, Sing ini apalah disuruh pelan-pelan malah semakin menambah kecepatan.

"Merem aja kalo takut, ga usah liatin jalanan. Nanti kalo udah nyampe gua kasih tau."

Hening.

Sing menoleh ke arah Zayyan karena tidak mendapat jawaban, dia tersenyum tipis saat mendapati Zayyan tengah mencengkram erat sabuk pengaman dengan mata yang terpejam, tumben menurut.

Tapi setakut itukah dia? Tidak tahukah Zayyan kalau Sing itu mantan pembalap liar?

Sing memang sedikit urakan semasa sekolah. Apa namanya? Ah, Berandalan.

Dia suka merudung murid lain yang menurutnya lemah.

Tapi itu dulu, sekarang Sing sudah tidak seperti itu lagi. Sungguh!

Sing kemudian melirik Gyumin yang sedang berbaring dikursi belakang melalui kaca spion. Ekspresinya terlihat tenang, sepertinya Gyumin tertidur.

"Kalian aman selama ada gua." Sing berguman pelan, fokusnya kembali pada jalanan.

***

"MATI! MATI! MATI!"





"KALIAN HARUS MATI!"



Beomsoo terduduk lemas sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan saat mendengar teriakan keras Davin. Jantungnya berdegup kencang, ini terasa seperti mimpi. Beomsoo tidak pernah merasa setakut ini selama dia hidup.

Davin sungguh telah menghancurkan kepercayaannya. Ah tidak, Davin menghancurkan segalanya termasuk pertemanan mereka.

Disampingnya ada Wain yang sedang berjongkok sambil mengotak-atik ponsel berusaha menghubungi siapapun yang sekiranya bisa membantu mereka. Tapi sialnya tidak ada yang bisa dihubungi!

Mereka berdua bersembunyi dibalik gubuk tua reyot yang sepertinya milik penjaga kuburan.

Beomsoo meraba kakinya yang seperti mati rasa, tadi Davin menusuk Beomsoo menggunakan belati.

PING! | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang