*wilona's pov.
Hari ini aku memutuskan untuk makan di kantin, sedang ingin makan soto. Niatku ingin mengajak Nara makan, namun gadis itu menolak dan bilang dia belum mengerjakan tugas untuk mata pelajaran selanjutnya. Berakhirlah aku disini, makan soto dan es jeruk sendirian.
"Boleh gabung, ngga?"
Aku menoleh keatas, mendapati wajah yang akhir-akhir ini familiar sekali.
"Kalo gaboleh emangnya Lo mau pergi?" Tanyaku tanpa memerhatikan.
Gadis itu duduk dihadapan, membawa serta sepiring nasi goreng dan es teh miliknya. Ia menyantapnya lahap, tak pedulikan tatapan aneh orang sekitar yang mengenalku dan dia.
Bagaimana tidak aneh? Aku dan dia dikenal sebagai musuh besar, tiba-tiba makan bersama. Aku saja merasa situasi ini aneh.
Penjelasan singkatnya, setelah hari Minggu itu aku marah besar padanya, dia jadi terang-terangan minta maaf bahkan saat disekolah. Padahal aku sudah bilang tidak ingin terlihat dekat dengannya.
Hari Selasa lalu dia dengan segala usahanya, memberiku bekal buatan mamanya dan bilang kalau aku tidak memaafkannya, dia tidak akan berhenti menggangguku. Padahal dulu aku sangat menikmati bisa menggangunya, tapi ternyata diganggu memang tidak menyenangkan.
Dengan berat hati, aku memaafkan Arin. Dia jadi lebih tenang dan tidak setiap detik mendekatiku seperti kemarin-kemarin. Tapi sebagai gantinya, orang-orang mulai menanyakan bagaimana kami bisa dekat. Arin mungkin tak kerepotan menjawab itu, tapi aku tidak suka mendapat perhatian dari banyak orang seperti ini.
"Makan, Wil! Ngeliatin gue mulu." Ucap Arin membuyarkan lamunanku.
"Ge-Er Lo!! Lagian kenapa Lo duduk disini, sih? Caper ya, biar diliatin orang?" Tanyaku sembari kembali memakan soto yang kuanggurkan sebentar.
"Yaudah, sih, Wil! Biarin aja."
Seperti balasan Arin, aku mencoba mengacuhkan orang-orang yang mulai bergosip. Enak sekali kalau jadi tidak pedulian seperti Arin. Dia tidak mungkin memikirkan ini nanti malam sebelum tidur, berbeda denganku yang akan membuat prasangka.
Hidupnya terlihat mudah, aku tidak suka.
Ah, sekalian saja. Akan kuceritakan bagaimana awal aku menaruh kebencianku pada gadis bernama Arin ini.
Waktu itu kami kelas 1 SMA. Tidak benar-benar saling kenal. Dia dikenal sebagai junior anak band. Tepatnya, drummer cantik.
Kami pertama kali bertemu sebelum lomba antar kelas sepertinya. Dia adalah ketua kelas, dan saat itu aku diajak oleh ketua kelasku untuk mengikuti rapat membahas hal ini.
Dia terlihat sempurna. Kudengar dia masuk peringkat teratas tes masuk sekolah, ditambah lagi dia terlihat punya banyak teman, padahal wajahnya juga tidak ramah. Malah terkesan dingin ketika dia tidak tersenyum. Dari yang kulihat, dia memang tidak banyak bicara, tapi orang-orang tetap mengerubunginya seperti semut. Tapi setidaknya, dia tidak membuatku iri dalam hal olahraga. Aku yakin aku lebih baik.
Tapi aku salah. Pada hari lomba lari diadakan, aku bertatapan dengannya. Dia ternyata lebih jago dariku. Aku benci itu. Olahraga adalah satu-satunya hal yang membuatku merasa lebih baik, tapi dia juga ternyata menguasainya. Mengesalkan.
Setelah kekalahan itu, aku mulai lebih fokus pada permainan basketku bahkan mengikuti perlombaan basket yang sebelumnya aku ragu. Ternyata timku menang dan membawaku pada tingkat dimana orang-orang mulai menyapaku tapi aku tidak mengenal mereka. Aku sepertinya mulai tau bagaimana tidak nyamannya menjadi Arin yang dikelilingi banyak orang.
Lebih mengejutkan saat beberapa bulan lalu ternyata aku sekelas dengan orang ini.
"Aduh, sorry sorry!!" Aku tidak terlalu fokus memerhatikan siapa yang kutabrak. Ternyata gadis itu adalah Arin.
Kuputuskan untuk jadi menjengkelkan dan membuat masalah setidaknya 1 di hidupnya. Menyenangkan melihatnya jengkel, meskipun kadang dia agak seram. Tapi aku tetap menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
lovenemy; [completed]
Fanfictiontwo biggest enemy are going to start a spark of love. watch how they cope with their strange feeling! in fact, not just them whose fall in love in highschool. guess who does?!