Sabtu ini, Arin dan Wilona kedatangan banyak job. Setelah sesi foto pertama mereka cukup berhasil dan mendapat komentar positif dari orang-orang, ada lebih banyak orang yang ingin memakai jasa mereka.
Yang berat adalah menjalankannya. Mereka cuma berdua, melayani banyak orang menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Mereka kelelahan.
"Gue pesen kopi, mau ga?" Tanya Arin.
Wilona mengangguk, ia rebahkan tubuhnya di sofa studio. Meregangkan otot dan tulangnya yang terasa remuk seharian berpose.
"Caramel frappe?" Tanya Arin lagi.
Wilona menoleh, "kok tau?" Ia balik bertanya.
"Lucky guess."
Wilona kembali menghadap keatas dan menutup matanya. Nafasnya ia atur agar lebih rileks.
Tak berapa lama, beban tiba-tiba menindih pahanya. Ia terkejut namun tak melakukan apapun pada kepala Arin yang bersandar pada kakinya itu.
"Ternyata kerja gini capek juga." Gumam Arin. Wilona tak merespon apa-apa, sibuk mengatur detak jantung yang tiba-tiba naik.
"Lo tidur?" Buru-buru Wilona tutup matanya ketika Arin tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu.
Arin tersenyum melihat bagaimana Wilona pura-pura tidur menghindari percakapan yang ia buka. Ia dekatkan tubuhnya pada kepala gadis itu dan memencet hidungnya hingga Wilona akhirnya bergerak karena tiba-tiba tidak bisa bernafas.
"Arin gila!!" Teriaknya histeris.
"Siapa suruh pura-pura tidur." Keduanya akhirnya tertawa.
Setelah meminum kopi dan melanjutkan pekerjaan mereka, keduanya jatuh bersebelahan di sofa. Dengan mata tertutup, Arin memiringkan kepalanya bersandar pada Wilona.
Yang disandari terkejut, seketika tubuhnya menegang dengan pompaan darah lebih kuat dari jantung membuat pipinya memerah.
"Lo habis ini ada acara gak, Wil?" Tanya Arin masih setia dalam posisinya.
"Nggak." Jawab Wilona singkat, masih berusaha menetralisir detakan jantungnya.
"Ikut gue, yuk! Kita ke pantai." Arin bangun dan tiba-tiba langsung menghadap ke Wilona dekat.
"Muka Lo merah, demam? Kecapekan?" Tak menunggu jawaban, Arin mengecek sendiri pertanyaannya dengan menempelkan tangannya ke dahi Wilona.
Belum sempat terkejut dengan Arin yang bangun tiba-tiba, Wilona semakin terkejut dengan tangan Arin yang tiba-tiba mendarat di dahinya. Matanya sampai membelalak saking kagetnya.
Segera ia alihkan kepalanya dari tangan Arin, "ngga, ini cuma make up." Belanya.
Arin mengangguk.
"Gimana?" Tanyanya.
"Gimana apanya?" Wilona sepertinya tidak memerhatikan apa yang Arin katakan diluar perhatiannya pada Wilona yang tiba-tiba. Hal itu membuat Arin tersenyum dan menepuk kepala Wilona pelan.
"Budeg ya? Gue ngajak Lo ke pantai."
"Hah? Ini udah mau jam 9 malem. Lo ngga dicariin apa?" Ucap Wilona berhasil mengembalikan kesadarannya yang diuji habis-habisan.
"Gue udah izin. Lo ikut ngga?"
Terlihat berpikir sebentar, Wilona akhirnya mengiyakan ajakan Arin. Keduanya bergegas mengemas barang dan mengunci studio.
*It looks like they being friends too soon, but nvm.
KAMU SEDANG MEMBACA
lovenemy; [completed]
Fanfictiontwo biggest enemy are going to start a spark of love. watch how they cope with their strange feeling! in fact, not just them whose fall in love in highschool. guess who does?!