3

5K 403 4
                                    

Keesokan harinya.

Kini JMT tengah berada di kantin. Menghabiskan waktu bersama sembari bercerita-cerita.

"woi La! kecilin dikit dong suara lo. Berisik tau ga!" teriak salah satu murid pada Olla yang tengah asik bercerita.

"apaansih lo. Lo kira ni kantin punya bokap lo. Semua orang mesti diem, di perpus sono kalo mau sunyi." balas Olla.

"kok nyolot sih lo." balas murid itu kemudian menghampiri Olla.

"kenapa lo?!" balas Olla yang ikut berdiri.

Ditengah perdebatan mereka, murid itu pun mendorong bahu Olla sedikit kuat. Adel yang melihat itupun tidak tinggal diam.

"WOI! APA-APAAN LO DORONG-DORONG!" ucap Adel yang kini menghampiri murid itu. Bimo, namanya.

"mau jadi pahlawan lo?" tanya Bimo menyeringai.

Adel pun mendorong Bimo sampai terjatuh.

"bangun lo!" ucap Adel sembari menarik kerah baju Bimo.

"udahlah del. Gausah sok jagoan lo." ucap Bimo sembari merapikan seragamnya.

"iya nih. Coba dong berantem sama orang sok jagoan ini." ucap Adel sarkas.

Bugh!

Satu pukulan dari Bimo mendarat tepat pada wajah Adel. Adel pun menyeringai. Ia pun mendorong Bimo sampai terjatuh lagi.

Bugh!

Bugh!

Adel mendaratkan pukulannya berkali-kali pada sisi wajah kiri dan kanan Bimo. Bimo pun kewalahan dengan pukulan Adel. Bahkan sudut bibirnya sudah mengeluarkan darah.

"HEH STOP! STOP!" ucap seorang guru menghampiri mereka. Namun nihil, Adel masih tetap melanjutkan pukulannya.

Bugh!

"jangan pernah lo sentuh dan ganggu temen gua lagi ya bajingan!" ucap Adel sembari menunjuk Bimo.

"del udah del." tarik Oniel pada Adel.

"KALIAN IKUT SAYA SEKARANG!" ucap guru itu, alias Bu Sisca, guru BK di sekolah ini.

---

Kini Adel pun tengah berada di ruang BK.

"ashel, kamu bawa Adel ke ruang Osis. Suruh dia buat surat perjanjian, lalu kasih ke ibu kalau sudah." ucap bu Sisca pada Ashel.

"baik bu." ucap Ashel.

"oh iya Ashel. Ibu minta, sekalian kamu obatin kepalanya Adel ya." ucap bu Sisca pada Ashel.

Ashel pun melihat ke arah Adel sebentar. Lalu kembali melihat Sisca. Ia pun mengangguk.

"adel, kamu boleh ikut ashel sekarang." ucap bu Sisca.

Adel pun mengangguk.

"terimakasih bu." ucap Adel. Ia pun segera meninggalkan ruangan itu dan mengikuti langkah Ashel membawanya.

"duduk lo." ucap Ashel pada Adel saat mereka sudah tiba di ruang Osis.

Adel pun mengangguk. Ia pun segera mendudukan dirinya di sofa yang ada disana.

"lo sekolah buat apa sih." ucap Ashel sembari mencari kotak p3k.

"berantem mulu. Pelajaran ga masuk. Sekolah sering bolos. Telat terus." omel Ashel.

"peduli amat lo sama gue." balas Adel.

Ashel pun menatap Adel tajam.

"gue ketos, udah seharusnya gue mengayomi murid-murid. Apalagi murid kaya lo. Buat onar mulu." ucap Ashel.

"nih obatin luka lo." lanjutnya sembari memberikan kotak p3k pada Adel.

"ga inget kata bu Sisca? kan lo yang disuruh." balas Adel saat melihat Ashel memberikannya kotak p3k.

"manja." ucap Ashel.

"katanya mengayomi. Disuruh ngobatin, gamau." ucap Adel sarkas.

Ingin sekali Ashel melayangkan kepalan tangannya pada orang disampingnya ini. Namun itu tidak mungkin. Dimana wibawanya sebagai ketua Osis jika ia melakukan hal itu.

"sini lu." ucap Ashel sembari mengambil kotak p3k itu dari tangan Adel, kemudian ia pun mulai membersihkan luka Adel dengan telaten.

Adel pun tersenyum menang.

Jarak mereka kini begitu dekat. Adel dapat menghirup harumnya nafas Ashel yang tengah sibuk membersihkan lukanya.

"gausah gitu banget ngeliatnya. Tar demen lu." ucap Ashel.

"dih. Pede." balas Adel.

"sshh.. sakit anjir. Pelan-pelan, dendam aja lo sama gue." ucap Adel.

"makanya ga usah bandel. Kena alkohol dikit langsung kesakitan." ucap Ashel.

Setelah selesai membersihkan luka Adel, kini ia pun mencari plaster didalam kotak itu. Namun,

"astaga, lupa beli nih pasti." gumam Ashel.

Ia pun segera merogoh saku seragamnya. Dan Gotcha! untung saja ia selalu membawa plaster kemanapun ia pergi.

Ia pun menempelkan plaster itu pada luka Adel.

"kenapa lu?" tanya Adel saat melihat Ashel tersenyum.

"lucu." balas Ashel.

"iya gue emang lucu. Biasa aja." balas Adel.

"plasternya, bukan lo nya. Jangan sok pede lo jadi orang." ucap Ashel sembari membereskan kotak p3k itu.

Adel pun membuka kameranya.

"jir, harus banget lo pakein plaster Frozen gini? Olaf lagi gambarnya." ucap Adel.

"makasih kek. Ngomel mulu lo kek limbad." ucap Ashel beranjak dari duduknya.

"iya dah. Makasih ya kakak ketua Osis." ucap Adel sembari tersenyum manis ke arah Ashel.

Tak terasa senyuman terukir jelas di wajah Ashel. Beruntung Adel tidak bisa melihat itu karena posisi Ashel sekarang tengah membelakangi Adel.

to be continued~

Dear, Adel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang