36

3.1K 324 21
                                    

Kini jam belajar dan mengajar sudah dimulai. Namun lain halnya dengan kelas XI Ipa 1. Yap, kelas Ashel. Kini kelas Ashel tengah JamKos sebab guru yang harusnya mengajar di kelasnya sedang ada urusan lain.

"jadi lo beneran udah putus sama Adel?" tanya Kathrina.

Ashel mengangguk.

"apa ga sebaiknya lo obrolin dulu sama Adel nya Shel?" kini Indah pun menimbrung.

"buat apa?" tanya Ashel.

"shel lo bahkan belum tau kenapa Adel jarang banget dirumah. Belum tentu dia deket sama orang lain. Bisa jadi emang dia ada kesibukan lain yang emang gabisa dia tinggal?" balas Indah lagi.

"tapi seengganya dia ngasih tau yang jelas ke gue ndah. Dia bahkan sering banget pergi pas gue masih tidur, dia juga sering banget pulang pas gue udah tidur. Gimana gue mau ngobrol sama dia?" balas Ashel.

"oke, kalo masalah itu gabisa dipungkirin Adel emang salah. Tapi dengan lo balik lagi dengan mantan lo disaat lo masih ada hubungan sama Adel. Itu cukup buat gue kecewa sama lo shel." ucap Indah.

"gue setuju sama Indah, shel." sahut Kathrina.

"lo pada kenapa belain Adel dari pada gue sih?" balas Ashel.

"kalo dari gue, gue bukan mau ngebelain siapa-siapa. Tapi gue ada rada sebelnya sama lo, kek kenapa lo ga kasih waktu dulu buat dia untuk ngejelasin semuanya. Kek kenapa gitu lo langsung tunjukin ke dia kalo lo deket sama orang lain. Sedangkan yang kita tau, dan lo tau. Gaada tanda-tanda sedikitpun kalo alasan Adel sering gaada waktu buat lo tu karna ada orang ketiga." ucap Kathrina.

Indah pun ikut mengangguk setuju.

"lo pada kok mojokin gua sih. Gua mau cabut aja deh, males disini." ucap Ashel kemudian beranjak dari kursinya.

"huh.. kebiasaan tu anak." ucap Indah menggelengkan kepalanya saat melihat Ashel yang perlahan menjauh dari pandangan mereka.

"woi.. pada liatin apaan?" ucap seseorang yang baru saja datang.

"lo dari mana sha? kok baru muncul?" ucap Indah saat melihat Marsha baru saja datang.

Yap orang itu adalah Marsha.

"ada urusan tadi." ucap Marsha.

Kathrina dan Indah pun ber- oh ria.

Di tempat lainnya.

Kini Ashel tengah berjalan gontai. Sejujurnya ia juga ikut memikirkan perkataan Indah dan Kathrina tadi.

"gua juga kenapa sih kemarin pake acara terima pelukan si Zean." ucap Ashel frustasi.

Saat Ashel tengah berjalan melewati koridor yang lumayan sepi. Ia pun dapat melihat dari kejauhan ada Adel yang berjalan dari arah yang berlawanan.

Dan saat mereka berpapasan. Tidak ada sapaan yang keluar diantara keduanya.

Namun, sepersekian detik kemudian..

"cel." panggil Adel berbalik melihat punggung Ashel yang perlahan menjauh.

Ashel pun menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke arah Adel.

"maafin aku ya cel gabisa bikin kamu bahagia. Semoga kamu langgeng terus sama pacar kamu. Bahagia selalu ya cel." ucap Adel, kemudian ia pun berlalu tanpa mendengar apa jawaban dari Ashel.

Ashel yang mendengar hal itupun langsung melanjutkan langkahnya ke sembarang arah. Rasanya air matanya kini tak bisa terbendung lagi.

Lain halnya dengan Adel yang kini tengah berjalan menuju kelas Zee. Tidak seperti biasanya, kini Adel berjalan dengan sempoyongan.

"Zee." panggil Adel dari ambang pintu. Yap, kini kelas Zee pun juga sedang Jamkos.

"del?! lo kenapa? kok muka lo pucet banget?" tanya Zee panik saat ia menghampiri Adel.

Adel pun menggeleng.

"tadi gue ketemu Ashel, Zee." ucap Adel sembari tersenyum.

"terus dia liat lo gini ga tadi?" tanya Zee.

Adel pun menggeleng.

"dia gamau natap gua zee. Dia bahkan ga noleh pas gua panggil." ucap Adel.

"gua seneng banget bisa ketemu Ashel, Zee." ucap Adel sedikit sempoyongan.

"del, lo mimisan anjir. Ayo gua bantu ke UKS." ucap Zee sembari membopong Adel.

Setibanya di UKS, Pihak UKS meminta Zee untuk membawa Adel ke RS.

Memakan sekitar 25 menit untuk tiba di Rumah Sakit.

"del, woi! jangan tidur lo!" ucap Zee panik. Sebab sedari tadi darah segar mengalir cukup deras dari hidung Adel.

"Adel!" ucap Zee menepuk-nepuk pipi Adel agar tidak terlelap.

"g-gua lemes b-banget Zee.." ucap Adel lemah.

Yap, Sedari pagi tadi Adel sudah merasakan pusing yang begitu hebat di kepalanya. Hal itu membuat Adel terus menerus mengeluarkan darah dari hidungnya.

Hingga akhirnya Zee pun memparkirkan mobilnya di depan UGD. Ia meminta para perawat untuk membantunya mengeluarkan Adel dari mobil.

"del! del sadar del!" ucap Zee sembari mengikuti suster membawa bangsal Adel.

"maaf kak, harap tunggu disini ya kak. Pihak rumah sakit akan segera menangani pasien." ucap salah satu suster menghentikan langkah Zee saat tiba di depan sebuah ruangan.

Zee pun mengangguk.

Ia pun segera mendudukan dirinya di kursi yang berada dekat ruangan itu.

"gue harus ngabarin siapa ini." gumam Zee.

Sedari tadi Zee sibuk meracau. Ia terus memikirkan bagaimana cara ia mengabarkan pada orang tua Adel tentang hal ini.

"papa.."

"papa kan rekannya om Cio." ucap Zee.

Ia pun membuka ponselnya dan segera menelpon papa nya.

-

halo pa.

iya? kenapa Zee?

pa, aku boleh minta nomor temen papa ga pa? om Cio.

kenapa Zee? untuk apa?

anak om Cio masuk rumah sakit pa. Tolong pa. Atau ga tolong papa aja yang ngabarin ke orang tuanya pa.

oke oke, papa bakal telpon om cio setelah ini.

oke, makasih pa.

oke zee, kamu jangan kemana-mana ya.

oke pa.

-

Panggilan pun terputus.

Hanya berselang 5 menit. Papa Zee pun mengabarkan padanya bahwa orang tua Adel akan segera datang kesana.

Zee pun menghela nafas lega. Namun masih ada rasa panik yang melanda. Meskipun dulu ia pernah membuat Adel mengeluarkan darah dari mulutnya. Namun sekarang berbeda, ia malah takut melihat keadaan Adel seperti itu.

"del.." lirih Zee.

Zee pun tiba-tiba terpikir tentang Ashel. Ia pun mengeluarkan ponselnya lagi. Mengabarkan pada seseorang tentang apa yang ia akan lakukan malam ini.

to be continued~

asupan untuk beberapa hari kedepan☺️☺️☺️

Dear, Adel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang