12

4.9K 437 9
                                    

2 hari berlalu.

"gua ke kelas dulu ya." ucap Adel saat ia baru saja mengantar Ashel ke kelasnya.

Ashel pun mengangguk.

"jangan bolos!" ucap Ashel sembari menatap Adel tajam.

"siap!" balas Adel.

Ashel pun terkekeh.

"bye." ucap Adel sembari melambaikan tangannya meninggalkan Ashel.

Setelah Adel sudah benar-benar pergi. Seseorang pun tiba-tiba menghampiri Ashel.

"ehem.. diliat-liat makin deket aja lo pada." ucap orang itu yang tak lain Indah.

Namun tak ada balasan dari Ashel, ia hanya menunjukan senyum manisnya.

Ia pun segera masuk ke dalam kelasnya, meninggalkan Indah sendirian disana.

Lain halnya dengan Adel yang masih berjalan gontai menuju kelasnya.

"WOI! ikut gua lo!" ucap seseorang menghampiri Adel sembari menarik Adel menuju sebuah ruangan.

Bugh!

Bugh!

"ini terakhir gua peringatin sama lo. Jangan pernah lo deketin Ashel!" ucap orang itu yang tak lain adalah Zee.

Adel pun kini tengah menahan sakit yang ada di perutnya. Bagaimana tidak? belum sempat Adel melakukan perlawanan. Zee sudah memukulnya berkali-kali.

"kalo sekali lagi gue liat lo masih deket sama Ashel. Habis lo sama gue." ucap Zee kemudian meninggalkan Adel sendirian disana.

Adel pun semakin tidak kuat menahan sakit di perutnya. Hingga tanpa disadari, ia pun mulai kehilangan kesadarannya.

---

"adel?" ucap seseorang ketika Adel mulai mengerjapkan matanya.

Ia pun bingung.

Dimana ia sekarang.

"l-lo siapa?" tanya Adel saat melihat seseorang dihadapannya.

"aw! ssh.." ringis Adel saat ia ingin bangkit dari tidurnya.

"awas, perut lo masih memar." ucap orang itu.

"g-gue dimana?" tanya Adel.

"lo ada di apartement gue. Sorry, gue bawa lo kesini. Tadi gue ga tau mau bawa lo kemana." ucap orang itu.

Adel pun mengangguk.

"thanks, udah bantu gue, kak." ucap Adel. Ia yakin bahwa orang yang membantunya ini adalah kakak kelasnya.

Orang itupun mengangguk.

"oh iya. Nama gue, Chika. Panggil gue Chika aja, ga usah pake kak." ucap orang itu, a.k.a Chika.

Adel pun mengangguk.

"kenapa lo bisa tau gue disana, Chik?" tanya Adel.

"itu ruang Cheers. Tadi pas gue lewat ruangan itu, ga biasanya ruangan itu kebuka. Jadi gue coba masuk, dan ternyata lo udah pingsan disana." ucap Chika.

"lo anak Cheers?" tanya Adel.

Chika pun mengangguk.

Adel pun ber oh ria.

"lo kok bisa pingsan disitu? lo abis berantem?" tanya Chika.

"engga. Tiba-tiba aja ada orang ga jelas nyerang gue." ucap Adel.

"siapa?" tanya Chika.

"Zee." balas Adel.

Chika pun terdiam.

Sedangkan Adel, ia pun tiba-tiba teringat sesuatu.

Dan benar saja, saat ia membuka ponselnya. Sudah banyak notifikasi masuk dari Ashel.

 Sudah banyak notifikasi masuk dari Ashel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adel pun segera membalas pesan Ashel.

Ting!

Tak menunggu lama, ia segera mendapat balasan dari Ashel.

Tak menunggu lama, ia segera mendapat balasan dari Ashel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adel pun menghela nafasnya kasar. Ia bisa pastikan bahwa saat ini pasti Ashel tengah marah padanya.

"lo istirahat aja dulu ya." ucap Chika.

Adel pun mengangguk.

---

Malam hari pun tiba.

Kini Adel sudah tiba di rumahnya. Namun, saat baru saja ia sampai.

"shel." ucap Adel terkejut melihat Ashel tengah duduk di kursi teras rumahnya.

"dari mana aja?" tanya Ashel ketus.

"tadi ada urusan shel. Kan gue udah bilang." ucap Adel.

"iya, urusan kemana?" tanya Ashel.

"ayo masuk dulu aja." ucap Adel mengajak Ashel masuk.

"lo berantem lagi?" tanya Ashel saat melihat Adel sedikit kesakitan.

Adel pun menggeleng.

"terus? kenapa bisa gini?" tanya Ashel.

"tiba-tiba di pukul orang." ucap Adel.

"siapa?" tanya Ashel.

"pacar lo." balas Adel.

"hah?" balas Ashel.

"Zee." ucap Adel.

Ashel pun menggeretakan rahangnya.

"baring dulu sana. Gue kompres." ucap Ashel.

"tadi udah kok." ucap Adel.

"gapapa, kompres lagi. Biar cepet sembuh." ucap Ashel.

"iya iya." balas Adel menyerah.

Ia pun segera merebahkan tubuhnya. Membiarkan Ashel yang akan mengobatinya.

"lain kali kalo di pukul sama Zee. Kasih tau gue." ucap Ashel.

Adel pun mengangguk.

Sebenarnya, bukan Adel tidak mau membalas. Hanya saja ia takut jika orang tuanya akan tau kalau ia membuat masalah. Ingin sekali ia membuat Zee memohon padanya agar dibebaskan. Namun, hal itu tidak mungkin ia lakukan. Sangat beresiko untuknya melakukan hal itu.

to be continued~

GUYSSSS, siapaaa nih disini yang udah nonton ancikaaa. coba rate 1-10 sama review dong..

Dear, Adel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang