26

4.4K 359 11
                                    

2 hari berlalu.

Ayah dan Bunda Ashel masih belum pulang dari Semarang. Dan juga, kebetulan sekolah mereka tengah di liburkan selama 1 minggu karena guru-guru tengah rapat. Hal itu membuat Ashel dan Adel menjadi lebih sering menghabiskan waktu bersama.

Kini mereka pun kian semakin dekat.

Sekarang Ashel tengah berada di dapur. Ia tengah membuat roti panggang untuk mereka sarapan. Sembari menunggu Adel yang masih bergulat didalam selimut tebalnya.

Namun siapa sangka, kini sebuah tangan sudah melingkar diperutnya.

"morning sayang.." ucap Adel dengan suara seraknya.

Ashel pun tersenyum.

"morning my baby. Laper ya. Sabar yaa." ucap Ashel tanpa membalikan badannya.

Adel pun mengangguk. Ia pun tengah sibuk mencium ceruk leher Ashel. Hal itu jelas membuat Ashel merasa geli.

"adel.. ih." protes Ashel.

Adel pun terkekeh.

Sebuah ide pun muncul di pikirannya.

Ia pun semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Ashel yang hanya ditutupi oleh kemeja oversize. Ashel bahkan tidak mengenakan celana dibawahnya. Ia hanya mengenakan Underwear tanpa bra yang dilapisi kemeja putih oversize.

Adel mulai meraba-raba tangannya ke area perut Ashel. Sembari mendusel ceruk leher Ashel. Hal itu berhasil membuat Ashel turn On. Namun ia tahan sekuat mungkin.

"ini masih pagi shel.. jangan kepancing." batin Ashel.

"wangi banget sayang." puji Adel.

"aku ke toilet dulu ya. Sama mau kasih sarapan buat kiko." lanjutnya.

Ia pun segera melepas pelukannya. Ashel merasa lega. Adel tidak menyadari tubuh Ashel yang sudah menegang sedari tadi.

Sekitar 15 menit. Makanan pun sudah siap.

"sayang. Ayo mam." ucap Ashel sembari membawa dua piring berisikan roti panggang dengan selai blueberry dan whippedcream.

"yeyyy. Makasih ayang. Ayo mam." ucap Adel excited. Yap, ia sudah duduk di kursi meja makan sejak 10 menit yang lalu. Sembari memperhatikan Ashel yang sibuk berkutik di pantry.

"hari ini mau kemana?" tanya Adel di sela-sela mereka makan.

"kamu mau kemana emang? aku lagi ga pengen kemana-mana sih." balas Ashel.

"jadi dirumah aja?" tanya Adel.

Ashel pun mengangguk.

"mau quality time sama kamu." ucap Ashel sembari tersenyum.

Adel pun juga membalas senyuman manis itu.

"okay!" balas Adel excited.

Setelah akhirnya mereka selesai makan. Adel pun segera menumpukan piring mereka.

"aku aja yang nyuci piring." ucap Adel.

"aku aja del. Sini." ucap Ashel.

"ga lah. Orang kamu tadi udah masak. Udah ya, tanpa penolakan." ucap Adel sembari membawa piring-piring itu menuju wastafel.

Ashel pun tersenyum melihat perlakuan hangat Adel.

"jadi.. nama panjang kamu sebenernya apa?" tanya Ashel pada Adel.

Adel pun menoleh.

"Fidela Mahika Harlan. Kalo kamu inget, waktu itu aku pernah hampir kesebut. Tapi untung ga jadi." ucap Adel.

Ashel pun terkekeh.

"iya iya aku inget kok." balas Ashel.

Tak terasa, Adel pun sudah selesai mencuci piring.

"beres." ucap Adel mendekat ke arah Ashel.

"kamu mau mandi?" tanya Ashel.

Adel pun nampak berpikir sebentar, lalu mengangguk.

"kenapa?" tanya Adel.

"gapapa. Nanya aja." balas Ashel.

Adel pun mengangguk.

"apa mau mandi bareng?" celetuk Adel sembarang.

Plak!

Ashel pun mendaratkan pukul pada bahu Adel. Adel tak marah, ia bahkan hanya tertawa. Ia pun segera pergi menuju kamarnya.

Sedangkan Ashel, kini pipinya sudah bersemu merah.

"boleh sih sebenernya." gumam Ashel sembari terkekeh.

---

Setelah aktivitas bersih-bersih keduanya selesai.

Kini mereka pun tengah berada di ruang TV.

"adel." panggil Ashel.

"hm?" balas Adel sembari menoleh.

"aku mau nanya, boleh?" tanya Ashel.

"boleh dong. Ayo, mau nanya apa. Bakal aku jawab dengan sepenuh hati." ucap Adel yang kini menghadap Ashel sepenuhnya.

Ashel pun tersenyum.

"tapi kamu jangan marah ya." ucap Ashel sembari menatap mata Adel lekat.

Adel pun diam sebentar.

"tergantung. Kalo kamu udah ga sayang sama aku, terus sayangnya sama orang lain. Aku marah, aku tantrum, aku ngamuk." balas Adel.

Ashel pun terkekeh.

"mana ada gitu." balas Ashel.

"yauda. Mau nanya apa. Aku ga akan marah kok." balas Adel.

Beberapa menit pun Ashel hanya diam. Menatap lekat netra hitam milik Adel.

"shel.." panggil Adel saat Ashel tak kunjung berbicara.

"kenapa kamu masih mau sama aku? kamu pasti penasaran kan tentang apa yang di bilang sama Zee. Tentang masa lalu aku." ucap Ashel.

Mendengar hal itu. Adel pun ikut menatap mata indah milik Ashel tak kalah lekat. Ia begitu terhanyut di dalam alunan dari mata sayu itu.

"kenapa? kenapa aku harus ga mau sama kamu karna hal itu? aku juga ga bisa percaya gitu aja sama Zee. Aku bahkan ga tau hal itu bener apa engga. Dan kalaupun iya, bener adanya. Yaudah. Aku, kamu, kita sama-sama punya masa lalu. Mau itu se-buruk apapun, bukan tugasnya aku buat meng-hakimi kamu. Aku, bakal tetep sayang sama kamu shel. Bahkan, amat." ucap Adel.

Ashel pun langsung memeluk tubuh Adel, erat. Bahkan seperti tidak ada hari esok untuknya bisa memeluk tubuh Adel lagi. Tentu saja, Adel pun membalas pelukan itu.

Sekitar beberapa menit. Ashel pun mulai merenggangkan pelukan itu. Kini ia kembali melihat dan menatap wajah Adel.

"disaat semua orang pengen tau tentang jelek nya masa lalu aku. Kenapa kamu ga pernah tanya soal itu?" tanya Ashel.

"aku ga mau kamu inget-inget hal yang harusnya kamu ga perlu inget lagi. Hal kaya gitu udah seharusnya kamu lupain, bahkan kamu harus buang jauh-jauh pikiran itu. Aku ga mau kamu mikirin hal itu lagi, aku mau kamu fokus sama diri kamu yang sekarang. Ya?" balas Adel.

"aku mau, kamu cuma fokus sama diri kamu. Keluarga kamu, dan aku." lanjutnya.

Hal itu berhasil membuat lengkungan indah terbentuk di setiap sudut bibir Ashel. Menurutnya, Adel tidak pernah membuatnya merasa buruk sedikit pun. Ia selalu merasa dihargai ketika bersama Adel.

"makasih ya." ucap Ashel.

Adel pun tersenyum. Ia pun mengangguk.

Cup!

Ashel mendaratkan kecupan hangatnya pada bibir Adel.

"i love you." ucap Ashel.

"i love you more." balas Adel.

Kini Adel pun kembali menarik Ashel untuk masuk ke dalam dekapan hangatnya. Saling menyalurkan rasa kasih sayang satu sama lain.

to be continued~

bimsalabim..

Dear, Adel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang