21

4.2K 351 10
                                    

Kini Ashel tengah tidur disebelah Adel. Ia juga memeluk tubuh Adel erat, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Adel yang sangat candu untuknya. Ia juga menaruh kepalanya pada bahu Adel.

"del." panggil Ashel.

"iya?" balas Adel yang fokus pada layar TV nya.

"kenapa, hm?" lanjutnya sembari mengelus tangan Ashel yang berada diatas perutnya.

"keberatan ga kalo kita ngomongnya pake aku-kamu aja." ucap Ashel.

Adel pun terkekeh.

Bagaimana bisa Ashel dan Chika melontarkan pertanyaan yang sama padanya.

"boleh." balas Adel.

Ashel pun tersenyum.

"hm."

"kamu ga mau ketemu sama Chika, del?" tanya Ashel.

Adel pun terdiam.

"kenapa emang?" tanya Adel.

"dia bilang kalo tiga hari lagi dia bakal pindah ke Venice, Italy." ucap Ashel.

Adel pun lagi-lagi terdiam. Bagaimana Ashel tau? sedangkan dirinya saja tidak tau tentang ini.

"kamu tau dari mana?" tanya Adel.

"dia bilang sama aku." balas Ashel.

"kok bisa? kalian temenan?" tanya Adel.

"kan Chika ketua Cheers. Jadi aku sering ngobrol sama dia." ucap Ashel.

Adel pun mengangguk paham. Ia juga ber oh ria ketika mengetahui bahwa Chika adalah Ketua Cheers. Pantas saja waktu itu ia masuk ke dalam ruang Cheers sebebasnya.

"Chika itu.." ucap Ashel menggantung.

"adiknya Zee." lanjutnya.

Jeng!

"hah?" hanya itu respon yang dapat Adel berikan.

Adel tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

Flashback On

"ngapain lo mau ketemu gue? mau bilang lo bisa dapetin Adel?" ucap Ashel dikala Chika mengajaknya bertemu di sebuah Cafe.

"gue tau lo marah Shel. Tapi lo denger dulu penjelasan dari gue." ucap Chika.

Ashel pun hanya diam tak merespon.

Chika pun menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembusnya pelan. Ia pun kini sudah siap menceritakan semuanya pada Ashel.

"pertama kali gue nolong Adel itu, waktu dia pingsan di ruang Cheers. Waktu itu, kebetulan gue emang lagi lewatin ruang Cheers, dan kebetulan juga waktu itu pintunya kebuka. Awalnya gue kira ada anak lain yang masuk, tapi pas gue samperin. Ternyata ga ada siapa-siapa disana, tapi pas gue liat di lantai, udah ada Adel yang posisinya udah pingsan disana. Itu waktu pertama kalinya gue bantuin Adel. Dan setelah itu, malem dimana Adel tiba-tiba menghilang dari hidup lo.."

"malem itu, gue ga sengaja denger si Zee lagi nelpon seseorang. Gue juga ga sengaja denger obrolannya. Samar-samar gue denger kalo si Zee lagi rencanain buat culik seseorang. Dan pas gue denger lagi, ternyata dia lagi nyuruh anak buahnya buat culik Adel. Disitu juga gue sempet nanya sama Zee, tapi dia ga ngegubris."

"dan setelah itu, gue diem-diem ngikutin dia pergi. Dan bener aja, malem itu gue ngeliat Adel dijemput di rumahnya. Kepalanya dipukul pake tongkat baseball sampe dia pingsan lagi. Terus dia dibawa ke bangunan kosong yang emang agak jauh. Dia disiksa, dia dipukul. Dia juga diancam buat jauhin lo. Tapi, Adel maksa kalo dia ga mau ngejauhin lo."

"tapi nihil, semakin Adel bilang dia ga mau jauh dari lo. Zee makin nyiksa dia. Dan, Zee juga bilang ke Adel kalo sampe kalian masih deket, lo yang bakal kena imbasnya. Dan Adel yang denger itupun ga bisa ngapa-ngapain lagi. Kita semua juga tau Zee orangnya gimana."

"jadi itu alasannya kenapa Adel bisa ada sama gue." ucap Chika.

"bentar, lo bilang lo denger Zee ngomong? emang lo ada hubungan apa sama Zee?" tanya Ashel.

Chika pun menatap dalam mata Ashel.

"gua.."

"adiknya Zee." ucap Chika.

Yap, hal itu jelas membuat Ashel terkejut.

"gue emang ga bilang ke siapa-siapa kalo kami saudaraan." ucap Chika.

Ashel masih terkejut, tidak ada respon apa-apa darinya.

"jujur, gue suka sama Adel. peluang gue buat dapetin dia juga besar. Tapi, percuma juga. Setelah ini gue bakal pindah ke Venice, Italia. Gue juga bakal pisah sama dia kalo gue tetep paksain buat kita bareng. Gue harap, lo pada bisa memperbaikin hubungan kalian." lanjutnya.

Ashel hanya menatap Chika dengan tatapan nanar.

"jaga Adel baik-baik ya Shel. Maaf kalo gue ada rasa ke dia."

"dan, gue minta sama lo buat jangan kasih tau tentang ini ke Adel. Jangan bilang juga kalo gue jelasin semuanya ke lo." ucap Chika sembari beranjak dari duduknya.

"gue balik ya." ucap Chika meninggalkan Ashel yang masih terdiam disana.

Flashback Off.

"kok bisa tau?" tanya Adel.

"aku kan cenayang." balas Ashel.

"ih beneran Ashel." ucap Adel.

"ga penting tau dari mananya Adel. Tadi kan pertanyaan aku, emang kamu ga mau ketemu Chika dulu sebelum dia pergi?" tanya Ashel.

Adel pun menunduk. Lalu ia pun mengangguk.

"aku mau." balas Adel.

Sejujurnya ada rasa sesak di dada Ashel. Namun, ia juga tidak boleh egois. Bagaimanapun juga, jika tidak ada Chika dihari itu. Ia tidak tau bagaimana keadaan Adel sekarang.

"tapi kamu temenin aku ya." ucap Adel.

Ashel pun tersenyum. Ia pun mengangguk.

Adel pun segera membawa Ashel ke dalam pelukannya. Sejujurnya, sejak hari dimana ia selalu menghabiskan waktu bersama Chika. Lambat laun, perasaan Adel mulai tumbuh. Jika di persentasekan, perasaan Adel pada Chika kini 40%. Namun, sekarang ia harus mengubur perasaan itu dalam-dalam.

to be continued~

pelisss kasih author ide😞 dah mulai habis ide iniiii😭

Dear, Adel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang