01

464 91 168
                                    

"SAYANG!" Terdengar suara seorang laki-laki dengan muka khas bangun tidur, berjalan menuruni tangga sambil melihat kanan kiri mencari keberadaan seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SAYANG!" Terdengar suara seorang laki-laki dengan muka khas bangun tidur, berjalan menuruni tangga sambil melihat kanan kiri mencari keberadaan seseorang.

"Apa si mas, jangan teriak teriak deh nanti anak-anak bangun," saut seorang wanita dari arah belakang rumah

Laki-laki itu langsung berlari dan memeluk wanita kesayangannya. "Kamu dari mana, aku nyariin tau," ucap laki-laki itu dengan manja.

Wanita itu mendengus mendengar ucapan sang suami. "Stop kaya anak kecil Hamka, kamu udah punya 3 anak."

"Ah kamu mah, jahat banget si sama aku."

Laki-laki yang dipanggil Hamka itu pun melepaskan pelukannya, wanita yang tadi dipeluknya pun segera berjalan meninggalkan sang suami tanpa menghiraukan pandangan sebal itu.

"Sayang, kita bikin adek buat si bontot yuk!" Ucap Hamka dengan semangat.

Wanita itu pun memutuskan menghadap sang suami, "stop deh ka," jawab wanita itu sebal.

Hamka yang mendapatkan penolakan itu pun hendak protes, namun belum sempat mengatakan ketidaksukaannya itu sudah dipotong sang istri.

"Aku gak mau ya denger kamu ngeluh lagi tiap tengah malem gara-gara bayi kita rewel."

"Nindi sayang, aku janji deh nggak bakal ngeluh lagi, janji!" Ucap Hamka dengan percaya diri, wanita yang dipanggil Nindi itu pun langsung memandang jengah pada sang suami.

Memang ini bukan kali pertamanya sang suami membicarakan hal ini, dan Nindi selalu menolak dengan tegas.

Ingatkan pada suami Nindi kalau Nindi tak mau lagi mendengar ocehan sang suami itu di tengah malam seperti kejadian 3 tahun lalu saat si bontot baru lahir.

"Nindi kamu tu gak usah egois bisa enggak si, aku pengen anak laki-laki lagi!" Ucap Amka dengan wajah marahnya, Nindi yang mendengar itu pun lantas menatap suaminya tak percaya, egois katanya.

"Egois kamu bilang?, yang egois itu aku atau kamu!, kamu pikir selama ini gampang ngurus 3 anak yang umurnya berdekatan hah!, enggak."

"Kamu itu cuma tau bikin!, kamu itu gak pernah bantu aku ngurus mereka gak pernah, kamu cuma mikirin diri kamu sendiri!" Jawab Nindi dengan air mata mengalir deras, Hamka hanya bisa diam saja, memang benar ini salahnya karena terlalu terobsesi ingin mempunyai 2 anak laki laki dan 2 anak perempuan tanpa tau cara menjaga jarak umur anaknya.

"Coba kamu tu liat posisi anak anak mas, liat Hera mas dia masih butuh kasih sayang orang tuanya tapi malah harus punya adik di umur yang baru 1 tahun, sama juga kaya Fian dia juga sama mas," ucap Nindi sambil menatap mata sang suami.

Hening, Hamka hanya bisa diam saja dan tiba tiba pergi menuju kamar, Nindi yang melihat itu hanya bisa menangis dalam diam semua salahnya karena tidak mengikuti ucapan orang tuanya untuk melakukan KB saat Hera masih berumur 2 bulan, yang Nindi pikirkan hanya ingin menyenangkan sang suami sampai setelah anak terakhirnya lahir barulah Nindi sadar kalau selama ini dia salah dan barulah dia melaksanakan KB.

 In Omnia Paratus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang