07

138 59 162
                                    

Dibukanya pelan pintu itu dan dapat ia lihat keadaan rumah itu kosong Hera sempat dengar suara mobil pergi tadi saat setelah ayah dan mamahnya berdebat didepan kamarnya mungkin itu ayahnya yang pergi dan mamahnya kemungkinan besar berada dikamarnya Hera meyakinkan dirinya sendiri guna melanjutkan langkah kakinya itu.

**********************************

Dengan langkah pelan Hera berjalan mengendap keluar rumah, oke ini ide gila Hera pun sadar itu tapi ia tidak mau dibuang oleh ayahnya sendiri lebih baik ia pergi saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah pelan Hera berjalan mengendap keluar rumah, oke ini ide gila Hera pun sadar itu tapi ia tidak mau dibuang oleh ayahnya sendiri lebih baik ia pergi saja.

Setelah sampai didepan pintu Hera menatap kekamar orang tuanya dan juga kamar adiknya, "Maaf, tapi kalian yang bikin aku gini."

Setelah yakin Hera berlari keluar berlari tak tentu arah setelah dirasa cukup jauh dari rumahnya ia menghentikan larinya.

"Aku harus kemana sekarang," gumam Hera.

Hera terus berjalan tanpa tahu harus kemana saat disebuah tikungan Hera tidak sadar kalau ada mobil yang melaju menuju arahnya, dia terlalu fokus melamun sampai tidak menyadari itu sampai mobil itu sudah benar benar dekat dengannya.

Tin....tin...tin...

Hera tersadar namun bukannya berlari menghindar ia malah menatap mobil itu seolah mengatakan ia siap mati kapan saja.

"Pah awas pah!" Ucap wanita dari dalam mobil pada suaminya.

Ketika jarak mobil itu tinggal beberapa meter didepannya Hera memejamkan mata menunggu sensasi yang akan ia rasakan namun bukannya merasa sakit atau apa ia malah tidak merasakan apapun, mobil itu berhenti tepat 3 meter didepannya.

Suami istri itu menghela nafas lega ketika mobil berhasil berhenti tanpa melukai anak kecil didepan.

"Ya ampun anak siapa si itu ditengah jalan gini," gumam seorang wanita sedikit berumur dari dalam mobil, tanpa ia tahu kalau anak kecil itu adalah salah satu keluarganya.

Orang itu turun lalu menghampiri gadis kecil itu, "nak kamu ngapain ditengah jalan ini bahaya loh gima- YA AMPUN HERA!" Ucapan penuh kelembutan itu berubah menjadi keterkejutan.

Wanita tua itu terkejut saat tahu bahwa gadis kecil yang hampir ia dan suaminya tabrak adalah cucunya sendiri.

Iya sepasang suami istri itu adalah nenek dan kakek dari Hera, orang tua dari mamanya, Hera yang mendengar namanya disebut pun mendongak betapa terkejutnya ia saat tau jika itu adalah neneknya.

"Oma, opa."

"Ya ampun sayang kamu ngapain disini sendirian," ucap laki laki tua itu yang biasa disebut Opa Adit.

"Iya bener, ini juga kenapa kamu bawa tas gede gini," ucap Oma Dita dengan nada kaget yang ketara jelas, Hera hanya menunduk saja tanpa ada niatan ingin menjawab pertanyaan opa dan omanya itu.

"Sudah ayo kita masuk dulu disini dingin," usul opa Adit dan di angguki oma Dita, Oma Dita menggandeng tangan Hera untuk masuk kemobil.

Mobil melaju dengan pelan, "Kita pulang ya," ucap oma Dita pada Hera.

Hera langsung menggeleng kuat, "Jangan Oma, aku kabur dari rumah papah mau buang aku kepanti asuhan Oma."

"Hera nggak mau pulang, Era takut Oma, Opa," ucap Hera lirih, Era adalah panggilan yang diberikan oleh opa dan omanya.

Mendengar penjelasa Hera baik oma Dita maupun opa Adit sama sama terkejutnya, setelah mendengar kalimat itu opa Adit langsung memutar stir mobilnya memutar haluan mobilnya menuju kediamannya sendiri.

"Sudd Era tidur ya, Era dirumah Opa sama Oma aja dulu."

Tak berselang lama Hera tertidur dipelukan Oma Dita, sejak tadi Oma Dita diam bukan karna apa tapi ia berusaha susah payah menahan Isak tangisnya.

"Kali ini apa yang mereka perbuat sama cucu kita," gumam Oma Dita, tangganya tak henti mengelus lembut surai rambut indah cucunya.

Opa Adit hanya menghela nafas, anak dan menantunya itu sepertinya berbuat kesalahan yang cukup fatal bahkan bisa dibilang sangat fatal sekali, sepertinya ia akan memberi sedikit teguran pada anak dan menantunya itu.

"Ini alasan kenapa aku nggak ngizinin dia nikah sama laki laki sialan itu," ucap Opa Adit dengan tangan terkepal pada stir mobil.

Oma Dita mengangguk setuju, anaknya itu sungguh keras kepala ia bersikeras menikah dengan laki laki yang baru dia temui beberapa Minggu.

Kedua orang tua Nindi memang bisa dibilang tidak merestui hubungan Nindi dengan Hamka karena, menurut Opa Adit Hamka adalah laki laki brengsek tapi Nindi tidak percaya dan sekarang semuanya terbukti.

Bagaimana mungkin menantunya itu akan membuang cucunya ke panti asuhan, berani sekali dia itu lihat saja apa yang akan ia dapatkan setelah ini.

"Sepertinya aku harus memberikan sedikit teguran pada mereka."

Oma Dita mengangguk setuju dengan ucapan suaminya itu, sudah cukup Hera diperlakukan tidak adil oleh anak dan menantunya itu kini saatnya cucunya ini mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan dari dulu.

Follow akun WP aku, mau follback DM aja🐣
Instagram : its.blue_cat
08-01-24

blue_cat08-01-24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 In Omnia Paratus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang