02

203 82 135
                                    

"Fian mau ikut mamah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fian mau ikut mamah?"

Tak ada sahutan hanya ada tatapan kosong , Nindi yang tak mendengar sahutan pun menghela nafas, "Fian dirumah aja ya, mamah mau anter adek Nala ke rumah sakit dulu cuma sebentar kok," ucap Nindi.

"Gak papa ya?" Sambung Nindi karna tak mendengar jawaban dari anaknya itu.

✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧

"Mamah nggak sayang sama Fian."

Nindi yang mendengar itu terkejut ia tidak menyangka Fian akan berkata demikian,"Kak, mamah anterin Nala ke rumah sakit bukan berarti mamah gak sayang kak Fian loh," saut Nindi dengan wajah tersenyum lembut.

"Kalo gitu Fian ikut!" jawab Fian tak mau dibantah.

Nindi menghela nafas, "Ayo kita anter adek ke rumah sakit." Final Nindi.

Mereka pun pergi ke rumah sakit, sepanjang perjalanan Fian hanya diam sambil menatap sekitar tak jauh berbeda dengan Nindi yang menatap keluar jendela dengan termenung.

Anak perempuan pertamanya marah pada dirinya, Nindi tak bisa menyalahkan Hera karna pada dasarnya Hera lah yang paling teracuhkan sejak ia mengandung Fian, Nindi memang hanya fokus pada kehamilannya tanpa memperhatikan Hera yang masih sangat membutuhkan kasih sayangnya.

Saat sedang melihat keluar jendela Nindi melihat siluet orang yang tidak asing baginya, "Mas Hamka?" Lirih Nindi tapi langsung ia tepis pikiran itu.

Tidak mungkin suaminya dekat dengan perempuan lain selain dirinya, Nindi pun kembali melamun memikirkan semuanya.

Tanda disadari awal dari kehancuran rumah tangganya mulai terlihat.

Sedangkan dilain sisi Mbak Lala sedang memandang anak majikannya ini, Lala sudah menjaga merawat dan memberikan kasih sayang pada Hera selama 5 tahun, jelas itu bukan waktu yang sebentar bagi Lala Hera bukan anak yang tidak tau sopan santun karna berbicara acuh kepada kedua orang tuanya ia hanya haus kasih sayang orang tuanya saja.

"Non Hera gak boleh bilang gitu sama Mamah."

Suara Lala memecahkan keheningan yang ada dimobil itu, Hera melihat kearah depan pandangannya kosong.

"Bagaimanapun juga mereka kan orang tuanya Non Hera," sambung Lala saat tak mendengar jawaban dari anak majikannya itu.

"Hera juga butuh mamah, butuh papah."

"Yang butuh mereka bukan cuma Nala Mbak, Hera juga butuh! Hera juga anaknya!"

Diluar ekspektasi Lala bocah berumur 6 tahun itu bisa mengucapkan kata kata seperti itu, Lala hanya bisa diam membenarkan ucapan Hera.

Memang majikannya terlalu terlihat pilih kasih pada anak anaknya walaupun Lala tau aslinya tidak begitu namun perlakuan yang salah membuat pemikiran aneh dalam anak anaknya muncul.

********

Malam pun tiba saat ini bocah berumur 4 tahun itu sedang menonton tv di ruang tamu bersama dengan Nindi dan juga kakak laki lakinya Fian.

"Mama, Nala suka bintang."

"Iya Nala suka bintang, kalo Kak Fian suka apa?"

Fian menatap Mamahnya lalu berganti menatap Nala yang juga sedang menatapnya polos,"Fian suka Kak Hera."

Nindi mengangguk paham, anak laki lakinya itu memang sangat menyukai kakak perempuannya walau setiap kali mencoba mendekat yang didapatkan hanya acuhan sang kakak tapi itu tidak menyurutkan kebahagiaan Fian.

"Wah anak-anak Papah lagi nonton apa ni," ucap Hamka sambil berjalan menuju istri dan anaknya.

"Nonton kartun Papah," saut Nindi dengan nada bicara dibuat seperti anak-anak, Hamka terkekeh mendengar itu.

Tersadar akan sesuatu Amka pun melihat sekeliling rumah,"loh kak Hera kok gak ikut?" Tanya Amka.

"Hera mama mau mas ikut nonton gini," saut Nindi sambil menepuk sisi kosong disebelah kirinya.

Hamka duduk disebelah kiri sang istri ia menyenderkan kepalanya dibahu sang istri, rasanya begitu sekali Nindi memang membawa ketenangan bagi Amka itu sebabnya Hamka menikahi Nindi.

Sedangkan di lantai 2 Hera menatap keluarganya yang terlihat bahagia bersenda gurau tanpanya, sudah menjadi pemandangan setiap hari bagi Hera karna hampir setiap malam keluarganya akan berkumpul dan bersenda gurau tanpa dirinya.

Bukan karna Hera tidak diajak namun Hera hanya sedang mencoba merajuk berharap akan dibujuk oleh orang tuanya, namun kenyataannya mereka malah masih bisa bahagia tanpa kehadiran Hera.

Mbak Lala yang melihat itu hanya bisa tersenyum sendu,"Non Hera nggk mau ikut gabung?" Tanya Lala sambil mengelus pucuk kepala Hera.

"Buat apa Mbak, liat mereka bahagia tanpa aku. Mungkin emang cuma aku anak yang enggak diharapkan sama mereka."

Setelah mengatakan itu Hera pergi ke kamarnya dan menguncinya dari dalam, Lala kasian pada Hera pada dasarnya Hera hanya ingin diperhatikan seperti teman temannya diperhatikan orang tuanya.

Nindi dan Hamka menikah saat Nindi berumur 15 tahun, terkejut? Jelas, anak itu sudah menikah diusianya yang baru 15 tahun sedangkan Hamka berumur 17 tahun lebih tepatnya mereka menikah muda ya walau terlalu muda memang.

Mungkin itu juga sebabnya Nindi dan Hamka tak bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak anaknya.

"Nala seneng bisa kumpul kaya gini," ucap Nala dengan tersenyum  cerah.

"Fian harap selalu gini mama papa,"saut Fian juga, Nindi tersenyum bahagia berbeda dengan Hamka yang menegang ditempat mendengar ucapan sang anak.

"Udah sekarang Nala sama Fian tidur sama udah malem," ucap Hamka

"SIAP BOS!" Jawab Nala dan Fian bersama lalu mereka pergi ke kamarnya yang memang terhubung.

Sekarang hanya tinggal Nindi dan Hamka di ruang tamu itu, "Aku minta maaf buat yang pagi tadi mas," ucap Nindi memecah keheningan.

Follow IG: its.blue_cat
31-12-23

blue_cat31-12-23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 In Omnia Paratus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang