17

115 30 84
                                    

Malam pun tiba diruang makan semua orang mulai berkumpul untuk melakukan makan malam bersama, begitu juga dengan Hera yang datang menggunakan tongkat karena kakinya masih sedikit sakit untuk di gerakkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam pun tiba diruang makan semua orang mulai berkumpul untuk melakukan makan malam bersama, begitu juga dengan Hera yang datang menggunakan tongkat karena kakinya masih sedikit sakit untuk di gerakkan.

"Malam Opa Oma," ucap Hera sambil mencium pipi keduanya.

"Sayang sini duduk, Hera mau makan apa?"

"Terserah Oma aja," jawab Hera dengan senyum cantiknya.

"Kamu ini ya kebiasaan selalu aja jawab terserah kalo ditanya." Kesal Oma Dita namun tak urung tetap mengambil makanan untuk Hera.

Opa Adit terkekeh mendengar perdebatan kecil antara istri dan cucunya itu, setidaknya mereka tidak larut dalam kesedihannya.

"Oma Nala juga mau diambilin sama Oma," ucap Nala yang membuat semua orang memandang kearahnya.

Fian yang melihat itupun geram, kenapa adiknya begitu menyebalkan sekali, Oma Dita yang mendengar itu pun segera mengambilkan makanan untuk cucunya itu.

"Ini, dimakan ya."

"Wah, makasih Oma," ucap Nala sambil melirik mengejek kearah Hera, Hera melihat tatapan mengejek itu namun dia hiraukan.

Setelah selesai makan mereka berkumpul diruang keluarga menikmati malam sambil menonton film.

"Kamu nanti ikut mamah pulang," ujar Nindi pada Hera yang tengah menonton film bersama adik adiknya.

Hera yang merasa diajak bicara pun memandang lawan bicaranya, "Hera mau lanjut sekolah di Korea."

Mendengar anaknya itu mengatakan hal yang tidak ia inginkan membuat Nindi murka, memang niat awal Hera pulang adalah untuk melanjutkan sekolahnya disini namun setelah tragedi yang menimpanya membuat Hera memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di Korea saja.

"Jangan membantah Hera mamah tidak mengajarkan kamu untuk menjadi anak yang pembangkang!"

Hera menghela nafas, "kapan mamah ngajarin Hera mah?"

"10 tahun ini yang selalu mendidik Hera itu Tante Nada buka Mamah ataupun Papah."

"Berani kamu sama mamah Hera!" Tekan Nindi dengan muka merah menahan kesal.

Oma Dita dan Opa Adit yang melihat itu memandang Hera dengan tatapan kasian, anaknya itu memang benar benar sudah berubah sejak menikah dengan laki laki itu.

"Hera kalo kamu nggak mau tinggal sama mamah kamu, kamu bisa tinggal disini sama Oma sama Opa," ucap Oma Dita mencoba membujuk Hera agar tidak kembali pergi ke Korea.

Hera memandang Oma dan Opanya lalu memandang Mamahnya, "Mamah nggak berhak ngatur hidup aku! begitu juga Oma sama Opa! Nggak ada yang berhak ngatur hidup aku, jadi jangan paksa aku untuk ikut kehendak kalian." Setelah mengatakan hal itu Hera beranjak dari duduknya mengambil tongkatnya dan melangkahkan menuju kamarnya.

"Kurang ajak kamu Hera! Berani kamu bilang seperti itu sama Mamah hah!" Ucap Nindi dengan keras membuat Hera menghentikan langkahnya.

"Aku berhak mengambil keputusan aku sendiri!"

"Kamu nggak sopan banget si kak sama Mamah, dia itu yang ngelahirin kita yang membesarkan kita yang memenuhi kebutuhan kita sampai sekarang, kakak tau diri dong," celetuk Nala seakan dia berkata hal yang benar Fian yang duduk didekatnya langsung memandang nyalang pada adiknya itu.

Hera menatap Nala dengan tatapan mengejek, "itu menurut lo, buka. Menurut gue, lo itu nggak tau apa apa tentang ini semua."

Nala yang mendengar itu langsung berdiri dan menatap kakaknya marah,"aku tau semuanya,harusnya aku yang bilang gitu sama kakak,kakak tuh cuma mikirin diri kakak sendiri, mamah sama papah udah susah payah besarin kakak menuhin kebutuhan kakak sekolah kakak tapi kakak bener bener nggak tau diri ya cih."

"CUKUP YA LA!" Teriak Hera muak mendengar omongan kosong adiknya itu.

"Apa tadi lo bilang hah? Susah payah mereka besarin gue? Waktu kecil sampe umur 6 tahun yang jaga gue yang rawat gue itu mbak Lala buka wanita itu, yang menuhin kebutuhan gue itu Tante Nada dia juga yang biayain semua kebutuhan gue bukan orang yang Lo sebut sebagai orangtua itu, jadi jaga ucapan lo sebelum gue bertindak nekat Naila!" Ujar Hera lalupergi dari sana meninggalkan semuanya.

"Sialan anak itu," gumam Nindi lalu pergi dari sana.

"Hera pah, dia-" ucap Oma Dita terbata bata.

"Hera udah dewasa mah,biarin dia buat keputusan sendiri yah, ayo kita tidur." Opa Adit memapah istrinya itu menuju kamarnya meninggalkan kedua cucunya yang sedang beradu pandang itu.

"Berapa kali perlu gue bilang La, jangan sok tau jangan ikut campur. Lo itu nggak tau apa apa," ujar Fian pada Nala.

"Aku cuma mau bela mamah kak."

"Apa yang perlu lo bela La apa?!"

"Perlakuan mamah sama papah ke lo dan ke kak Hera itu beda, lo nggak berhak ngomong kaya tadi sama kak Hera Naila."

"Jangan jadi orang sok tau La, gue muak sama punya adik kaya lo," ucap Fian lalu pergi dari hadapan Nala, meninggalkan Nala dalam lamunannya.

"Jangan jadi orang sok tau La, gue muak sama punya adik kaya lo," ucap Fian lalu pergi dari hadapan Nala, meninggalkan Nala dalam lamunannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini update 2 bab ya, lanjut besok lagi.
28 Februari 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 In Omnia Paratus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang