Hari Perpulangan

84 17 2
                                    

{ بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ }
{ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ }


Bismillah 🦋
Ingatkan jika ada kesalahan ya teman-teman!!


°°°🌷°°°


Suasana pagi hari, tidak seperti biasanya. Jika dipagi hari pada biasanya banyak santri yang lalu lalang di lingkungan pesantren, entah untuk menuju kesekolah, ataupun kegiatan lainnya. Namun, tidak dengan hari ini, banyak santri yang lalu lalang bukan karena ingin ke sekolah, tetapi merapikan barang-barang mereka untuk dibawa pulang.

Hari ini merupakan hari perpulangan di Pondok Pesantren Darul Ayman Al-Kahfi. Banyak santri-santri sedang mengemasi barang-barangnya, ada yang sedang mengangkut barang untuk ditaruh dipos dekat pintu gerbang agar memudahkan nantinya untuk memasukkan barang, bahkan sudah ada yang sudah dijemput.

6 orang santri terduduk hening didepan pintu kamar melihat kegiatan didepan mata mereka, jika yang lainnya sibuk mengurusi barang maupun yang lainnya untuk dibawa pulang, tetapi tidak dengan mereka. Mereka masih terduduk lesu, bahkan tidak ada yang membuka pembicaraan.

"Kalian, gak pada pulang?" tanya Azzam membuka obrolan.

Semua menatap kearah Azzam seraya menggeleng lesu.

"Kenapa?" tanya Azzam lagi.

"Gue, enggak, soalnya nanggung juga kalo pulang, kan libur cuman seminggu doang. Males juga sih, takutnya nanti males pas balik lagi," ujar Ayran.

Azzam hanya mengangguk.

"Gue males kalo pulang, soalnya kalo pulang kerumah sendiri percuma, gak ada orang. Pulang ke rumah nenek, gak ada orang juga soalnya mereka lagi ada urusan. Yaudah milih tinggal disini aja, soalnya ada sebagian santri juga yang gak pulang, jadi besar kemungkinan gue akan kesepian." Tutur Keenan.

Mereka semua tau, keluarga Keenan merupakan keluarga pembisnis, tak heran jika keluarganya bolak-balik ke kota maupun luar negri, besar kemungkinan mereka jarang tinggal dirumah dan berkumpul bersama-sama.

"Hmm,, gue juga enggak pulang kok. Kalo gue pulang pasti butuh biaya yang besar, soalnya kan jaraknya jauh banget, mending uangnya di pakai buat berobat ayah aja dikampung yang lagi sakit." Ujar Agam seraya menampilkan senyuman hangatnya.

Mereka semua menatap iba kearah Agam. Baru saja Agam bercerita, bahwa ia mendapat kabar kalau ayahnya sedang sakit parah di kampung. Akhir-akhir ini ia juga sering melamun karena memikirkan orang tuanya yang di kampung. Ia lebih memikirkan biaya, biaya berobat pasti membutuhkan biaya yang lumayan besar, belum lagi biaya ia di pesantren.

Namun, beruntungnya Agam seorang anak yang rajin dan pintar, ia sering mengikuti lomba yang diadakan di pesantren dan berhasil meraih juara, dan juga ia mewakili Pondok Pesantren Darul Ayman Al-Kahfi untuk bersaing tingkat Provinsi, walaupun tidak mendapatkan juara 1 tetapi ia berhasil meraih juara 3. Setidaknya itu bisa membantu kebutuhan ia di pesantren tanpa harus meminta pada orang tuanya.

"Yang sabar aja, Gam. Dibalik semua ini pasti ada hikmahnya kok. Gak lo aja, gue juga sama." Ujar Hanan seraya merangkul pundak Agam. "Gue, biarin Hanum aja yang pulang. Soalnya bibi katanya ada perlu, dan dia juga kangen sama nenek. Dia juga gak pulang kerumah sendiri, pulangnya kerumah bibi yang letaknya itu gak jauh dari sini." Lanjutnya.

Al-Kaizen II Ganas Man CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang