Bab 2

131 19 2
                                    

Sinar rembulan yang benderang masuk melalu kaca jendela dengan gorden transparan, menyorot tepat ke wajah Jaehan yang tertidur lelap malam itu.

Desiran angin yang masuk Dari celah tiap sisi jendela sesekali menerbangkan gorden tipis Bak kelambu itu.

Butiran keringat memenuhi wajahnya, kegelisahan menyeruak masuk lewat relung-relung hati. Jaehan seperti menyadari, ada seseorang yang memperhatikannya di sudut ruangan dekat dengan tempat tidurnya.

Terbangun Juga, ketika rasa nya tatapan mata itu sedikit mengganggu.
Jaehan terduduk di ranjang nya yang tidak terlalu nyaman untuk di tidurin, di lihatnya seseorang yang Dari tadi memperhatikan nya, berdiri tanpa ekspresi, hanya terlihat sorot mata yang tajam Dan bercahaya ke jinggaan. Tertutup tudung Hoodie hitam, siapa kau ?

Jaehan terbangun ketika suara alarm menunjukkan pukul 6.00 am KST.

Jaehan mengusap wajah nya perlahan, di lihatnya sudut ruangan tempat seseorang yang memperhatikannya selama dia tertidur. Kosong...tak ada siapa-siapa, sinar rembulan berganti sinar matahari pagi yang belum terik.

"Apa itu Mimpi ?" Gumam Jaehan sambil bangkit Dari tempat tidurnya

"Tapi itu terasa sangat nyata untuk di katakan Mimpi" gumamnya lagi.

Bersiap-siap untuk pergi bekerja, tanpa sarapan. Hanya baju hangat yang nyaman Dan melindunginya Dari cuaca dingin, tidak lupa beanie Dan syal juga sarung tangan.

Langkah pertamanya saat keluar unit apartment nya, kini menjadi tidak biasa. Di tatap nya pintu unit disebelah nya, tempat dimana dia bertemu penghuni baru yang kini terus berkeliaran di kepalanya.

Terlalu rapat, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti sebelum di huni. Jaehan mengunci rapat pintu unit nya, gantungan kunci bintang itu sedikit mengeluarkan cahaya. Jaehan menyadari itu, namun tak di hiraukan. Melanjutkan langkahnya, Waktu tidak akan menunggu nya malah kadang berlalu lebih cepat Dari yang di duga nya.

Beberapa orang penghuni apartment sudah sibuk dengan kendaraan yang semalam terparkir rapih, kegiatan yang menjadi rutinitas harian tidak terasa lagi menyenangkan. Kadang mereka menajalani nya hanya untuk sebuah formalitas atau pemenuhan kebutuhan

Mencoba tidak perduli, Jaehan tetap melanjutkan perjalanan menuju mini market tempatnya bekerja tanpa menyapa siapapun yang ada disana.
Untuk nya, semakin sedikit mengenal orang akan semakin sedikit resiko kita untuk di sakiti.

Seperti yang sudah di pesan kan semalam, seorang teman sudah menunggu nya di depan mini market.
Berdiri sambil sesekali meniup telapak tangan nya yang mulai kedinginan. Lambaian tangan menyambut Jaehan yang telah sampai untuk menggantikan nya bekerja.

"Lama sekali" keluh nya

"Aku tidak meminta mu menunggu di luar kan. Tunggu saja di dalam, bukan kah ini membuang waktu ?" Tanggap dingin Jaehan

"Ini untuk mu, makan lah. Setidak nya saat kamu makan terlihat sedikit seperti manusia."

Sekotak susu Dan sebuah kimbab di berikan untuk teman sejawatnya. Sikap dingin nya tidak membuat nya berhenti berbuat baik, meski Jaehan juga tidak berhenti untuk bersikap dingin Dan seperlunya.

Di ambilnya susu Dan kimbab pemberian temannya itu. Tanpa senyum yang memang menjadi Hal paling sulit di lakukan Jaehan.

"Gomawo, Sebin-ah" ujarnya berterima kasih. Dirasanya kata-kata itu cukup untuk membalas pemberian Sebin, Jaehan langsung masuk ke dalam mini market. Merangsek ke balik meja kasir memakai tanda pengenal Dan memeriksa beberapa data di layar computer.

Karna memang belum ada yang belanja, Jaehan menyempatkan untuk Makan kimbab pemberian Sebin untuk mengisi perut Dan memberinya Tenaga. Di tengah-tengah kesibukan nya mengunyah, dia merasa ada Hal yang menarik perhatian nya.

After SunsetWhere stories live. Discover now