BAB IV

184 15 0
                                    

***DETAK***

Malam kian sunyi. Langit menghitam dengan gelapnya. Taburan bintang di langit membuat suasana menjadi terang. Juga bulan yang membuat malam menjadi lebih terang. Meninggalkan gelapnya malam di saat mendung dan hujan gelegar.

Mark sedang berada di balkon kamarnya. Menikmati malam hari ini dengan mata terpejam. Kelopak matanya tertutup dengan sempurna. Sesempurna dirinya yang bak pangeran dari negeri dongeng.

Dibalik ketenangannya. Mark menyimpan banyak kenangan - kenangan buruk yang tidak ingin dilepasnya.

Kacau.

Mungkinkah Mark bisa mengatakan jika kehidupannya sudah kacau ?

Impian dari sekian dari sejuta anak kecil telah direnggut darinya dan adiknya.

Kedua orangtua mereka memilih berpisah. Membuat Mark dan sang adik harus diberi pilihan.

Ikut mamah atau ayah ?

Haha ... Mark kini hanya bisa tersenyum pahit mengenangnya.

Bahkan kini ayahnya, menjadi tidak mengenali Mark sama sekali. Ayahnya yang berubah membenci Mark bahkan tidak ingin bertemu dengan Mark.

Adiknya yang sangat Mark sayangi kini bukan lah menjadi sosok adik Mark lagi. Kini dia lebih pendiam, tidak banyak bicara dan hanya menemui Mark saat dia membutuhkan dirinya.

Hanya itu. Tapi Mark bahagia jika melihat adiknya pun bahagia.

Tok tok tok ...

Suara ketukan pintu terdengar oleh Mark. Mark menoleh ke belakang. Lalu berjalan untuk menuju pintu kamarnya yang tertutup.

Ketukan sandal rumah dengan lantai marmer yang mahal terdengar nyaring di sunyinya kamar Mark.

Setelah sampai di depan pintu. Mark lantas menekan knop ke bawah agar pintu di depannya bisa terbuka.

Raut wajah pria itu mendadak berubah. Wajah tampan yang tadinya hanya menampilkan ekspresi dingin kini berubah menjadi ekspresi menahan amarah.

"Ngapain Lo di depan kamar gue ?" Mark berbicara dengan nada kasar---menatap pria lain yang berada di hadapannya

Yang lainnya hanya bisa menarik napas. Rasa sesak seketika memenuhi rongga dadanya saat pria di hadapannya ini tidak bisa bicara dengan lembut pada dirinya.

Renjun memaklumi. Namun dia juga sakit hati.

"Gue mau ngomong sebentar sama Lo, kak." Ujarnya dengan getir

"Gue nggak ada waktu ngomong sama Lo. Jadi Lo lebih baik pergi dari hadapan gue." Mark sekali lagi berbicara dengan kasar kepada pria di hadapannya

Wajahnya seperti menahan rasa kesal melihat kedatangan Renjun ke kamarnya.

Mark dan Renjun adalah saudara tiri.

Ibu Mark menikah lagi dengan ayah Renjun setelah berpisah dengan ayah Mark.

"Lo kenapa sih, kak ? Gue punya salah apa sama Lo sampe Lo giniin gue ? Kalo gue punya salah, Lo harusnya ngomong ke gue supaya gue bisa intropeksi diri. Gue nggak mau sikap Lo nambah dingin ke gue, Kak Mark." Renjun berujar panjang sambil menatap Mark dengan mata yang berkaca - kaca

Mark mendecih mendengar ucapan Renjun. Matanya menatap sinis ke arah adik tirinya itu, "Lo yakin gak punya salah ? Yakin Lo gak tau apa - apa ?" Balas Mark sarkas tepat mengenai hati Renjun

Renjun terlihat bingung. Sebenarnya apa yang terjadi hingga Mark mendiaminya seperti ini ?

"Apa yang nggak gue tau ?" Tanya Renjun lagi

DETAK | MARKHYUCK (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang