BAB VII

147 16 0
                                    

***DETAK***

Setelah bergelud dengan tugas matematika yang membuat kepalanya memanas, Haechan memilih untuk naik ke atas rooftop sambil membawa bekal yang dimasukkan oleh ibundanya saat pagi tadi.

Tujuannya naik ke atas rooftop hanya satu. Dia ingin merilekskan pikirannya dari kebisingan sekolah.

Jika dia memakan bekalnya di kantin, itu adalah tempat yang tidak tepat untuk mencari kesunyian, karena banyak murid yang saling mengobrol di sela - sela mereka menyantap makan siang.

Jadi, tempat yang sesuai adalah rooftop. Tempat dimana berhembus angin yang sejuk di bisingnya jalanan yang berada di bawah sana.

"Sial. Bener - bener sial hari ini." Haechan mendumel sembari menaiki tangga menuju pintu rooftop yang tertutup

"Kayaknya bentar lagi nih kepala meledak deh. Gila aja. Abis ngerjain 20 tugas Bu Rini, eh pak Jono Dateng - Dateng bilang hari ini ulangan. Gimana gak mumet nih kepala, disuguhin matematika sama fisika sekaligus." Gerutu Haechan lagi saat dia sudah sampai di atas

Dia mencak - mencak sambil terus mencari tempat yang nyaman untuk dia menyantap bekal makan siang.

Ting ...

Suara notifikasi hp nya berbunyi. Haechan menoleh lalu merogoh saku celananya untuk mencari ponsel miliknya.

Seungmin : Lo dimana ? Kita udah pesen makan siang. Tinggal nunggu Lo doang.

Begitu isi pesan WA yang ternyata notifikasi pesan dari Seungmin

Haechan yang membacanya langsung saja menjawab dengan pesan ketikan pula.

Me : Lo makan aja itu pesenan. Gue mau makan di rooftop. Mau rehatin otak.

Jawab Haechan

Seungmin : lah si anjay ... Kirain mau nyusul kesini.

Haechan mendapat lagi balasan dari Seungmin. Namun, saat membacanya dia mendengus saja.

Me : gak lah. Lo makan duluan aja. Nanti bel masuk gue turun.

Begitu balasan dari Haechan

Seungmin : oke sipp

Haechan tidak membalas lagi pesan dari temannya itu. Dia memilih untuk memasukkan ponselnya lagi ke saku celana lalu melanjutkan langkahnya untuk mendapat tempat dan memakan bekalnya.

"Si Seungmin bener - bener gak tau cacing - cacing di perut gue udah demo minta di isi. Ganggu gue jalan aja sih." Haechan mendumel lagi

Namun saat dia menaikkan kepalanya yang tadi fokus menunduk untuk membalas pesan dari Seungmin, kaki Haechan berhenti bergerak. Dia menatap ke depan. Dan mendapati punggung yang familiar di matanya.

Kak Mark.

"Kenapa kak Mark ada disana sih ? Kenapa kaki gue ngelangkahnya ke sini ?" Gerutu Haechan pelan namun masih bisa di dengar samar - samar oleh Mark

Haechan berbelok. Dia niatnya untuk kembali ke pintu yang tertutup

"Kalo mau makan - makan aja. Gue gak bakal gigit."

Suara dari Mark menggema di keningnya rooftop yang dilewati hembusan angin sejuk.

Kaki Haechan berhenti untuk melangkah lagi. Kini badannya di putar untuk melihat Mark.

"E - eh gak usah. Aku takut ganggu, Kak." Ucap Haechan tergagap

"Gue gak bilang gitu." Seloroh Mark yang membuat Haechan mau tidak mau mendekat dan duduk di depan Mark

Mereka duduk saling berhadapan. Hanya dipisahkan oleh meja.

Haechan mengibaskan kursinya terlebih dulu takut - takut ada noda bekas sepatu yang sebelumnya dipakai orang lain untuk pijakan naik ke atas meja.

"Kak Mark lagi di sini ?" Haechan bertanya setelah dia menemukan tempat yang nyaman

"Lo liat ?" Balas Mark singkat yang membuat Haechan mendengus pelan

"Setahu aku tadi kakak gak nengok deh. Kok tahu ada aku di belakang ?" Tanya Haechan lagi

"Semua orang juga bisa tahu kalo Lo disini sama suara Lo yang kaya gitu." Ucap Mark datar dan masih menatap ke arah depan

"Maksud Lo dengan 'gitu' apa ?" Sungut Haechan sambil menatap Mark

Mark menoleh ke arah Haechan karena suara Haechan yang terlampau kencang di telinganya. Matanya mendelik ke arah pria manis itu.

Seketika suasana menjadi hening. Tidak ada yang mau mengalihkan pandangannya satu sama lain. Mark yang fokus menatap wajah manis Haechan dan Haechan yang fokus menatap manik hitam Mark dari jarak itu.

"Ekhmm ..." Mark memecang keheningan lebih dulu

"Kalo mau makan, makan aja. Gue nggak bakal ganggu."

"Apa sekenceng itu suara gue sampe kedengeran kesini ?" Haechan menggumam dan mengabaikan ucapan Mark

"Menurut Lo ?" Mark menanggapi dengan enteng

"Kaka Mark." Haechan merajuk dengan wajah polosnya

Sebal dengan Mark yang terus menerus menanggapi ucapannya dengan komentar yang tidak ada baik sama sekali.

"Lo ngapain sih naik - naik ke atas rooftop ?" Kini Mark mengganti topik pembicaraan mereka karena mendengar nada merajuk dari Haechan

Haechan menghela napas. Lalu menatap sekilas ke arah Mark.

"Males makan di kantin. Pengen ngedinginin otak. Secara rooftop kan sepi tuh, gak kaya di kantin. Kalo di kantin, nambah panas otak gue."

"Emang otak bisa panas ?" Tanya Mark

"Bisa aja. Coba kak Mark bayangin. Gue ngerjain 10 soal essay matematika cuma dikasih waktu 15 menit karena belum selesai ngerjain tugasnya Bu Rini."

"Terus ya, kakak tahu Pak Jono. Yang kalo ngomong bikin mata merem melek ketiduran saking boringnya, coba bayangin, pak Jono Dateng - Dateng nyuruh anak - anak buat siap - siap ujian fisika. Ngumpulin buku ke depan kelas. Dia bilang 'sekarang ulangan'. Apa nggak serangan jantung itu anak kelas ?" Curhat Haechan sadar tidak sadar kepada Mark yang bahkan tadi pagi sempat akan meninggalkan dirinya di jalanan

Mark berusaha untuk melewatkan senyum. Namun, ekspresi Haechan saat bercerita mau tidak mau membuat dirinya tersenyum.

***DETAK***

DETAK | MARKHYUCK (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang