BAB XVI

51 3 0
                                    

***DETAK***

Renjun sedang berjalan di koridor kelas. Matanya fokus menatap ke arah layar ponselnya yang sedang digoyangkannya untuk mencari sinyal yang hilang entah kemana.

"Renjun awas!"

Seruan keras membuat Renjun mau tak mau harus menolehkan kepalanya. Di sana, jejeran anak laki - laki sedang menatap ke arah Renjun yang berjalan tanpa menatap ke arah sampingnya.

Buk!

Sebuah bola melayang hampir mengenai Renjun jika tidak segera di tangkis oleh seseorang.

Renjun terkejut. Bagaimana dia tidak akan terkejut kala ada sebuah bola yang melayang ke arahnya dan tepat akan mengenai wajahnya jika tidak segera di tangkis itu.

Renjun menoleh ke belakang. Dia mendapati Jeno sedang berada di belakangnya dan menyelamatkannya dari serangan bola itu.

***

Se pulang sekolah, Haechan dan Mark menyempatkan diri untuk pergi ke karnaval di dekat sekolah mereka.

Haechan sudah berseru senang saja kala di ajak jalan - jalan oleh Mark karena saat dirinya pindah, Haechan belum sempat untuk liburan bersama keluarganya.

"Aku seneng banget kak di ajak ke sini karena mamah sama papah belum ada cuti buat ajak aku jalan - jalan." Haechan berkata kepada Mark yang di balas senyum simpul oleh pria itu

"Kenapa ?" Tiba - tiba Mark bertanya kala melihat Haechan yang memejamkan matanya dengan tangan yang mengepal erat

"Ja - jangan kesana." Ujar Haechan dengan suara ketakutan

Mark mengerutkan dahinya lagi sampai kedua pangkal alisnya menyatu. Tak paham dengan Haechan yang secara tiba - tiba bersembunyi itu.

"Ada apa ?" Mark bertanya lagi lebih spesifik agar Haechan memberitahu dirinya

"Aku takut badut." Jawab Haechan lirih namun masih bisa di dengar oleh Mark

Mark lebih terkejut ketika Haechan memberingsut ke belakang tubuhnya. Seakan badut - badut yang ada di depan sana hendak menerkam Haechan.

Setakut itu Haechan kepada badut.

"Gak papa, Haechan. Badutnya jauh dari kita." Mark mencoba menenangkan dan menepuk pundak anak laki - laki itu

Tapi Haechan masih saja berdiri di belakang Mark dengan ketakutan yang membuat Mark mau tidak mau harus menatap ke arah beberapa badut di depan dengan heran.

Kenapa Haechan bisa takut badut ? Padahal badut kan baik, mereka juga suka menghibur para anak kecil yang sedang bermain.

***

"Kamu takut badut ?" Tanya Mark setelah Haechan menyeruput es dalam gelas rasa cokelat itu

Haechan mengangguk seperti anak kecil. Matanya menatap Mark namun bibirnya masih menyeruput minuman rasa cokelat itu.

"Sejak kapan ?" Tanya Mark lagi ingin tahu

"Sejak kecil." Jawab Haechan

"Kenapa ?" Tanya Mark ingin tahu alasannya. Mungkin saja Haechan memiliki trauma bertemu badut bukan ?

Karena Mark dulu sempat bertemu dengan anak kecil yang hampir saja di culik oleh badut. Saat itu dia masih berada di Bandung dan belum pindah ke Jakarta seperti sekarang.

"Dulu aku sempet mau di culik badut." Jawab Haechan setelahnya

Alis Mark terangkat. Kebetulan semacam ini memang ada di dunia. Jadi Mark mengangguk saja.

"Lalu ?" Tanyanya Mark ingin tahu kelanjutannya

Haechan tersenyum kecut. Ditatapnya es yang tadi dia minum itu dengan sedih. Kenangan menakutkan itu kembali berputar di kepalanya. Masa dimana untuk pertama kalinya dia merasa ketakutan dan menjadi awal mula dia takut kepada badut.

"Aku trauma." Gumam Haechan

Mark tertegun. Namun diam lagi karena Haechan melanjutkan ceritanya.

"Dulu waktu aku umur enam tahun. Aku hampir di culik sama badut." Terang Haechan sambil menerawang jauh di mana masa itu terjadi

"Waktu itu aku lagi main petak umpet di taman sama kakak aku." Ucap Haechan tersenyum pahit

"Pas aku lagi nyari kakak, pundak aku di pegang sama badut dari belakang."

"Aku nengok dan masih bisa ketawa - ketawa. Tapi tawa aku hilang karena badut itu angkat tubuh aku dan ngebekap mulut aku." Lanjut Haechan dengan mata yang berkaca - kaca

Sedangkan Mark masih setia mendengarkan cerita Haechan yang benar - benar sangat kebetulan dengan masa lalunya yang di dorong oleh badut karena menyelamatkan seorang anak kecil.

"Saat itu, Haechan kecil nangis sekejer - kejernya."

"Kalau mulut aku nggak di bekap, mungkin orang - orang masih bisa denger tangisan aku yang ketakutan. Tapi sayang karena waktu itu aku ada di tempat yang sepi dan jauh dari mamah sama papah."

Haechan menatap sebentar. Namun kembali melanjutkan ceritanya yang membuat Mark seketika tersadar.

Apakah Haechan adalah orangnya ?

"Tapi waktu itu, entah darimana datangnya, aku liat ada anak kecil yang mukul itu badut dari belakang. Dia terus mukulin badutnya sambil bilang suruh lepasin aku."

"Tapi karena itu juga anak kecil itu harus terluka di dahinya akibat di dorong sama badut itu." Haechan sudah menenteskan airmata saja mengingat kembali kejadian mengenaskan itu

"Aku takut waktu anak itu nggak bergerak sama sekali dan dahinya ngeluarin darah." Haechan tersedu namun berusaha untuk tetap tegar

"Aku takut banget sampe ngeronta - ronta minta dilepasin. Tapi nihil karena badut itu tetep bawa aku dan nggak mau lepasin aku."

"Pas aku udah di bawa jauh dari anak itu, aku baru tersadar. Aku gigit tangan badut yang ngebekap mulut aku itu."

"Dan cara itu berhasil karena si badut lepasin aku."

"Aku lari sekenceng - kencengnya ke tempat yang ramai saat di badut lagi kesakitan karena tangannya di gigit sama aku."

"Kamu ninggalin anak itu ?" Tanya Irham sebelum Haechan kembali bercerita lagi

"Aku nggak ninggalin dia. Karena aku Dateng lagi sama kak Jungwoo buat bawa dia ke rumah sakit." Ujar Haechan

Terus badut itu ?

"Aku nggak tau. Tapi badut itu udah nggak ada saat aku dateng sama kak Jungwoo."

***DETAK***

Detak update 🌷

DETAK | MARKHYUCK (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang