BAB XIX

103 6 0
                                    

***DETAK***

Hari demi hari kondisi Haechan semakin memburuk. Entah untuk ke berapa kali pria itu tidak masuk sekolah. Teman - temannya banyak yang menengok Haechan di rumah sakit. Begitu juga dengan tiga sahabat dekatnya.

Mereka banyak yang tidak menyangka jika pria seceria Haechan ternyata menyimpan rasa sakit seperti ini. Harusnya mereka tahu kenapa Haechan sering pingsan di sekolahan.

Haechan terbaring dengan wajah lemah di rumah sakit. Ekspresi kekecewaan, sedih, bersalah dan rasa marah seakan bercampur dalam keheningan ruangan Haechan.

Ingatan Haechan sekarang sudah membaik setelah kemarin - kemarin dia bahkan tidak mengenali ibunya sendiri. Intensitas sakit kepala yang dirasakan oleh Haechan pun bertambah dari sebelum - sebelumnya. Bahkan rasa sakit itu bisa membuat Haechan pingsan di waktu - waktu tertentu.

***

"Haechan udah sadar. Kakak gak mau gitu nengok Haechan ?"

Orang yang di ajak bicara oleh Renjun tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Gak seharusnya kakak bersikap seperti ini. Haechan pasti punya alasan kenapa dia nggak ngasih tau kalo dia itu sakit."  Sambung Renjun setelah ucapannya tidak di balas oleh Mark

Renjun menghela napas sebentar sebelum kembali berujar sebelum meninggalkan Mark seorang diri di kamarnya, "gue pergi."

***

"Kak Mark masih marah ke gue ya ?"

Renjun menatap sahabatnya itu. Sekarang, alasan apa lagi yang bisa ia gunakan untuk mengatakan jika Mark tidak marah, mungkin hanya belum bisa menerima semuanya.

Haechan hanya tersenyum simpul melihat gelagat dari sahabatnya itu.

Beberapa bulan lalu, Haechan akhirnya tahu kalau Renjun adalah adik tiri Mark. Dan bahkan Haechan pun tahu kalau Rena juga adalah adik kandung dari Mark.

Mereka bertiga terikat begitu dan hanya beberapa orang yang tahu. Seungmin dan Jaemin benar - benar merahasiakan ini dari Haechan dan Renjun tidak mau mengatakannya.

"Seungmin sama Jaemin gak ikut ?" Tanya Haechan mengalihkan pembicaraan

"Ah ... Gue tau ... Mereka pasti udah lupa sama gue gara - gara gue nggak berangkat sekolah, kan ?" Canda Haechan sambil tertawa pelan di sunyinya pembicaraannya dengan Renjun

Renjun bergerak untuk memeluk Haechan yang terbaring di bangkar. Cucuran air mata jatuh ke atas pipinya. Renjun tidak bisa lagi sok kuat melihat kondisi Haechan seperti sekarang.

Sedangkan Haechan yang terkejut hanya bisa menepuk - nepuk punggung pria itu pelan. Tersenyum karena Renjun bisa menangis seperti ini. Haechan sungguh belum pernah melihat Renjun menangis.

"Kak Mark bukan orang yang kayak gini. Dia nggak bakal ngilang gitu aja." Renjun bercerita kepada Haechan sambil menangis

"Gue nggak pernah liat ekspresi bahagia di wajah kak Mark. Tapi saat Lo Dateng, semuanya berubah. Gue bisa lihat ada hal yang buat dia bahagia setelah perceraian orangtuanya dan ibunya milih buat nikah sama papah gue. Tapi sekarang, setelah Lo sakit dan dia nggak pernah liat Lo di sekolah, kak Mark balik lagi ke dirinya yang tertutup dan dingin."

Renjun melepaskan pelukannya kepada Haechan. Dia menatap sahabatnya itu, "Lo adalah sumber kebahagiaan kak Mark. Jadi Lo harus sembuh. Lo harus bisa ngelawan penyakit Lo itu. Jika bukan buat dia, seenggaknya Lo harus berjuang buat diri Lo sendiri. Kita semua pengen Lo bisa sembuh." Ujar Renjun kepada Haechan yang di balas anggukan dengan air mata oleh Haechan

Mereka berdua menangis tanpa ada yang tahu. Sebuah pertemanan yang akan di ingat hingga mereka tua nanti.

***

Hari ini Haechan tidur ditemani oleh mamahnya. Haechan terlihat baru saja memejamkan matanya. Tangannya terangkat saat rasa sakit menyerang kepalanya lagi. Dengan sekuat yang dia bisa, Haechan berusaha menahan rasa sakit ini. Samar - samar dia melihat siluet pria berbaju dan bertopi hitam di luar ruangannya.

Sedangkan Yoona harus terbangun saat mendengar desisan dari mulut Haechan.

"Kenapa sayang, kepala kamu sakit lagi ?" Tanya Yoona kepada Haechan

"Sakit ... Mamah, sakit." Ujar Haechan yang merintih kesakitan

Matanya kembali tak sengaja menengok ke luar kamar rawat inapnya dan sekarang, Haechan tidak melihat siapa - siapa disana.

"Kak Mark." Gumam Haechan sebelum jatuh pingsan dan membuat Yoona diserang rasa takut untuk yang kesekian kalinya

***

"Kondisi Haechan sudah semakin parah. Kami sudah tidak bisa berbuat banyak lagi selain memberikan obat pereda rasa sakit kepada Haechan. Kankernya sudah menyebar hingga ke inti otak Haechan. Jadi,---"

"Tidak bisa. Anak saya harus sembuh. Anda sendiri yang bilang kalau ada kemungkinan Haechan bisa sembuh total. Tapi sekarang ? Bagaimana dengan Haechan."

"ANDA HARUS BERTANGGUNGJAWAB."

"Pah, cukup, pah. Cukup." Jungwoo berusaha menahan ayahnya saat akan menerjang seorang dokter di rumah sakit

"Papah nggak bisa melawan takdir. Tidak ada gunanya papah meluapkan kemarahan papah kepada dokter Andra."

"Cukup pah. Ini belum selesai. Haechan masih bersama dengan kita. Kita hanya perlu berdoa semoga Tuhan memberikan apa yang kita mau. Jika Tuhan berkehendak lain. Artinya Tuhan berkehendak lain. Kita harus ikhlas kepada semua kehendak -Nya."

***

Yoona menangis di samping tubuh Haechan. Ibu mana yang sanggup melihat anaknya sendiri terbaring lemah seperti sekarang. Kejahatan apa yang sudah dia lakukan hingga Haechan harus memiliki penyakit mematikan seperti ini.

***DETAK***

Detak update 🌷

DETAK | MARKHYUCK (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang