BAB I

580 22 0
                                    

***DETAK***

Tap!

Di ramainya jalanan penuh dengan lalu lalang kendaraan yang melaju pelan itu, sepasang sepatu pantofel berwarna hitam dengan kaos kaki berwarna putih terlihat muncul dari balik pintu mobil yang terparkir di pinggir jalan yang ramai.

Sepertinya, itu adalah sepatu milik sang penumpang yang baru saja hendak turun dari mobil tersebut.

SMA DEMI NUSA

Tiga kata itu yang baru saja di eja oleh seorang laki - laki dengan sepatu pantofel hitam yang di pakainya.

Ini adalah hari pertama dia pindah sekolah. Dan di depannya adalah sekolah barunya.

Remaja lelaki itu menarik napas panjang, sebelum melangkah untuk masuk ke dalam---melewati gerbang tinggi di depan.

Sepanjang dia berjalan, kawasan sekolah nampak sepi. Dia hanya bisa melihat bangunan besar nan luas bertingkat tiga di hadapannya---yang menurutnya cukup bagus.

Bangunan itu di cat berwarna cokelat krem yang cerah dengan banyak jendela kecil di setiap ruangannya.

Halaman depannya nampak teduh dengan beberapa pohon yang di tanam berjejer mengelilinginya.

Ada juga beberapa tanaman bunga - bungaan, dan satu pohon yang sangat mencolok---berada di sudut halaman---yang dia tahu namanya adalah pohon tabebuya yang memiliki bunga yang indah.

Ada pula beberapa kursi panjang yang berada di bawah pohon - pohon besar tersebut. Cukup nyaman untuk beristirahat atau mengobrol sejenak di area tersebut yang merupakan tempat parkir kendaraan para siswa.

Ya, sepertinya banyak siswa siswi yang memilih untuk membawa kendaraan ke area sekolah, mengingat sekolah memberikan keringanan dengan syarat kepada siswanya tentang peraturan membawa kendaraan ke area sekolah.

Cukup seperti itu yang dilihatnya sebelum dia memutuskan untuk masuk ke dalam gedung sekolah. Meninggalkan pohon indah yang menarik perhatiannya itu.

Pohon tabebuya.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi saat dia masuk ke dalam gedung sekolah.

Disini ada lebih kecil beberapa pohon yang di tanam di depan koridor.

Di tengahnya ada lapangan besar---seperti lapangan untuk melaksanakan upacara bendera.

Langkahnya terus membawanya untuk menjelajah seisi sekolah. Netra cokelat mudanya yang berkilau saat diterpa sinar mentari pagi itu tak henti untuk menatap sekitarnya.

Bibirnya yang menawan sengaja tertutup rapat dengan ekspresi sedikit merengut---nampak seperti bayi yang memancarkan kepolosan.

Buk!

Tubuhnya terjatuh. Membentur lantai putih dengan sangat keras.

"Aww!" Serunya kaget dengan tubuh yang sudah berada di atas lantai

Kedua tangannya berada di depan---menahan tubuhnya yang terduduk setelah terjatuh dengan posisi yang menyakitkan.

"Sst ..."

Ringisan terdengar dari bibirnya. Dia mengusap - usap lututnya yang berdenyut nyeri setelah terjatuh dengan sangat keras tadi.

Dia tidak ingin menerka - neraka. Namun rasa sakit ini cukup untuk dia berharap agar tidak ada memar setelahnya.

Ssst bajingan mana yang nabrak gue!

Mungkin seperti itu umpatan yang ada di pikiran laki - laki tampan yang ada di bawah tersebut karena sekarang dia sedang memejamkan matanya erat dengan napas yang sengaja ditahan.

DETAK | MARKHYUCK (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang