***DETAK***
Haechan mengalihkan fokusnya dari guru yang tengah menjelaskan materi di depan untuk merogoh ponsel yang berada di sakunya.
Dia menatap ke bawah meja untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan di saat jam pelajaran ini.
Kak Mark
Begitu pop up muncul yang memperlihatkan nama Mark di ponsel Haechan yang entah sejak kapan anak itu bisa memiliki nomor Mark.
Yang pasti, Haechan dan Mark sudah sangat dekat akhir - akhir ini.
Kak Mark : nanti pulang tunggu gue. Ada yang mau gue bicarain
Mark mengirimi Haechan pesan. Yang membuat dahi Haechan menyatu untuk sekedar berpikir apa yang mau di bicarakan oleh Mark.
"Duh ... Kak Mark ya ... Sampe senyum - senyum gitu." Seungmin yang melihat Haechan senyum - senyum sendiri tiba - tiba meledek temannya itu
Dan Haechan tidak untuk tidak salah tingkah.
Haechan : mau ngomong apa, kak ?
Di lain sisi, Mark melihat balasan dari Haechan. Pria muda itu lalu mengetik lagi selama beberapa detik.
Kak Mark : sesuatu
Haechan menerima lagi pesan dari Mark. Hanya singkat. Satu kata yang kini membuat Haechan mengangguk pelan.
Mungkin sesuatu yang sangat penting. Haechan berpikir namun dia belum menemui perkiraan Mark akan mengatakan apa padanya.
***
Renjun menatap cemas selama pelajaran terakhir berlangsung. Sedangkan Jaemin sedang berlari cemas sambil mendorong bangkar di rumah sakit setelah Haechan kembali pingsan dan kini hidungnya mimisan.
Tadi, saat pergantian jam, Haechan tiba - tiba pingsan di dalam kelas. Hidungnya mengeluarkan darah hingga membuat ruang kelas menjadi panik.
Selang beberapa menit, guru - guru merekomendasikan agar Haechan di bawa ke rumah sakit saja. Karena dia mengidap kanker otak. Jadi takut berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Mendengar itu, baik Seungmin yang duduk satu meja, Renjun yang sering mengantarnya ke UKS dan Jaemin yang merupakan teman terbaiknya pun terkejut karena tidak tahu sama sekali.
Begitu Haechan yang menyembunyikan penyakitnya dari teman - temannya yang kini membuat panik satu sekolah.
"Hallo, dengan pak Eunhyuk." Terdengar suara seorang guru wanita yang tak lain adalah wali kelas Haechan---Bu Indah---sedang menelpon ke ponsel milik ayah Haechan
"Haechan sedang berada di rumah sakit, pak. Tadi dia mimisan di sekolah. Bisa langsung kesini." Tutur suara itu lagi
"Rumah sakit citra medica."
"Baik, pak. Terimakasih."
***
Haechan terbaring dengan lemah dengan alat - alat rumah sakit yang terpasang di tubuhnya. Baru saja, Haechan dipindahkan ke rumah sakit tempatnya check up.
Wajahnya yang pucat terlihat lemah dengan mata yang tertutup rapat. Sedangkan mamah dan kakaknya berada di luar ruangan untuk menungguinya karena Haechan masuk ke ICU
"Haechan baik - baik aja, Mah. Mamah kan tahu Haechan itu kuat. Jadi mamah jangan nangis. Haechan bisa marah kalo liat mamah nangis kaya gini." Jungwoo menenangkan mamahnya yang sedari tadi menangis melihat Haechan yang berada di ICU
"Kami sudah tidak bisa berbuat banyak lagi, pak Eunhyuk. Kanker yang ada pada otak Haechan sudah semakin menyebar. Ada kemungkinan Haechan akan mengalami amnesia jangka pendek. Kemoterapi yang dijalaninya tidak terlalu berdampak pada Haechan. Kemungkinan, tubuh Haechan menolak obat - obatan kemoterapi yang diberikan."
"Tapi anda bilang ada orang yang sembuh dari kanker otak ini, pak Andra."
"Itu benar. Namun sebelumnya saya minta maaf, Pak. Semuanya itu kembali lagi kepada yang di atas. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin."
***
Mark berdiri di samping pintu ruang kelas Haechan. Dia melihat murid - murid yang keluar dari kelas Haechan. Ruang kelas mereka berbeda satu lantai. Sekarang Mark sedang menunggu Haechan di depan kelasnya.
Selang beberapa menit, wajah Mark sedikit bingung karena dia tidak menemukan Haechan yang keluar kelas. Padahal, sudah tidak ada lagi murid yang keluar dari ruang kelas tersebut.
Sedangkan di dalam sana, Renjun masih berada di bangkunya. Masih terngiang di ingatannya jika tadi guru mereka mengatakan jika Haechan mengidap kanker.
Kanker.
Renjun terdiam. Jantungnya mencelos mendengarnya.
"Lo belum pulang ?"
Suara seseorang menginterupsi lamunan Renjun. Renjun mendongak untuk melihat siapa yang berujar tadi. Seketika wajahnya berubah sendu saat melihat Mark berada di ambang pintu.
"Iya." Jawab Renjun pelan
"Kakak juga belum pulang ?" Lanjutnya lagi
"Gue nungguin Haechan. Tapi dia nggak keluar - keluar." Jawab Mark bingung
Hal itu membuat Renjun bertambah sedih. Matanya sudah berkaca - kaca. Renjun ingin menangis. Namun dia tidak boleh menangis.
"Lo telat. Haechan udah pulang." Jawabnya
"Pulang duluan ?" Tanya Mark
Renjun mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa ?" Mark bertanya lagi namun Renjun tidak menjawabnya
Ada hening beberapa saat. Mark bisa melihat tas milik Jaemin yang masih berada di ruang kelas. Dahinya berkerut. Mark merasa curiga.
"Dia sakit lagi ?" Tanya Mark kepada Renjun
Renjun mengangguk. Setetes airmata jatuh ke atas pipinya.
***
Mark berdiri mematung di balik kaca jendela ruang rawat ICU. Matanya tak lepas dari objek yang sedang diamatinya. Raut wajahnya datar, tidak ada ekspresi sama sekali. Tatapannya tajam menatap lurus. Entah apa yang ada dalam benaknya. Namun Mark terluka melihat Haechan seperti sekarang.
"Gue benci lo, Haechan."
***DETAK***
Detak update 🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK | MARKHYUCK (COMPLETE)
FanfictionBagi Haechan, Mark adalah detaknya Dan bagi Mark, Haechan adalah segalanya ⚠️BXB ⚠️Angst ⚠️Bahasa semi baku ⚠️AU ⚠️17+ Copyright© LotuSkyxx, 2023