BAB IX

127 11 0
                                    

***DETAK***

Gemericik air yang turun malam ini menemani Haechan yang sedang duduk di meja belajarnya---di kamar yang di cat dengan warna biru langit. Haechan tersenyum sendiri---sedikit mengeluarkan tawa geli saat mengingat bagaimana Mark yang menghampirinya di UKS untuk memberikan kotak bekal milik dirinya.

Tak lama dari itu, suara ketukan pintu terdengar ke telinga Haechan---membuatnya harus bangun dari duduk dan menghampiri pintu kamarnya.

"Kenapa ?" Tanya Haechan saat melihat kakaknya, Jungwoo berada di depan pintu

"Pake nanya kenapa." Balas Jungwoo sedikit kesal

"Makan malam woy." Ujarnya lagi yang membuat Haechan memutar bola matanya dengan malas

Dia lupa kalau harus makan malam. Tapi kenapa kakaknya ini berbicara dengan kencang yang mungkin membuat gendang telinganya pecah.

"Iya iya. Nanti gue turun. Rese banget sih." Ucap Haechan dengan malas

Kini giliran Jungwoo yang menatap adiknya dengan malas. Ingin dia menjitak kepala adiknya namun di urungkan karena mengingat mamahnya yang selalu mengomel saat Jungwoo melakukan 'penganiayaan' kepada Haechan.

"Cepetan. Mamah sama papah dan nungguin." Ujar Jungwoo lagi masih setia di depan pintu kamar Haechan.

Haechan mendelik. Risih dengan kakaknya yang tidak sabaran, "iya. Nanti gue turun. Kakak pergi sana. Berisik tau." Balas Haechan yang membuat Jungwoo mendumel dan berakhir menghilang dari pandangan Haechan saat menuruni anak tangga rumah mereka

"Rese banget sih Lee Jungwoo." Dumel Haechan

***

Di lain sisi, Renjun baru saja pergi dari dapur untuk mengambil air minum. Dia sedang menaiki tangga di rumahnya. Kamarnya berada di lantai dua. Bersebelahan dengan kamar Mark yang merupakan kakak tirinya.

Namun, saat sudah sampai di lantai atas, Renjun melihat Mark yang baru saja keluar dari kamar. Membuatnya harus menghentikan langkah kakaknya tersebut.

"Tunggu." Ujar Renjun membuat Mark terdiam di depan pintu kamarnya dengan bingung

Renjun mempercepat langkahnya agar bisa sampai di depan sang kakak yang berada di depan pintu.

Renjun menarik napas. Sebelum menghembuskan ya dengan pelan. Dia mengingat lagi cerita Haechan yang mengatakan semuanya tentang mereka hingga Mark bisa - bisanya menggendong Haechan sampai ke UKS.

"Gue nggak tau apa yang lagi Lo rencanain kak. Tapi gue cuma minta satu dari lo, kak. Jangan sakitin Haechan. Jangan bikin dia berharap sama lo." Ujar Renjun

Bagaimana pun, Renjun tahu kalau Haechan menyukai Mark.

Mendapat serangan tiba - tiba dari adik tirinya, rahang Mark mengeras. Di pegangnya kuat knop pintu itu.

"Lo jangan ikut campur urusan gue." Ujar Mark seolah mengingatkan Renjun agar tidak perlu ikut campur dengan urusan dia dan Haechan

"Gue bakal ikut campur. Kalo itu menyangkut soal Haechan. Karena dia adalah temen gue. Sahabat gue." Balas Renjun tak kalah sengit

Hawa di sekitar mereka menjadi dingin. Ketegangan terasa seperti benang yang di tarik dengan kuat.

Baik Mark maupun Renjun sedang berada dalam mood yang tidak baik.

Renjun yang khawatir akan Haechan jika terus berdekatan dengan Mark. Dan Mark yang tidak suka jika Renjun ikut campur urusannya.

***

Haechan bangun dengan mata yang sembab. Semalam, entah kenapa tiba - tiba Haechan menangis seorang diri di kamarnya setelah makan malam.

Haechan tahu ini salah. Namun, air mata yang jatuh mengisyaratkan kalau dirinya benar - benar merasa sedih.

DETAK | MARKHYUCK (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang