09. Confession

438 41 0
                                    

Setelah kemarin melepas penat bersama di pantai, Wilona terlihat lebih canggung dari biasanya, membuat ide jahil Arin semakin menjadi.

"Okey, pretty!" Ucapnya memuji bagaimana Wilona berpose di depan kamera. Sedetik kemudian, ekspresi Wilona terlepas dan hanya terkejut.

Arin menertawakan ekspresi itu dengan keras, tersimpan indah dalam kamera miliknya.

"Arinnn!! Hapus gak?!" Wilona berlari mengejar Arin keliling ruangan untuk sekedar meminta fotonya dihapus.

"Sini kameranya!"

Setelah 10 menit berperang, Arin menyuruh Wilona untuk kembali agar pekerjaan mereka hari ini cepat selesai. Wilona menurut dan mencoba untuk menata pose, namun ia terlalu jengkel untuk sekedar menekuk tangannya.

"Wilona, yang bener dong."

"Hapus dulu fotonya, Rin!"

"Iya, habis ini gue hapus. Tenang aja... "

Arin menghampiri Wilona. Tangan kanannya menyelipkan rambut Wilona kebelakang telinga dan menyibak sisanya, lalu turun merapikan baju dan menuntun lengan Wilona kesamping kepalanya sembari berkata pelan, "tangan Lo nanti nyelipin rambut gini."

Arin tersenyum, tiba-tiba menggiring kedua tangannya untuk menakup pipi Wilona lalu memencetnya. Secepat kilat, ia berlari kembali ke tempatnya.

"Arin!!!" Teriak Wilona tidak terima.

"Diem, Wil!! Posenya udah bagus." Ucap Arin masih setia tertawa.

Wilona tersenyum, menampilkan ekspresi paling natural yang bisa Arin ambil gambarnya. Senyum yang ditujukan untuk fotografer di depannya saat ini.

Mereka selesai lebih cepat dari biasanya. Matahari belum tenggelam dan keduanya sudah siap untuk pulang. Tinggal mengirimkan hasilnya pada customer mereka.

"Oke, done. Lo kalo mau pulang gapapa, Wil!" Arin menoleh mendapati Wilona yang ternyata sedang memperhatikannya.

"Lo ngeliatin gue daritadi?" Tanyanya.

Wilona terlihat salah tingkah membalas, "ngga! Gue ngeliatin diri sendiri."

Arin mengambil ponselnya dan duduk disamping Wilona yang juga sedang bermain ponsel. Ia dengan sengaja membuka galeri dan menunjukkan foto Wilona yang terkejut tadi.

"Ih kok ada di hp Lo!!!" Wilona segera berusaha merebut ponsel itu namun tak berhasil. Jarak keduanya makin terkikis hingga punggung Arin mencapai ujung sofa dengan Wilona tepat diatasnya.

"You looks prettier closer." Setelah beberapa detik bertukar pandangan, Arin mengembalikan kesadaran Wilona dengan kata-katanya.

Gadis itu segera beranjak dan memberi ruang antar keduanya.

"Lucu banget sih!" Arin tertawa renyah sembari tangannya berusaha mengusap kepala Wilona sebelum ditepis oleh Wilona.

"Rin, stop bisa ngga?"

"Stop doing this kind of things seakan kita ini temen. Nggak, kan? Kita cuma bisnis, jadi stop perhatian berlebihan ke gue." Ucap Wilona panjang, memicingkan matanya pada lawan bicara.

"Apasih, Wil! Kita temenan juga bisa kali!" Arin tertawa canggung membalasnya.

"Gabisa."

"Kenapa? Lo bisa temenan sama semua orang tapi sama gue ngga?"

"Ya karena gue gasuka ke semua orang, gue sukanya sama Lo!!!!" Refleks Wilona membungkam mulutnya dengan tangan.

Tepat setelah Wilona mengucapkan kalimatnya, hening menyelimuti keduanya. Wilona menatap ekspresi terkejut di wajah Arin yang perlahan berubah menjadi senyum. Ponsel Arin berdering, memecah hening antara keduanya. Ia lalu mendaratkan tangannya diatas kepala Wilona dan mengusapnya.

"Gue duluan, ya."

Wilona masih membantu ditempatnya. Gadis itu mengacak rambut menunjukkan betapa dia menyesali rangkaian kata yang ia ucapkan barusan.

"Goblok Wilona!! Sekarang pasti Arin gamau ketemu sama Lo!" Dia hampir menangis jika tidak ingat bahwa Arin mungkin masih ada di sekitar studio.

Akhirnya ia putuskan untuk mengintip keluar studio. Ia temukan Arin dijemput oleh seseorang, sepertinya Wilona pernah melihat laki-laki ini.

"Ah iya! Yang di fotonya Arin." Gumamnya.

Laki-laki itu langsung merangkul Arin. Tak berselang lama berjalan, laki-laki itu mencium kepalanya. Membuat Wilona menganga dan kakinya melemas. Ia langsung jatuh ke tanah tanpa bisa mengatakan apa-apa.

"Bangsat." Ucapnya merutuki diri sendiri.
















































*Arin's new boyfriend is in the house, Yo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Arin's new boyfriend is in the house, Yo!

lovenemy; [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang