4

7.5K 499 2
                                    




Neo terbangun di jam setengah tujuh pagi. Masih ada satu jam setengah untuk mata kuliah pertama. Dia langsung bangkit dan merapikan tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi untuk cuci muka serta sikat gigi, sebelum turun ke lantai bawah untuk memastikan apakah ibunya masih di rumah atau sudah pergi bekerja. Ibunya itu seorang workaholic dan sangat mencintai pekerjaannya.

Tiba di lantai satu, Neo memanjangkan leher seraya celingukan ketika tidak mendapati keberadaan ibunya. Dia lalu memutar langkah ke dapur dan ternyata Jenna sedang duduk di meja makan seraya menyeruput secangkir teh dengan ditemani roti bakar.

"Oh, kamu udah bangun?" Jenna langsung menaruh hpnya ke meja saat menyadari kedatangan Neo. "Mau langsung sarapan sekarang? Biar Mama bilang ke Mbok Jum."

Neo menggeleng dan menarik kursi makan di hadapan ibunya.

"Ada jadwal kuliah hari ini?"

"Ada. Jam delapan sama jam setengah sebelas," jawab Neo seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

Jenna mengangguk. "Oh iya, uang mingguan kamu udah Mama transfer tadi." Wanita itu melirik jam tangannya lalu berdiri.

Neo baru sadar jika pakaian ibunya sudah rapi.

"Mama kerja dulu. Kamu hati-hati di rumah and ...." Jenna meraih hpnya kemudian menatap Neo dengan cukup intens. "Inget pesan Mama semalem!"

Neo hanya mengangguk tanpa suara. Dia lantas mendengus saat ibunya melangkah pergi. Tak berselang lama, terdengar bunyi klakson dari luar rumah dan karena penasaran, Neo langsung mengeceknya. Ia menyingkap tirai di samping pintu utama dan melihat Mamanya tengah membuka gerbang dan dari sela-sela besi gerbang, Neo melihat sesosok pria di dalam mobil berwarna hitam itu.

Jenna dan pria asing itu tampak sangat akrab. Keduanya mengobrol sebentar sebelum akhirnya wanita tiga puluh delapan tahun itu masuk ke mobil dan duduk di samping kursi kemudi.

Neo menatap kepergian Mamanya dengan kening mengernyit. Ia menutup tirai dan kembali ke kamar dengan penuh tanya. Siapa pria tadi? Apa Mamanya akan menikah lagi? Jujur, Neo tidak masalah jika Mamanya ingin berumah tangga lagi karena bagaimanapun juga selama ini beliau selalu kesepian. Hanya saja Neo ragu karena bagaimana jika pria yang sedang dekat dengan ibunya itu sama brengseknya seperti sang ayah? Memikirkan pria yang berstatus sebagai ayahnya membuat kepala Neo mendadak pening. Entah, bagaimana nasib pria itu sekarang. Entah masih hidup atau sudah meninggal, Neo tidak peduli.

Di kamar, Neo melihat jam yang bahkan belum menunjukkan pukul 7 pagi. Setelah berpikir sebentar, dia memilih mandi dan pergi ke apartemen Bas. Hanya butuh waktu lima belas menit untuk cowok itu bersiap-siap. Setelah menyemprotkan parfum di beberapa titik di tubuhnya, Neo meraih tas di dekat komputer dan bergegas pergi.

Neo menggeleng saat Mbok Jum menawarkan untuk sarapan. Dia memilih untuk sarapan dengan Bas dan membeli sesuatu di jalan. Setelah mengirim pesan pada Bas jika dirinya akan datang, Neo langsung mengeluarkan mobil dari garasi dan melajukannya keluar dari area komplek perumahan.

Di jalan, mata Neo menelisik satu persatu gerobak yang berjejer di tepi jalan hingga atensi Neo tertuju pada sebuah gerobak yang menjual nasi uduk. Setelah memesan dua porsi, dia kembali melajukan mobilnya ke apartemen Bas.

****


"Sorry, apartemennya berantakan. Gua belum sempat beres-beres." Setelah membuka pintu, Bas berbalik ke area sofa untuk memunguti beberapa botol bir dan kotak pizza di atas meja.

Neo melipir dan memilih duduk di kursi pantry. Dia mendekap plastik berisi dua bungkus nasi uduk di depan dada. "Lu mabok lagi?"

Love or Lust? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang