Hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan berlalu dengan begitu cepat dan tidak terasa kini kandungan Neo sudah menginjak bulan ketiga. Perutnya mulai membuncit dan sedikit tampak jelas jika dia memakai baju yang agak ketat. Rasa sayang Neo kepada janin yang dikandungnya juga semakin besar. Ia mulai menjaga pola makan dan merubah gaya hidupnya yang tidak sehat saat mengetahui jika kondisi janinnya sedikit bermasalah ketika pemeriksaan tempo hari.
Meskipun memiliki banyak perubahan, tetapi itu tidak berlaku pada hubungannya dengan Bastian. Neo dan Bastian jauh dari kata sepasang suami-suami yang saling menyayangi serta mengasihi. Ya, meskipun Bastian tetap bertanggung jawab dengan memberinya uang. Hanya uang, karena selain itu Bastian selalu angkat tangan termasuk menemani Neo memeriksakan kandungan. Selama tiga kali pemeriksaan, Neo selalu pergi sendiri yang terkadang membuat dokter Wenda-dokter kandungannya, heran.
Selain itu, Neo juga tahu jika Bastian mendapatkan uang dari hasil balapan. Itu karena Hoshi yang memberitahunya saat cowok tiang itu menonton pertandingan balap. Hoshi langsung merekam saat melihat Bastian ikut bertanding dan menang lalu mengirimkannya pada Neo. Neo yang tahu itu lumayan terkejut dan dia langsung menanyakan kebenarannya pada Bastian saat dominan itu pulang.
Bastian hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun dan melempar segepok uang ke dada Neo. Pada akhirnya, Neo memilih abai dan membiarkan Bastian melakukan apapun sesuka hatinya.
Siang ini, Neo baru saja menyelesaikan check up bulanannya dengan ditemani Hoshi yang kebetulan sedang tidak ada jadwal kuliah. Sepanjang koridor rumah sakit sampai ke parkiran, Hoshi menatap takjub hasil USG hitam putih di tangannya.
"Anjir, ini beneran bayi?" monolog Hoshi lalu menoleh menatap Neo. "Dulu gua kira bayi itu asalnya dari timun."
Neo mengernyitkan dahi. "Goblok."
Sampai di parkiran, Hoshi menyerahkan hasil USG itu pada Neo sebelum mengeluarkan motor dari parkiran. "Makan dulu, ya. Gua laper berat."
"Makan apaan?"
"Lu pengen apa?"
"Pecel lele," sahut Neo dan saat membayangkan dirinya mencocol ikan lele yang masih panas ke sambal tomat, membuatnya tanpa sadar meneguk ludah kasar.
"Kuyy!" Hoshi memberi kode agar Neo segera naik dan cowok tinggi itu langsung melajukan motornya mencari tempat pecel lele yang sebenarnya jarang buka saat siang hari.
****
Akhirnya setelah hampir setengah jam mencari, Hoshi memberhentikan motornya di depan sebuah warung pecel lele yang tampak sederhana serta bersih.
Setelah memesan, Hoshi dan Neo duduk di salah satu bangku dan mereka mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Hoshi fokus membalas chat dan Neo fokus melihat kendaraan berlalu-lalang di jalan raya.
Pesanan mereka pun sampai dan Hoshi langsung menyimpan hpnya. Neo lebih dulu beranjak untuk mencuci tangan karena menurutnya makan pecel lele dengan sendok kurang nikmat.
Neo langsung mengambil kol goreng di piringnya dan menaruhnya ke piring Hoshi. Hal itu membuat Hoshi langsung mengerutkan dahi.
"Lu nggak mau kol goreng?"
Neo menggeleng.
"Lah tumben? Biasanya lu sampe minta ekstra kol."
Neo menghela napas sebelum menjawab. "Orang hamil nggak boleh makan kol goreng."
"Hah? Serius?"
"Iya. Katanya bisa bikin bayi terlahir obesitas."
"Tau dari mana lu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Lust? [✓]
Romance[BXB] [M-PREG] [ANGST] Bastian dan Neo, dua orang laki-laki yang sama-sama terjerat pergaulan bebas. Mabuk-mabukan serta seks liar tidak bisa dihindari keduanya. Mereka sangat terlena dengan kenikmatan sementara hingga 'sesuatu yang tidak diharapkan...