18

6.5K 534 17
                                        






Di jam dua dini hari, Neo terbangun dan menatap sekelilingnya dengan napas memburu. Ia baru saja mimpi buruk. Ia lalu bangkit dan meraih segelas air lalu meneguknya sampai tandas.

Neo tidur di salah satu kamar kosong di rumah Hoshi. Kebetulan rumah dua lantai ini memiliki tiga kamar, termasuk kamar Hoshi. Awalnya, Hoshi mengajak Neo tidur satu ranjang dan Neo langsung menolak.

Neo kembali berbaring dengan posisi menyamping. Biasanya ada Bastian yang tidur di sebelahnya. Tiba-tiba dia berpikir sedang apa Bastian sekarang? Apa dominan itu sudah tidur? Apa dia sudah makan malam? Neo tidak mengira jika jauh dari Bastian bisa membuatnya seperti ini. Neo meraih hpnya dan membuka aplikasi pesan. Ia melihat kontak Bastian dan ternyata si empunya sedang offline.

Neo menghela napas dan kembali menaruh hpnya ke nakas. Cowok itu berusaha memejamkan mata namun sulit. Tanpa sadar tangannya terulur menyentuh space kasur yang kosong dan hal itu membuat dia kembali tersadar jika malam ini dirinya tidur sendirian. Neo tidak menyangka jika hanya dalam beberapa bulan tinggal bersama Bastian, dampaknya akan seperti ini. Dia seolah candu dan tidak bisa tidur nyenyak jika suaminya tidak berada di sampingnya.

Neo tiba-tiba merindukan Bastian.

Neo kembali bangkit seiring dengan jantungnya berdegup kencang. Padahal sebelumnya ia sering tidur sendiri karena Bastian jarang pulang, tetapi malam ini kenapa ia seolah sangat membutuhkan pelukan dominan itu. Tangannya terulur untuk menyentuh perutnya yang dalam waktu dekat akan membuncit. Mata Neo terpejam, meresapi rasa nyaman yang tiba-tiba datang. Setelahnya, cowok itu menarik napas pelan seraya membuka mata. "Kamu ...." Neo tiba-tiba menghentikan ucapannya. Lidahnya mendadak kelu karena seumur hidupnya, ia jarang mengucap kata 'kamu-aku'. Juga, ini perdana dirinya mengajak janinnya mengobrol dan entah kenapa ia merasa geli tanpa sebab. "Aishh, kok gua malu, ya." Neo menggeleng seraya menangkup pipinya menggunakan kedua tangan.

Setelah menarik napas beberapa kali, Neo kembali menunduk lalu menunjuk perutnya. "Jangan buat masalah. Gua mau tidur nyenyak hari ini, juga ... jangan minta yang aneh-aneh!" Selepas memberi peringatan kepada calon anaknya, Neo kembali berbaring menyamping sambil memeluk guling dan rasa kantuk itu datang yang langsung merebut kesadarannya.

****



"Ini apa, Om?"

Bastian mengangkat sebuah surat saat melihat kedatangan Johan—pamannya.

Johan tersenyum miris, melangkah mendekat lalu berjongkok dan menangkup kedua tangan keponakannya itu. Tanpa melihat isinya, Johan sudah tahu isi surat itu.

"Di dalem sini kok ada nama Mami, Om?" Bastian bertanya lagi.

Johan tidak kunjung menjawab. Pria itu malah meraih kertas dari tangan Bastian lalu memberikannya pada sang istri yang sedang duduk di sofa.

"Om ...?" Bastian tampak kebingungan saat Johan tak kunjung menjawab pertanyaannya. Bocah yang baru saja menginjak kelas 6 SD itu terus mendesak agar om-nya buka suara.

Johan lalu bangkit dan menggiring Bastian untuk duduk di sofa. "Mami kamu melakukan kesalahan fatal dan harus dihukum." Johan berbicara dengan nada sepelan mungkin. "Dan mulai hari ini, kamu tinggal bareng Om sama Tante di sini."

"Kok gitu?" Bastian mengerutkan kening. "Emang Mami buat kesalahan apa dan dihukum kayak gimana?"

Bastian terus bertanya yang tidak semuanya dijawab secara gamblang oleh Johan. Karena itu, Bastian tumbuh dengan rasa penasaran yang kuat hingga fakta demi fakta mulai datang dan menghantamnya telak.

Love or Lust? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang