1

17.9K 808 23
                                    







"Anjing, kalo kating tahu gimana? Abis lu dimaki di depan fakultas."

Neo melirik sahabatnya, Hoshi, sekilas dan kembali menikmati sebatang rokok yang terselip di bibirnya. Sekarang mereka sedang mengikuti kegiatan PKKMB yang diselenggarakan oleh pihak fakultas dan karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang maka waktunya isoma.

Bukannya berkenalan dengan teman-teman baru atau makan, Neo malah menarik Hoshi untuk mencari area sepi dan merokok di sana. Padahal dalam peraturan yang disebar BEM FEB jelas-jelas tertulis jika para maba tidak boleh membawa rokok ataupun merokok. Tetapi, bukan Neo Reigha Admaja namanya jika menaati peraturan konyol itu.

"Nyebat lagi?" Hoshi bertanya saat melihat Neo kembali membuka bungkus rokoknya. Cowok dengan hidung bak perosotan anak TK itu langsung menyambar bungkusan rokok milik Neo lalu membuangnya ke tong sampah.

"Babi."

"Bodo amat." Hoshi langsung berdiri seraya menarik Neo agar beranjak. "Gue laper, cok. Ayo antre keburu makanannya abis."

Neo mendengus dan berjalan mengikuti Hoshi dari belakang. Di depan fakultas, tujuan mereka adalah ke salah satu tenda yang terdapat beberapa orang sedang mengantre. Sistem makanan di sini adalah prasmanan, bukan nasi bungkus. Mengingat kampus ini adalah salah satu perguruan tinggi swasta termahal, jadi tidak heran jika feedback yang para mahasiswa dapatkan akan jauh lebih banyak. Itu sesuai dengan biaya yang dikeluarkan tiap semester hampir mencapai dua digit.

"Woi, lama bener lu! Buruan!"

Lamunan Neo terhenti saat Hoshi yang berdiri di depannya memaki seorang cewek yang begitu lambat. Seolah kena mental, cewek itu langsung mengambil beberapa lauk dengan asal dan pergi menyusul teman-temannya.

Melihat jejeran lauk yang sangat menggugah selera membuat Hoshi kalap dan mengambil satu persatu sampai piringnya penuh menggunung. Neo yang sudah biasa dengan tingkah sahabatnya itu hanya acuh tak acuh.

Saat giliran Neo, dia menatap lauk yang berjejer di depan matanya dengan raut tak minat. Yang ia butuhkan sekarang adalah rokok, bukan makanan. Dengan terpaksa, cowok itu mengambil sepotong ayam katsu serta setengah sendok acar. Baru saja kakinya akan melangkah pergi, tiba-tiba ia merasakan hembusan nafas di telinganya yang membuat dia sedikit kegelian.

"Makan yang banyak biar badan lu ga makin kurus."

Neo berbalik dan terdapat barisan cowok yang sama maba sepertinya di sana. Tepat di belakangnya tadi, seorang cowok dengan tubuh tinggi tegap serta piercing di bibirnya membuat Neo seketika terpaku. Dia ingat cowok ini. Cowok ini yang tadi ditegur bahkan sempat dibentak oleh ketua BEM FEB karena terang-terangan memakai tindik bibir. Bukannya melepas dan meminta maaf, dia malah bersikap acuh tak acuh yang akibatnya hampir membuat ia dan ketua BEM adu jotos. Untung saja tidak jadi.

"Satu ayam goreng ga akan buat lu gendut." Cowok bertindik itu mengambil sepotong ayam goreng dengan capitan lalu menaruhnya di piring Neo. Dan Neo yang mendapati hal barusan hanya mengernyitkan kening dan menyeringai.

"Bacot," sahut Neo dan saat dia akan berbalik pergi, lengannya ditahan oleh cowok asing itu.

"Lu anak ekonomi, kan? Kita satu jurusan by the way."

Kening Neo kembali mengernyit. "Oh, ya?"

Cowok itu mengangguk seraya menarik kembali tangannya. "Neo Reigha Admaja ...." Bas mengeja nama yang tertulis di id card yang tergantung di leher Neo. "... Gua harap bisa satu kelas sama lu."

Sebelum cowok itu pergi, Neo sempat membaca namanya yang membuat dia menarik bibir ke atas meski hanya satu detik.

Sebastian Bratadikara.

Love or Lust? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang