6

4.9K 428 5
                                    








Satu bulan berlalu dan hubungan Neo serta Bastian semakin berjarak. Neo selalu menghindar jika sadar akan berpapasan dengan Bas di koridor kampus. Cowok itu juga selalu menolak ajakan Hoshi untuk mabuk-mabukan di Pure Milenial, bar yang selalu mereka datangi. Alasan Neo menolak tentu saja karena tidak ingin bertemu Bas di sana.

Di kelas, Bas masih bersikap biasa saja. Dominan itu sesekali mengusilinya seperti sebelum-sebelumnya. Meski selalu tidak direspon, namun tampaknya dia acuh tak acuh dan tidak ambil pusing.

Bukan tanpa alasan Neo bersikap kekanak-kanakan seperti itu. Dia hanya ingin hatinya tidak berharap lebih pada Bas. Dia akui jika dirinya sudah jatuh hati pada cowok badung itu. Dan menurutnya sekarang, menyukai seorang Sebastian Bratadikara adalah sebuah kesalahan.

"Jangan lupa tugasnya dikumpul di pertemuan berikutnya ...."

Sepeninggal dosen, Neo langsung memasukkan binder serta pulpen ke dalam tas dengan kening mengernyit. Entahlah, sejak tadi pagi badannya terasa lemas tanpa sebab. Ia bahkan tidak sarapan karena napsu makannya tiba-tiba hilang. Yang ingin dia lakukan sekarang hanya berbaring lalu tidur, tetapi sayangnya itu tidak bisa ia lakukan karena dalam satu jam ke depan akan ada mata kuliah susulan.

"Kantin, yo! Laper bet gua." Hoshi menepuk bahu Neo setelah beranjak dari kursi.

Neo hanya mengangguk dan ikut berdiri.

"Bas, lu mau ikut ke kantin?"

Langkah Neo terhenti saat mendengar suara Hoshi. Ia sengaja menunggu balasan dari Bas.

"Kagak. Gua mau langsung pulang."

"Lah, lu bolos matkul kedua berarti?" tanya Hoshi lagi.

Terlihat Bas mengangguk santai. "Memanfaatkan jatah alpa," sahutnya seraya berjalan keluar kelas. Saat melewati Neo yang mematung, Bas tidak melirik cowok itu sekali pun dan pergi begitu saja.

"Emang agak-agak tuh bocah." Hoshi menggelengkan kepala. Cowok itu seolah lupa jika dirinya sama saja seperti Bas. Bahkan di hari pertama kuliah, dia sengaja alpa dan menghabiskan waktu dengan cowok yang sekarang sudah menjadi mantan pacarnya.

"Ayo, Neo!" Hoshi merangkul bahu Neo yang hanya diam menurut. Di jalan menuju kantin, Hoshi beberapa kali melirik Neo yang terus menutup mulut. Beberapa hari ini, ia merasa ada yang aneh dengan tingkah temannya itu. Neo yang biasa mengumpatinya tiba-tiba berubah menjadi bocah ansos yang hanya diam dengan tatapan menyorot lantai. Neo juga selalu menolak saat diajak minum ke PM, padahal biasanya bocah itu selalu semangat 45 jika berkaitan dengan alkohol.

Hoshi semakin yakin jika ada sesuatu yang salah di diri Neo.

Setelah mengantre makanan, mereka duduk di salah satu bangku panjang yang kebetulan kosong. Hoshi mulai menyantap baksonya setelah menuang kecap cukup banyak. Ngomong-ngomong, cowok tiang itu sangat addicted dengan kecap manis. Ia berdecak puas setelah menyeruput kuah bakso yang hitam legam karena kebanyakan kecap.

Sedangkan Neo, tampak menatap tak minat pada seporsi ayam geprek di hadapannya. Ia masih tidak napsu makan dan menunjuk asal saat mbak-mbak kantin bertanya ingin pesan apa.

"Lu nggak makan?"

Neo menggeleng dan mendorong piring berisi ayam geprek ke Hoshi. "Habisin! Gua lagi nggak napsu makan." Melihat sambal di atas ayam tiba-tiba membuatnya agak mual.

"Hah? Lu sakit?"

Neo menggeleng seraya menarik beberapa helai tisu untuk menutup hidung. Selain sambel ayam geprek, aroma parfum yang campur aduk menjadi satu juga membuatnya ingin muntah. Neo juga heran kenapa penciumannya sensitif seperti ini.

Love or Lust? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang