"Mas, Mbok pamit pulang, ya. Makan malem udah Mbok siapin di meja."
Merasa jika anak majikannya sedang tidur, Mbok Jum langsung pergi begitu saja.
Sedangkan Neo yang sejak beberapa jam lalu duduk di lantai hanya menatap pintu kamarnya dalam diam. Matanya sudah sembab parah. Menyadari jika dirinya sedang hamil, air mata sialan itu malah keluar deras yang sukses membuatnya sesenggukan. Apa yang harus dia katakan pada ibunya?
Dan ... kenapa dirinya bisa sebodoh ini? Sebelumnya, saat akan melakukan hubungan badan, dia selalu menyuruh pasangannya untuk memakai pengaman. Jika mereka menolak, maka Neo juga tidak akan 'membuka' kakinya. Tetapi, kenapa dia mendadak bodoh saat bersama Bas? Padahal jelas-jelas dia tahu jika Bas tidak pernah memakai pengaman saat menidurinya.
Sekarang yang harus Neo lakukan adalah meminta pertanggungjawaban dari Bas. Mereka berdua melakukan itu mau sama mau dan tidak ada yang bisa disalahkan di sini.
Neo meraih hpnya yang tergeletak di lantai dan langsung menelepon Bas. Sampai dering terakhir, panggilan itu tak kunjung diangkat. Cowok itu tidak pantang menyerah. Ia kembali menelepon seraya mengirim pesan yang sebenarnya centang dua. Namun, lagi dan lagi baik pesan ataupun panggilannya, tidak direspon Bas sama sekali.
Neo mulai kehabisan akal. Bisa saja dia langsung ke apartemen dominan itu, tetapi feeling-nya berkata jika Bas tidak berada di sana. Tak berselang lama, hpnya berdering tanda panggilan masuk dan terpampang nama Hoshi di layar. Neo langsung mengangkat panggilan itu.
"Woi, Neo! Gimana kondisi lu? Masih muntah-muntah?"
Neo mengernyit saat menangkap bunyi musik yang terdengar tidak asing di seberang telepon. Pure Milenial. Hoshi pasti sedang berada di sana.
"Lu di PM?" Bukannya menjawab pertanyaan Hoshi, Neo malah balik bertanya.
Terdengar suara decakan.
"Iya, gua lagi di PM. Lu mau ke sini kaga? Rame bet di sini. Ada Bas dkk juga."
Mendengar nama Bas disebut, Neo langsung berdiri.
"Bas di PM?" Neo memastikan sekali lagi.
"Iye."
"Gua ke sana sekarang." Neo langsung mematikan panggilan itu. Dia kembali ke kamar mandi untuk mencuci muka lalu berganti pakaian. Sejak pulang dari kampus, ia bahkan belum mandi sampai sekarang. Karena itulah dia menyemprotkan parfum agak banyak sebelum pergi.
Neo mengemudi dengan kecepatan cukup tinggi. Sesekali dia juga melirik dashboard yang terdapat alat tes kehamilan yang sengaja ia bawa. Tangan Neo mencengkeram kemudi erat saat bayangan buruk dan terburuk muncul di pikirannya. Bagaimana jika Bas menolak untuk bertanggung jawab? Bagaimana jika Bas malah menyuruhnya aborsi? Bagaimana jika Bas ....? Apa Bas ....? Dan banyak lagi.
Mobil yang dikendarai Neo berbelok ke area parkir bar. Setelah mematikan mesin, dia mengambil testpack dan memasukkannya ke saku celana, sebelum keluar untuk mencari keberadaan Bas. Di dalam, matanya menelisik menatap satu persatu orang hingga terhenti pada gerombolan cowok di salah satu sofa. Tanpa pikir panjang, Neo melangkah ke sana.
"Bas!" panggil Neo pada Bas yang sedang mengobrol dengan teman-temannya. Mendengar suaranya, bukan hanya Bas, tetapi semua manusia yang duduk di sana langsung menoleh ke arahnya.
"Udah sampe lu? Cepet amat." Hoshi tampak tak percaya saat melihat keberadaan Neo. Padahal jarak rumah temannya itu dengan PM cukup jauh.
"Gua pesen ke John dulu." John itu bartender di sana. Dan sebelum salah satu teman Bas berdiri, Neo langsung menggeleng.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Lust? [✓]
Romance[BXB] [M-PREG] [ANGST] Bastian dan Neo, dua orang laki-laki yang sama-sama terjerat pergaulan bebas. Mabuk-mabukan serta seks liar tidak bisa dihindari keduanya. Mereka sangat terlena dengan kenikmatan sementara hingga 'sesuatu yang tidak diharapkan...