Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Bas belum juga kembali dari pagi. Neo melirik lauk-pauk di pantry yang ia pesan dari satu jam yang lalu. Ia sengaja memesan makanan online agar ketika Bas pulang, dominan itu bisa langsung makan. Jangan bertanya kenapa Neo tidak masak sendiri karena jawabannya dia sangat bodoh dalam urusan dapur.
Neo kembali duduk di sofa dan berniat mengecek saldo rekeningnya. Melihat nominal angka di layar hp membuat cowok itu menghela napas lega. Ternyata masih tersisa cukup banyak. Akhirnya sembari menunggu kepulangan Bas, Neo memilih menonton TV untuk mengisi kebosanan.
Namun, dua jam berlalu dan Bas pulang juga pulang. Rasa sabar Neo perlahan mulai terkikis. Ia lalu beranjak ke pantry untuk memastikan makanan yang dibelinya tidak bau, tanpa mematikan siaran TV.
"Masih aman kayaknya." Neo bermonolog setelah mencicipi satu persatu lauk pauk. Dia berbalik dan tatapannya langsung tertuju pada hp di atas meja. Apakah dia harus menelepon Bas?
Sepertinya ... iya.
Neo meraih hpnya dan langsung mendial nomor Bas. Cukup lama menunggu dan panggilan itu tidak kunjung dijawab. Ia kembali menekan ikon 'panggil' dan setelah tiga kali memanggil, tetap saja Bas tidak menjawab teleponnya. Sedetik kemudian, tubuhnya terlonjak saat mendengar pintu unit diketuk. Dia bergegas membukanya.
"Kak Neo Reigha?" Wanita dengan id card yang terkalung di lehernya bertanya disertai senyum ramah.
"Iya saya."
"Ah, ini ada titipan, Kak." Wanita itu menyerahkan sebuah paperbag yang membuat Neo mau tak mau langsung menerimanya.
"Dari siapa?" tanya Neo dengan raut heran. Seingatnya, dia tidak memesan apapun.
"Kurang tau, Kak. Ini tadi diserahin sama security ke saya." Setelahnya, wanita itu berlalu pergi.
Neo menutup pintu dan menaruh tas karton itu ke meja. Ia tidak langsung membukanya karena mendadak otaknya dipenuhi asumsi-asumsi jelek. Bagaimana jika isinya adalah bom? Oh atau jangan-jangan dia diteror seseorang dan isi di dalam paperbag itu adalah bangkai hewan. Namun, rasa penasarannya juga tidak kalah besar. Daripada tidak bisa tidur nyenyak, Neo memilih membukanya secara perlahan.
Mata Neo sontak membola.
Tangannya terulur untuk mengeluarkan satu persatu isi dari dalam sana.
Susu kehamilan?
What the hell?!
Apa-apaan? Siapa manusia aneh yang mengiriminya 3 kotak susu dengan packaging berwarna ungu ini?
Tak berselang lama, hp Neo berdenting tanda pesan masuk dan dia langsung mengeceknya.
Mama Na
- kamu udah terima paperbag pesanan mama?
- mama udah buat janji ke salah satu dokter kandungan dan setiap satu bulan sekali kamu harus check up ke sana.
- namanya dr. wenda
- untuk urusan biaya check up, mama yang tanggung. kamu tinggal dateng aja.Oh ... manusia aneh itu ternyata ibunya.
Neo hanya membalas pesan dari ibunya dengan kata 'iya'. Setelah menaruh hp ke meja, tatapannya kembali terpaku pada 3 kotak susu hamil di hadapannya. Haruskah dia meminum ini? Dan ... apa dia juga wajib melakukan check up kandungan? Ia kira dirinya hanya perlu duduk diam sembari menunggu waktu melahirkan tiba. Setelah lahir barulah dia sibuk mengurus anaknya dengan Bastian.
Terlalu larut dalam pikiran membuat Neo tidak menyadari jika Bas sudah masuk ke apartemen. Cowok itu tampak bingung saat melihat kotak-kotak asing serta tas karton di atas meja. Setelah menaruh sepatu ke rak, dia berjalan mendekati Neo. "Apa ini?" Bas mengambil salah satu kotak susu dan membaca tulisannya. Detik itu juga matanya sontak membola. "Lu beli ini?" Bas mengalihkan pandangan ke arah Neo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Lust? [✓]
Romance[BXB] [M-PREG] [ANGST] Bastian dan Neo, dua orang laki-laki yang sama-sama terjerat pergaulan bebas. Mabuk-mabukan serta seks liar tidak bisa dihindari keduanya. Mereka sangat terlena dengan kenikmatan sementara hingga 'sesuatu yang tidak diharapkan...