AJ-13

90 13 4
                                    

"Eza jadi pulang?"

"Nggak tau ini teh. Tadi mah pada lanjut main di arena fantasi." Winda menjawab pertanyaan Reni sembari memeriksa ponselnya. Siapa tahu ada notifikasi pesan masuk dari Eza atau pun Nisa, begitu pikirnya.

"Eza ngekost atau ngontrak, Win?"

"Ngontrak."

"Ohh... Padahal aku teh mau melancarkan rencana kita buat deketin Eza sama Suci. Biar Eza juga nggak terlalu deket sama adik sambungnya. Ehh iya kalau Nisa udah punya pacar?" Reni menurunkan volume suara agar suci yang tengah menonton televisi tidak mendengar percakapan dirinya dan Winda yang tengah duduk di ruang makan.

"Belum sih kayaknya. Kalau temen biasa mah banyak."

"Tuh apalagi gitu. Harus dipisah pelan-pelan Eza sama Nisa itu. Yaa maklumlah ya kalau hati siapa yang tahu, terus sama-sama kan bukan nggak mungkin tumbuh perasaan."

Winda menelan saliva. Sebenarnya ia sedang enggan mendengar kata-kata bernada seperti itu, sejak semalam ia sudah cukup risau apalagi tahu kenyataan kondisi apartemen Eza yang baru ternyata seperti apa. Maklum ia memang belum sempat mengunjungi kontrakan baru Eza di Jakarta.

"Ehh Suci." Sapa Winda saat putri dari sahabatnya itu menghampiri dirinya juga Reni.

"Sini." Reni melambaikan tangan. "Ini mah rada kolokan sama Mama teh. Deket banget ke aku. Tidur aja sama aku berdua. Kemarin mah diguyon aja sama aku teh, jangan tidur terus sama Mama, bentar lagi kan punya suami." Cerita Reni.

"Iya nanti mah sama suami." Timpal Winda asal.

"Coba, Win. Ditelepon jadi pada pulang atau nggak? Ini ada yang kangen kayaknya." Goda Reni pada Suci.

"Ihh Mama apa sih?" Suci langsung salah tingkah dengan pipi merona.

"Coba, ya?!" Winda pun segera menyambungkan panggilan pada Eza.

***

"Nis, tolong liatin siapa yang telepon." Titah Eza. Nisa mengangguk lalu meraih ponsel yang diletakkan di dekat persneling itu.

"Ibu, A."

"Angkat aja." Nisa mengangguk mendengar perintah Eza. Ia segera menerima panggilan Winda tersebut.

"Halo, A?!" Sapa Winda saat panggilannya terhubung.

"Ibu ini Nisa."

"Ehh Nis, si Aa mana?"

"Lagi nyetir. Ini di tol bentar lagi nyampe Sukabumi kok. Ibu udah mau tidur bukan? Tidur aja, aku bawa kunci kok." Tutur Nisa tanpa jeda.

"Ohh kalian jadi pulang?"

"Jadi, Bu. Maaf ya kemalaman."

"Ya udah hati-hati. Itu tol Jagorawi?"

"Nggak, bentar lagi keluar kok di parungkuda."

"Ohh berarti sejaman lagi ya?"

"Iya mudah-mudahan nggak macet di Cibadaknya nanti."

"Aamiin. Pokoknya hati-hati."

"Iya, Bu." Tutup Nisa.

"Udah? Apa kata Ibu?"

"Nggak apa-apa, Ibu cuma mastiin kita pulang apa nggak. Terus katanya hati-hati."

"Ohh iya."

Ibu ngebet banget nyuruh pulang ada apa sih? Batin Eza.

***

"Pulang, lagi di tol Bocimi katanya." Ujar Winda pada Reni juga Suci sesaat setelah menutup telepon.

"Alhamdulillah." Seru Reni lega dan bahagia.

Aku Jodohmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang