"Dari mana?" Tanya Alam dingin menyambut kedatangan Angga sore ini.
"Dari Bandung, Pa." Jawab Angga datar. "Oya ini ada titipan dari Nisa buat semua." Angga meletakan paperbag titipan Nisa di atas meja.
"Apa ini?" Ida meraih paperbag tersebut dan mengintip isinya. "Waah...." Seru Ida.
"Jadi kapan?" Tanya Alam masih dingin.
"Secepatnya tapi nggak beres kontrak langsung naik pelaminan juga." Jawab Angga. Alam mendelik pada sang putra. "Udah ahh aku ke kamar dulu." Angga mencoba menghindar.
"Pa, kasih mereka waktu. Mama rasa Angga sama Nisa memang ada hubungan." Ida mencoba menenangkan suami.
Langit beranjak gelap saat tiba-tiba Alam merasa nafasnya memberat. Beban pikirannya memang sedang overload. Terlebih gunjang ganjing masalah Angga. Sungguh ia takut memang putranya itu kalah oleh cinta. Ia takut Angga tidak rasional lagi. Ia pun tumbang.
"Papa?!" Ida syok melihat suaminya jatuh pingsan. "Pa...." Ida terus mengguncang-guncang tubuh itu. "Aa ... Dede...." Ida berteiak memanggil putra dan putrinya.
Angga yang baru masuk kamar, mendengar teriakan Ida segera balik badan kembali keluar kamar. Angga dan Sita segera berhambur menghampiri Ida yang tampak panik di dekat papa mereka yang tergeletak di atas karpet.
"Papa kenapa?" Tanya Angga.
"A, panggil dokter." Titah Ida.
Angga mengangguk, ia langsung menelepon. Akan tetapi bukan dokter yang ia telepon melainkan ambulance.
"Kita bawa Papa ke rumah sakit. Di sana banyak tim medis dan alatnya lengkap. Sengaja aku pake ambulance biar Papa aman selama di jalan dan cepat sampai rumah sakit." Begitu yang ia utarakan saat Ida protes mengapa Angga malah memanggil ambulance.
Serangan jantung, itu yang dialami Alam. Ida masih tampak panik dan khawatir. Berkali-kali Angga harus mencoba menenangkan. Beruntung kondisi Alam beranjak membaik setelah mendapat penanganan yang cepat dan tepat.
"Angga..." Panggil Alam lirih.
"Iya, Pa."
"Nikah secepatnya sama Nisa atau secepatnya kalian berpisah." Pinta Alam tegas.
"Hah?!"
"Papa nggak mau kamu dimanfaatkan."
"Nggak ada yang manfaatin Angga, Pa." Tekan Angga.
"Nikah atau pisah. Kalau perlu Papa cabut saham di perusahaan ibunya Nisa biar kita nggak ada keterikatan sama sekali dengan mereka." Ancam Alam.
"Pa...."
Alam terus mendesak sampai akhirnya Angga tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menenangkan ayahnya itu. Karena bukan seperti itu rencananya. Bukan seperti itu taktik dirinya dan Nisa bersatu. Ia punya rencana sendiri dan taktik sendiri.
"Nis, bokapnya Angga kritis ya katanya." Ujar Dina saat mereka tengah bertelepon malam ini.
"Kata siapa?"
"Biasa, Boy."
"Terus?!"
"Angga lagi kebingungan, soalnya bokapnya Angga pengen kalian cepet nikah. Kalau nggak, bokapnya minta kalian pisah aja, jangan malu-maluin keluarga. Tapi katanya bokapnya punya rencana langsung mau cabut saham di perusahaan ibu lu biar nggak ada keterikatan atau hubungan lagi di antara keluarga lu sama dia." Cerita Dina yang membuat Nisa menggigit bibir bawahnya.
***
"Assalamu'alaikum." Ucap Nisa yang memutuskan pagi tadi ke Sukabumi.
"Waa'alaikumsalam." Sahut Alam juga Ida.
"Nisa?!" Sapa Ida yang tampak surprise Nisa datang.
"Tan... Om..." Nisa menyapa kedua orangtua Angga dan juga memyalami mereka satu persatu.
"Masuk... Masuk... Sama siapa?" Tanya Ida kegirangan, lega.
"Sendiri."
"Ohh..."
"Cepet sembuh ya, Om." Ucap Nisa.
"Om nggak sakit, cuma Om lagi kepikiran anak-anak Om aja." Sahut Alam. Nisa tersenyum salah tingkah.
"Sengaja ini teh dari Bandung?" Ida mencoba menetralkan suasana.
"Iya."
"Nis, kamu serius kan sama anak Om?" Tanya Alam to the point.
Deg, Nisa tahu dirinya akan disudutkan jika bertemu dengan Alam. Tapi apa boleh buat ia tahu sebagai orangtua, Alam tidak ingin anaknya kenapa-kenapa.
"Insyaallah kalau ada jodohnya."
"Kapan kontrak kamu selesai?" Alam mencerca Nisa. Nisa diam-diam menelan saliva karena tepat hari jumat kemarin kontraknya selesai.
"Kapan, Nis?" Ulang Ida lembut, berusaha mencegah suaminya kembali bertanya.
"Per hari Jumat kemarin udah selesai, Om.. Tante." Jawab Nisa.
"Alhamdulillah." Ucap Ida benar-benar lega.
"Jadi siap ya dipinang putra Om?" Desak Alam. Nisa menarik nafas panjang sebelum akhirnya membuka suara.
"Insyaallah." Angguk Nisa pelan.
***
Naaaaahhhhh.....
Nisa sama Angga?!
Jodoh Nisa Angga??Jawabannya ada di last part yang dipublikasi di sebelah ya...
Ya epilognya di sana...Happy Reading ❤️
Thank you all
See you next story 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Jodohmu
RomanceKalau sudah jodoh, bagaimana pun ceritanya pasti akan bersatu. Tapi benarkah kamu jodohnya aku? Happy Reading ❤️