AJ-17

97 16 6
                                    

"Parah ihh.." Nisa bergidik. "Ahh udah dul...."

"Ditutup Aa marah lagi nih." Ancam Eza cepat, memotong kalimat Nisa.

"A Eza main ancam ya hari ini?!"

"Abisnya kamu..."

"Bobo A Eza. Rewel sekali A Eza hari ini." Tutur Nisa.

"Efek jauh dari kamu ini teh, tau nggak?! Diajak terus terang ke Ibu nggak mau terus sih. Padahal kan siapa tahu kalau Ibu tau, kita jadi disuruh cepet-cepet nikah, jadi aku nggak perlu takut kamu berubah pikiran jadi nyonya Eza."

"Nggak, aku nggak akan berubah pikiran. Tenang aja." Sahut Nisa menenangkan.

"Bener ya?!"

"Iya." Angguk Nisa.

"Kangen." Cetus Eza.

"Hah?!"

"Pengen cepet weekend."

"Ya ampun A Eza.... Senin aja belum abis mau cepet-cepet weekend aja." Kekeh Nisa geli.

***

Reni mendengus, lagi-lagi ia tidak memperoleh hasil apa-apa. Pagi ini saat ia hendak mengajak Eza sarapan pun laki-laki itu sudah berada di kantor, siap untuk bekerja.

Reni akhirnya pulang dengan tangan kosong. Yang ada ia malah tahu kenyataan jika Eza ternyata sudah memiliki kekasih hati.

Siapa ya cewek yang diomongin Eza itu? Batin Reni sembari terus berharap Winda tidak merestui hubungan Eza dengan pacarnya. Sehingga lebih memilih mendukung perjodohan antara Eza dan Suci.

"Bu, Nisa boleh ngomong sesuatu nggak sama Ibu?!" Tanya Nisa saat ia dan Winda tengah makan malam berdua.

"Ngomong apa, Nis?"

"Kontrak Nisa diperpanjang, tapi Nisa ditempatkan di Bandung." Kening Winda mengernyit. "Nisa mau minta izin ke Ibu buat cari kostan di sana."

"Lha bukannya kamu mau resign?"

"Nggak jadi, Bu. Dipikir-pikir sayang kalau dilepas. Mana ditempatin di kantor cabang Bandung." Ujar Nisa dengan seulas senyum manis.

"Jadi kamu nanti ngekost di Bandung?"

"Iya, Bu."

"Yakin itu teh?" Winda mencoba meyakinkan Nisa.

"Yakin, Bu."

"Udah bilang ke si Aa?"

"Udah."

"Apa kata si Aa?"

"Nggak bilang apa-apa, cuma katanya jaga diri aja di sana. Soalnya di mana pun kita berada pasti selalu ada orang yang suka dan nggak suka sama kita." Papar Nisa mengulang apa yang selalu Eza tekankan pada dirinya.

"Iya bener itu." Winda manggut-manggut. "Terus kapan kamu cari kostannya?"

"Lusa."

"Ya udah Ibu temenin."

"Ehh nggak usah."

"Nggak apa-apa."

"Tapi kata A Eza, A Eza mau anterin kok."

"Si Aa mau pulang?" Tanya Winda sembari mengernyitkan kening. Maklum biasanya Eza ke Sukabumi dua minggu sekali. Tidak setiap minggu seperti belakangan ini.

"Iya."

"Ohh ya udah kalau gitu kita ke Bandung sama-sama aja, sekalian ke Enin sama Aki." Pungkas Winda. Nisa mengangguk pelan.

***

"Bagus, bisa dijadiin momen terus terang itu." Ujar Eza saat Nisa selesai bercerita mengenai Winda yang hendak ikut ke Bandung ketika mereka tengah video call malam ini.

Aku Jodohmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang