AJ-22

96 13 2
                                    

"A, ikut anterin Nisa pindahan nggak?" Tanya Winda saat dirinya tengah menelepon sang putra.

"Iya, Bu. Nanti Eza anterin. Ibu ikut ke Bandung juga?"

"Iyalah, kasian Nisa. Masa iya nggak dianterin. Pulang ke Sukabumi kamu hari apa?"

"Jumat sore, beres ngantor langsung ke Sukabumi."

"Ohh ya udah. Ehh nginep di Bandung kan kita?" Tanya Winda kemudian.

"Iya, Bu."

"Nginep di Aki sama Enin yuk?!"

"Hmmm oke, gimana ntar."

"Lha kok gimana ntar? Emang kamu mau nginep di mana?"

"Takutnya jadi, Eza ada acara sama temen-temen kuliah dulu."

"Ohh...."

"Ntar Eza pastiin dulu. Kalau nggak jadi, ayo kita nginep di Aki." Ujar Eza yang memang sempat mendapat undangan BBQ party di villa salah satu temannya dulu saat duduk di bangku kuliah. "Ehh tapi berarti cuma kita ya yang nginep di Aki sama Enin?"

"Yaiya, kan Nisa mah udah ada apartemen."

"Iya."

***

"Ci, deketin Eza." Titah Reni untuk kesekian kalinya. "Ci...."

"Eza kan udah punya pacar."

"Ya kan kata Mama juga baru pacar bukan istri. Lagian cowok mah asal mampu boleh kok punya istri lebih dari satu." Suci menarik nafas. "Katanya Nisa mau pindahan." Ujar Reni kemudian.

"Jadi pindah ke Bandung?"

"Jadi."

"Keren ya bisa kerja kantoran gitu."

"Keren tapi harus siap berada di telunjuk orang."

"Maksudnya?"

"Udah mending kamu mah terusin usahanya Mama aja. Mama pernah soalnya ngalamin jadi karyawan. Nggak enak."

Suci terdiam. Mimpinya harus ia telan sendiri. Mimpi menjadi wanita karir yang bekerja di perusahaan besar. Ya kurang lebih seperti Nisa. Suci ingat betul bagaimana menawannya Nisa saat memakai seragam kerja dengan sapuan make up tipis nan natural.

Ahh aku pengen jadi Nisa deh kayaknya. Punya kakak yang care kayak Eza, terus punya kerjaan yang keren di perusahaan bonafit. Batin Suci.

***

"Assalamu'alaikum."

"Ya Allah... Waa'alaikumsalam."

"Sehat, Bu?" Tanya Eza sembari menyalami Winda.

"Sehat. Kamu?"

"Kayak yang Ibu liat aja." Cengir Eza. "Nisa mana, Bu?" Eza mengedarkan pandangannya ke segala ruang.

"Di kamarnya."

"Masih packing?"

"Baru pulang."

"Hah?! Tumben." Sahut Eza sembari melirik jam tangannya.

"Apa dulu gitu tadi katanya di kantor. Perpisahan mungkin. Nggak tau serah terima jabatan."

"Ohh iya terakhir sebelum pindah soalnya ya tadi."

"Iya." Angguk Winda.

"Nis." Sapa Eza saat gadis itu keluar dari kamarnya.

"Ehh...." Nisa terperanjat melihat Eza sudah ada di Sukabumi malam ini.

"Gimana, besok siap mulai jadi orang Bandung?" Guyon Eza.

Aku Jodohmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang