AJ-21

76 14 6
                                    

Nisa mulai sibuk berkemas, akhir pekan ini rencana ia akan pindah ke apartemen yang sudah ia sewa sebelumnya di Bandung. Karena mulai Senin depan, ia sudah harus bekerja di kantor cabang Bandung.

Nisa terus memilih pakaian yang hendak ia bawa. Hanya pakaian karena ia menyewa apartemen yang full furnished sehingga segala sesuatunya sudah disediakan pihak pengelola.

"Nis...." Winda membuka pintu kamar Nisa dan mengintip ke dalam kamar.

"Masuk, Bu." Nisa mempersilakan Winda untuk masuk. Winda mengangguk kecil sembari beranjak masuk dan berjalan menghampiri Nisa yang tengah melipat pakaian sebelum dimasukkan ke dalam koper.

"Hati-hati di sana. Jaga diri baik-baik. Jaga kesehatan juga. Kalau ada apa-apa cepet kabari ibu." Pesan Winda.

"Iya, Bu." Angguk Nisa.

"Kalau bosen daripada keluyuran nggak jelas, main aja ke rumah Enin sama Pak Aki."

"Siap." Nisa mengacungkan ibu jarinya.

"Jangan bawa temen cowok ke unit. Apalagi pacar." Tekan Winda.

"Oke." Sahut Nisa pelan.

"Ehh ngomong-ngomong soal pacar, kamu punya pacar belum sih?"

"Heh?!"

"Kamu punya pacar belum?" Ulang Winda. "Nggak apa-apa, jujur aja sama Ibu. Nggak bakal ibu marahin atau larang-larang kok. Kamu kan udah gede. Udah waktunya mulai mengenal cinta."

"Hehehe..." Nisa nyengir sembari garuk pelipisnya, bingung menjawab.

"Ditanya kok malah senyum-senyum aja?!"

"Abis bingung jawab."

"Lho kenapa bingung jawab?" Tanya Winda bertepatan dengan masuknya telepon dari Sri. "Sebentar, Ibu terima telepon dulu."

"Iya." Angguk Nisa yang mendadak lega sekretaris ibunya itu menelepon di saat yang tepat.

***

Seulas senyum selalu menghiasi bibir Eza. Bagaimana tidak, kejadian kemarin membuat dirinya sangat bahagia.

Sebentar lagi, tinggal selangkah lagi, batinnya.

"Lagi apa?" Tanya Eza saat video callnya pada Nisa diterima gadis itu.

"Lagi nyicil packing." Jawab Nisa sembari mengarahkan kamera ke tumpukan pakaian juga koper.

"Ciee... Yang mau mandiri."

"Iya dong kan udah gede."

"Bawa baju secukupnya aja. Di lobi kemarin Aa liat ada laundry express. Jadi cucian kotor serahin laundry aja."

"Pemborosan." Cetus Nisa.

"Daripada capek. Jemur di balkon unit terus ditinggal kerja, nggak taunya mendadak ujan kena cipratan air jadi lama kering. Yang ada malah bau apek." Ujar Eza. Nisa tersenyum.

Ada benarnya juga sih. Batin Nisa diam-diam.

"Nanti Aa kasih uang buat laundry." Sambung Eza.

"Beneran?" Nisa memastikan.

"Bener." Eza mengangguk dengan tatap tertuju pada bola mata milik Nisa.

"Baik bener?!"

"Ke calon istri emang harus baik." Timpal Eza cuek.

"Ohh calon istri, jadi kalau udah resmi mah nggak?!"

"Ya bukan baik lagi atuh kalau udah resmi jadi istri mah tapi harus baik banget." Tekan Eza.

"Aamiin."

"Janjinya ya, Nis?!" Ujar Eza tiba-tiba, membuat Nisa mengerutkan dahi.

"Janji apa?"

"Abis kamu pindahan nanti, Aa boleh ngomong ke Ibu."

"Hehehe...."

"Tuh kan kamu mah." Eza mulai keki.

"Apa A Eza?"

"Dukung kek Aa mau ngomong ke Ibu teh." Ujar Eza bete.

"Iya, aku dukung. Semangat A Eza."

"Dasar. Nggak jelas." Gerutu Eza.

"Ehh katanya minta dukungan, udah didukung masih aja menggerutu." Nisa geleng-geleng kepala.

"Nggak tahu ahh."

"Mulai bete...."

"Yaa abis kamu." Keluh Eza.

"Ehh udah jam sembilan lebih ternyata. Bobo yuk A Eza?!" Ajak Nisa kemudian.

"Nis...."

"Iya."

"Nanti bobonya bareng lagi ya?!" Pinta Eza yang mana sontak membuat ingatan Nisa ke malam itu. Wajah Nisa memerah saat itu juga.

"Nggak ahh, nikah dulu." Tolak Nisa.

"Ayo, kita nikah." Seru Eza kegirangan.

"Bilang dulu ke Ibu."

"Siap."

***

"Win, ke mana aja?" Tanya Reni yang akhirnya memutuskan menelepon Winda yang mendadak hilang kabar.

"Lagi banyak kerjaan, Ren."

"Pantesan."

"Iya, mana Nisa mau pindahan. Jadi berasa banyak yang harus dipikirin dan diurusin." Ujar Winda apa adanya.

"Ohh Nisa jadi pindah ke Bandung?"

"Iya, Jadi."

"Kapan pindahnya?"

"Sabtu ini. Soalnya Senin dia udah mulai kerja di kantor cabang Bandung."

"Kamu nganterin dong?!"

"Ya, pasti."

"Sama Eza?" Cerca Reni.

"Belum tahu tapi kayaknya sih iya."

"Sini atuh mampir. Ajak Eza juga."

"Iya, Insyaallah."

"Siapa tahu semakin sering Eza ketemu Suci, lambat laun benih cinta mulai tumbuh."

"Iya, nanti aku coba tanya Eza. Apa dia ikut antar Nisa pindahan atau nggak. Kalau ikut nanti aku ajak mampir." Pungkas Winda.

***

"Ya Allah beri hamba kesempatan untuk memiliki Nisa. Jalani hari bersama dia. Hamba jatuh cinta pada salah satu ciptaanMu itu...." Belum selesai doa Angga di depan Ka'bah, ia terseret oleh rombongan lain yang akan melaksanakan tawaf.

Aku Jodohmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang