10° Marko Laksana Pamungkas

9 1 0
                                    


Ayah bilang aku harus selalu ingat Tuhan dalam kondisi apapun

☘☘☘

"Kamu pergi dengan siapa tadi Maria? Siapa cowok itu?"

"Kamu nuduh aku selingkuh Mario?"

"Aku enggak nuduh kamu. Aku tanya baik-baik Maria. Aku hanya tak ingin orang-orang menilai kamu buruk hanya karna melihat kamu pergi dengan lelaki yang bukan aku."

"Itu sama aja kamu nuduh aku Rio!"

Mario menghembuskan napasnya berat. Kenapa istrinya selalu susah jika ia ajak bicara baik-baik.

"Maria, aku mohon tenang. Aku gak mau ibu dan Marko dengar. Kita selesaikan baik-baik yahh. Jangan meninggikan suara. Aku suami kamu Maria." Mario mencoba memberi pengertian pada istrinya itu dengan lembut.

Bukannya menurut, Maria malah makin menjadi. "Aku gak peduli! Itu salah kamu karna nuduh yang enggak-enggak sama aku!!"

"Maria, aku enggak..."

"Sudahlah mas, gak usah ikut campur urusan aku. Kamu urus aja Ibu dan anak kamu dengan baik. Kamu anak Tuhan kan, minta sama dia supaya kamu jadi orang kaya biar kita gak terus seperti ini."

Mario mengusap wajahnya dengan perasaan yang campur aduk saat melihat wanita yang sudah ia jadikan istri selama 14 tahun lamanya itu.

Tanpa Mario dan Maria sadari, sang anak Marko sedari tadi mendengar dan melihat apa yang orang tuanya itu perdebatkan dibalik dinding. Remaja lelaki berusia 13 tahun itu hanya memperlihatkan raut sendu saat melihat pertengkaran orang tuanya lagi dan lagi.

☘☘☘

"Ayah, Marko diterima di Emperor High School. Marko berhasil mendapatkan beasiswa disana. Meskipun beasiswa yang Marko dapat cuma setengah, tapi Marko senang dan akan melakukan yang terbaik!"

Mario tersenyum bangga mendengar anak laki-lakinya dengan gembira memberitahunya karna berhasil diterima di sekolah menengah atas impiannya. "Anak ayah memang hebat."

"Kamu tenang aja, ayah akan usahakan kamu bisa bersekolah dengan baik disana sampai akhir."

Marko tersenyum senang mendengarnya. "Ayah tenang aja, Tuhan ada bersama kita. Jadi Marko yakin selagi kita berusaha, kita pasti akan mendapatkan apa yang kita inginkan."

Mario mengusap puncak kepala Marko dengan sayang. "Maria, terimakasih telah melahirkan anak baik seperti Marko. Dan maaf karna aku gak bisa membahagiakan kamu sehingga kamu memilih pergi meninggalkan kami." batinnya.

"Wahh ada apa nihhh? Kenapa nenek merasa ada aroma kebahagiaan yang terpancar disini?"

"Nenek!! Marko berhasil nek!!"

"Cucu nenek memang paling hebat!!" puji nenek Maryam dengan dengan senyuman bangganya.

Malam hari itu, Mario, Maryam dan Marko mengadakan makan malam mewah untuk merayakan keberhasilan Marko. Suasana bahagia menyelimuti ketiganya. Sampai akhirnya Mario mendapat telpon dari kepolisian bahwa mereka menemukan jasad Maria istrinya ditepi pantai.

Dunia Marko seketika hancur. Begitu pula Marko dan Maryam. Ketiganya langsung meluncur ke rumah sakit yang diinfokan oleh pihak kepolisian dengan perasaan yang sudah tak berbentuk.

Malam hari itu, malam yang seharusnya penuh rasa bahagia malah harus berakhir menjadi malam yang paling menyakitkan bagi ketiganya. Sang cinta pertama Mario, sang ibu yang telah melahirkan Marko, dan sang menantu satu-satunya Maryam harus pergi lebih dulu menghadap Tuhan.

Whatever You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang