Rasanya begitu menyesakan. Sampai kapan hidupku akan seperti ini? Aku lelah! Rasanya benar-benar melelahkan☘☘☘
Arjuna meringkuk dilantai setelah mendapat beberapa cambukan sabuk di punggung nya. Rasanya perih dan menyakitkan. Namun tetap saja rasa itu tak bisa menutupi rasa sakit dihatinya.
Mati-matian belajar agar bisa mendapat hasil yang baik. Namun saat telah mendapatkannya ia tak pernah mendapat apresiasi.
Hasil ujian hari ini membuatnya takut. Meskipun nilai yang didapatnya tetap tinggi seperti biasanya, tapi peringkatnya turun. Dan hal itu membuat perasaan takut menggenggam erat perasaannya.
"Sudah saya bilang kalau kehadiran murid baru itu jangan sampai mempengaruhi peringkatmu!" sentak Gama melemparkan vas bunga pada Arjuna.
Sakit, itu yang dirasakan Arjuna. Tubuh mungilnya terasa begitu tak berguna.
Matanya terlihat merah namun sama sekali tak ada air mata yang keluar dari sana.
Gege sang mama hanya duduk di sofa single dengan cangkir teh ditangannya. Wajahnya terlihat tenang seolah tak terpengaruh oleh tindakan yang dilakukan suaminya pada anak bungsunya.
Gama mengusap wajahnya dengan perasaan kesal luar biasa. Anak terakhir nya ini memang selalu membuatnya kecewa.
Gama menatap Arjuna yang hanya diam. "Kita pergi ke apartemen mu untuk membakar semua alat gambarmu itu!"
Mata Arjuna bergetar mendengarnya. Dengan sisa tenaga yang ada, ia beringsut bangun dan memeluk sebelah kaki papanya. Tidak! Kumohon tidak!
"Jangan papa! Juna minta maaf udah kecewain papa!" pertahanannya runtuh. Air matanya mulai mengalir. "Jangan bakar! Juna mohon papa!" isak Arjuna dengan nada frustasi.
"Juna butuh mereka! Juna butuh alat-alat gambar Juna! Jangan hancurin mereka papa!"
Gama menendang tubuh anaknya agar melepaskan pelukan pada kakinya. "Anak bodoh!" umpat nya.
"Alat-alat gambarmu itu hanya memberi kamu kebodohan, Juna!" sentaknya. "Kamu bodoh! Untuk apa melakukan hal-hal tidak berguna seperti itu."
Arjuna bersujud pada kaki papanya. "Juna mohon pa! Maafin Juna! Juna janji Juna akan belajar lebih keras lagi!"
Gama berdecih pelan dengan rasa muak. "Sudah terlalu banyak janji yang sudah kamu buat. Tapi apa? Lihat! Kamu bahkan bisa turun peringkat hanya karna seorang anak baru."
Meraih ponsel disaku bajunya, Gama mulai menekan sebuah nomor di ponsel nya. "Hancurkan!"
Arjuna membelalakan matanya. "Papa!!" sentaknya dengan nada tinggi.
"Sialan! Kamu berani menaikan nada bicara mu pada saya?" Gama melemparkan ponselnya pada Arjuna dengan murka setelah menutup telpon.
Dengan keras ponsel mengenai pelipisnya. Arjuna meringis sakit.
"Ini adalah pelajaran untuk kamu! Saya tak pernah main-main dengan apa yang telah saya ucapkan." Gama menunjuk Arjuna dengan ekspresi menakutkan. "Sekali lagi kamu bikin saya kecewa, saya gak akan segan-segan melarang kamu untuk menggambar lagi! Atau perlu saya kurung kamu dimansion biar kamu kehilangan kebebasan kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Whatever You Want
Teen Fiction"Putuskan tali dan bebas!" WARNING!! [ bullyng, kekerasan, kata-kata kasar dan vulgar, hal-hal tak pantas, pelecehan seksual, dan mengandung banyak pro-kontra ] Start : 01 Januari 2024 Finish :