18° Bad

2 1 0
                                    


Yahh teruslah memakai topeng agar permainan terasa menyenangkan

☘☘☘

Seorang gadis dengan rambut orange terang melangkahkan kakinya memasuki sebuah laboratorium terbesar di Jakarta. Ketukan heels menggema ditemani dengan lantunan lagu yang dinyanyikan dengan lirih.

Yemma kemudian tersenyum tipis saat ia akan berpapasan dengan istri pemilik laboratorium, Monica Weldon. Dengan sengaja, Yemma menghentikan langkahnya dan menyapa dengan ramah. "Selamat sore?"

Monica yang tadi tengah berbincang dengan asistennya pun menoleh. "Ohh selamat sore." sahutnya dengan nada datar yang kemudian langsung pergi tanpa berkeinginan untuk beramah-tamah.

Yemma terkekeh melihatnya. Wanita itu semakin angkuh.

Sembari membenarkan masker yang dikenakan, Yemma menempelkan tanda pengenal yang ia masukan ke saku jas lab yang dipakainya pada sensor khusus untuk membuka pintu lab. Yemma tersenyum lebar saat pintu berhasil terbuka.

Ia masuk kedalam dan mengamati beberapa peneliti yang tengah melakukan penelitian. Weldon, tunggu aku. Aku berjanji akan memberi kalian hadiah besar yang tak akan pernah bisa kalian lupakan.

☘☘☘

Marko tersenyum lebar sembari mengangguk dengan sopan saat memberikan pesanan pada konsumen yang memesan makanan ke tempat ia bekerja. "Terimakasih kembali mbak, jangan lupa bintang lima nya ya." serunya yang ditanggapi tawa kecil oleh konsumen nya.

Sudah sekitar dua hari Marko bekerja disebuah cafe yang menyediakan layanan delivery. Ia sangat berterimakasih pada Hema yang sudah mengenalkannya pada pemilik cafe dan memintanya untuk menerima ia sebagai pegawai delivery yang memang jam kerjanya lebih fleksibel.

Gaji yang ia dapat juga lumayan meskipun tidak akan bisa melunasi biaya sekolahnya jiga tahun ketiga nanti ia gagal bertahan dikelas unggulan. Tapi meski begitu ia bersyukur karna setidaknya ia bisa mengurangi beban ayahnya.

Namun, bukan berarti ia benar-benar pesimis untuk ujian akhir ini. Ia masih akan terus belajar dengan giat agar ia masih tetap menjadi siswa kelas unggulan tahun ketiga nanti.

Marko melajukan motor yang diberikan cafe untuk melakukan delivery dan meninggalkan kediaman sang konsumen. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.

Laju roda kendaraannya berhenti tepat disebuah gang yang cukup luas. Marko turun dari motornya dan mengambil pesanan dari dalam box untuk diantarkan pada konsumen terakhir sebelum ia kembali ke cafe.

Marko melangkah memasuki gang menuju tempat konsumen yang memesan makanan. Saat melihat segerombolan anak sekolah yang tengah menongkrong membuatnya tersenyum apalagi saat melihat si pemesan makanan.

"Permisi?"

"Ohh dah dateng toh." sahut salah seorang diantara mereka. "Ram? Makanannya udah dateng nih!" teriaknya pada seseorang yang berada didalam sebuah bangunan tua.

Lalu tak lama datang dua orang dari dalam rumah. Marko mengernyitkan dahinya saat melihat salah satu dari keduanya, tepatnya pada orang yang tengah merokok sembari bermain ponsel ditangannya.

"Haje?"

Rama yang berada disamping Harley sontak menyikutnya dan membuat Harley seketika berdecak pelan.

"Paan, Ram?" tanyanya.

Rama tak menjawab dan malah memberikan gestur seolah menujukan sesuatu menggunakan dagunya.

Harley pun menoleh pada apa yang Rama tunjukan. Seketika ia mematikan ponselnya dan memasukannya kedalam saku seragam. "Waw.. Kejutan apa ini?" seringainya.

Whatever You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang