Day 5

6 2 0
                                    

Hari libur adalah hari yang tepat untuk berolahraga. Banyak waktu bisa dihabiskan hanya untuk berolahraga. Dengan begitu, kita bisa fokus berolahraga tanpa harus takut melewatkan sesuatu.

Salah satu kebiasaan yang Candra dan teman-temannya lakukan adalah berlari pagi bersama setiap hari Sabtu pagi. Mereka akan berlari dari rumah Candra menuju alun-alun kota. Berlari-lari di sana selama beberapa puluh menit, kemudian berlari menuju sebuah taman bermain. Biasanya Candra dan teman-temannya akan nongkrong di taman bermain sembari memakan seporsi bubur ayam yang mereka beli di dekat taman bermain itu.

Seperti saat ini, Candra sedang menumpukan salah satu kakinya pada kaki yang lain. Satu kaki yang memijak ke tanah itu menggerakkan ayunan yang didudukinya dengan perlahan. Sementara tangannya memegang sebungkus bubur ayam.

"Kayaknya udah lama banget ya kita nggak nongkrong? Libur kenaikan kelas berasa lama banget." Nanda berceletuk.

"Sebenernya yang bikin kerasa lama itu karena deketan sama jadwal kakak kelas ujian. Jadi ya kita libur mulu," jawab Catur.

Fakta menarik, Catur itu tidak suka berbicara. Dia lebih nyaman untuk mendengarkan. Hanya saja, perlakuan itu tak berlaku pada Nanda. Catur akan berbicara panjang lebar hanya untuk meladeni sahabatnya itu. Semua itu karena Catur dan Nanda sudah bersahabat sejak bayi. Orang tua mereka dulunya juga bersahabat.

"Iya, sih. Tapi juga gara-gara kalian yang pada nggak mau diajak nongkrong. Sibuk sendiri-sendiri sama ceweknya. Apalagi si Candra tuh, nggak punya cewek aja sok sibuk nggak mau diajak nongkrong." Kali ini Hanif yang berbicara.

Hanif, sosok yang paling mudah marah dan gemar mengomel di antara semua temannya. Kalau kata Nanda, kesabaran Hanif itu seperti tisu yang direndam air kemudian dibagi tujuh. Alias tipis banget dan mudah hancur.

Ngomong-ngomong, sudah bukan rahasia lagi kalau Nanda dan Catur itu suka bermain wanita. Nanda yang merupakan vokalis band sekolah dengan tampang begitu keren. Juga Catur yang merupakan kapten basket sekolah dengan tubuh yang kelewat atletis.

Dengan segala kelebihan mereka itu, dengan mudah mereka mendapatkan banyak wanita. Banyak gadis-gadis menggandrungi mereka. Entah karena benar-benar terpana atau hanya panjat sosial. Yang jelas, Catur dan Nanda memanfaatkan mereka dengan baik untuk bersenang-senang.

"Dimana-mana liburan itu enaknya di rumah. Ngabisin waktu bareng keluarga. Tidur, istirahat soalnya waktu sekolah kurang istirahat. Ngapain nongkrong-nongkrong nggak jelas. Toh kita setiap Sabtu juga nongkrong di sini." Candra membela diri.

"Yaelah, Can. Kamu tiap hari juga udah kumpul sama keluarga. Ayah sama Bunda tiap hari pulang. Nabila juga di rumah. Masa masih kurang aja waktunya? Aku aja yang Papa Mama jarang pulang tetep aja mau diajak nongkrong walaupun mereka lagi pulang," sela Nanda.

"Ya namanya juga keluarga cemara. Rumah rasanya nyaman banget, orang tua lengkap dan penyayang, adek juga nggak nakal. Makanya aku betah di rumah mulu. Nggak kabur-kaburan terus dengan alibi mau nongkrong."

Skakmat.

Memang tidak seharusnya Nanda mencari gara-gara tentang keluarga melawan Candra. Sebab di antara kelompok mereka, Candra adalah orang yang memiliki keluarga paling baik. Apalagi kalau dibandingkan dengan keluarga Nanda, bagai langit dan bumi.

Keluarga Nanda itu tidak rusak, tapi juga tidak harmonis. Mereka tidak memiliki masalah yang serius. Hanya saja interaksi mereka begitu canggung. Penyebabnya tentu saja karena mereka sangat jarang untuk bertemu.

Papa dan Mama Nanda bekerja di dua negara yang berbeda. Mamanya menjadi dokter di Singapura sementara Papanya adalah seorang pebisnis yang kerap kali bolak-balik Indonesia-Jerman. Kakak Nanda juga tengah berkuliah di Amerika dan hanya pulang setahun sekali.

30 Days With Cindy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang