Biasanya, gerbang sekolah baru dibuka pukul lima pagi. Itu pun hanya penjaga sekolah yang datang. Penjaga sekolah itu membuka kunci kelas satu per satu.
Namun, pagi ini rekor orang yang datang terpagi ke sekolah-yang dimiliki oleh penjaga sekolah-dipatahkan oleh seorang siswa. Lelaki berkacamata itu datang pukul lima kurang lima menit. Gerbang sekolah bahkan masih terkunci.
Siswa itu duduk di atas motornya. Memainkan ponselnya sembari menunggu penjaga sekolah datang. Tak lama, terdengar suara motor mendekat. Pertanda penjaga sekolah sudah datang.
"Wah, Candra hari ini datangnya pagi sekali." Candra mendongak ketika mendengar sapaan itu. Dia tersenyum menatap sang penjaga sekolah.
"Lagi pengen aja, Pak. Gabut soalnya di rumah."
Penjaga sekolah tidak lagi banyak bertanya. Dengan segara membukakan gerbang untuk Candra masuk. Setelahnya, penjaga itu memarkirkan motornya di depan pos satpam. Berlainan dengan Candra yang menuju parkiran siswa.
Penjaga sekolah membuka kunci setiap kelas. Dimulai dari kelas atas, berhubung Candra sudah datang dan kelasnya di atas. Penjaga itu tidak ingin Candra menunggu lama.
Di sisi lain, Candra yang sudah selesai memarkir motornya memilih berjalan santai ke dalam sekolah. Dia tidak ingin sang penjaga sekolah terburu-buru dan kesusahan. Pun dia tidak berniat untuk langsung ke kelas, melainkan pergi ke kantin untuk membeli sesuatu.
"Bu, beli susu coklat satu berapaan?" tanya Candra sembari mengambil satu kotak susu coklat dari kulkas.
"Enam ribu, Mas," jawab Bu Awa, ibu kantin yang selalu datang paling pagi. Bu Awa selalu menggunakan pintu belakang sehingga bisa keluar masuk sekolah dengan mudah.
Candra menyerahkan selembar uang berwarna ungu. Kemudian dia menerima dua lembar uang biru keabu-abuan. Setelahnya, Candra bergegas pergi ke kelas.
Candra memperpanjang langkahnya. Dia yakin penjaga sekolah sudah membuka kelasnya. Dan Candra harus menjadi orang pertama yang datang ke kelas. Dia tidak ingin ada seseorang yang mengetahui aksinya.
Candra meletakkan tasnya di bangku miliknya. Kemudian pergi ke sebuah bangku yang berada di belakang miliknya. Meletakkan sekotak susu yang ia beli di laci mejanya.
Baru saja Candra hendak kembali ke bangkunya, sebuah suara tiba-tiba mengejutkannya.
"Candra, kamu ngapain di bangkunya Cindy?" ujar seseorang yang baru saja memasuki kelas.
Nanda dengan gaya khasnya kini tengah berjalan ke arah Candra. Membuat orang yang dihampirinya bergegas kembali ke bangkunya. Sekali lagi, Candra tidak ingin aksinya diketahui siapa pun. Terutama sahabat-sahabatnya.
"Gapapa, heran aja kok dia belum dateng jam segini. Biasanya dia dateng duluan daripada aku," kata Candra.
Bukannya percaya, Nanda malah keheranan. Apa maksudnya ucapan Candra itu? Bagaimana bisa dia mempertanyakan 'kenapa Cindy belum datang' ketika Candra datang sangat pagi. Tidak masuk akal.
Nanda menghampiri sahabatnya itu. Kemudian meletakkan telapak tangannya di dahi Candra. Kemudian membaliknya menjadi punggung tangan yang memegang dahi lelaki itu.
"Nggak panas kok," kata Nanda.
"Lah, emang siapa yang demam? Aneh amat jadi orang." Candra menggerutu.
Nanda menjitak kepala Candra. "Kamu yang aneh! Kamu dateng jam lima lebih ke sekolah. Malah mungkin jam lima atau sebelumnya. Terus kamu tanya kenapa orang lain belum dateng, kamu gila apa gimana, Can? Kalau Mama nggak maksa berangkat bareng mah aku males dateng sepagi ini. Cuma karena mama bilang mau berangkat bareng biar meeting pagi ini semangat, yaudah deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With Cindy
Teen Fiction"Gini, aku suka sama kamu, jadi bisa nggak bales perasaanku?" Cindy secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya. "Nggak," jawab laki-laki itu tegas. "Kalau gitu aku minta 30 hari dari kamu. Siap-siap aja karena dalam jangka waktu tersebut aku b...