Salah satu hal yang paling menyenangkan sebagai pelajar adalah pulang lebih awal. Salah satu alasan untuk pulang sebelum waktunya adalah rapat guru. Kebetulan, saat ini sedang diadakan di sekolah Candra dan Cindy. Jadi keduanya diizinkan untuk pulang lebih dulu.
"Aneh banget. Belum sebulan masuk udah rapat aja guru-guru, mereka rapatin apa coba? UTS?" gerutu Cindy.
"Emangnya kamu nggak seneng kalau pulang awal? Padahal enak bisa tidur siang," jawab Candra.
Saat ini, Candra dan Cindy tengah berjalan menuju parkiran. Tadi Candra menawari Cindy untuk pulang bersama. Jangan tanya kenapa. Candra sendiri juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba mengajak, hanya ingin.
"Eits, kata siapa bisa tidur? Kamu nggak lupa 'kan kalau kita bakalan jalan-jalan terus tiap hari selama tiga puluh hari?" Cindy menyipitkan matanya, telunjuknya mengarah pada lelaki yang berjalan di sampingnya.
Candra sejujurnya lupa, tapi dia tahu kalau itu bukan jawaban yang disukai kaum hawa. Jadi, dia menjawab, "Mana mungkin aku lupa? Justru aku ngajak kamu pulang bareng karena itu."
Cindy tersenyum malu-malu. Tanpa tahu jika kata-kata manis yang baru saja Candra ucapkan hanyalah bualan. Hanya alibi untuk menutupi kelupaannya.
"Kamu nyadar nggak sih, Can kalau sekarang udah hari ke dua puluh satu? Berarti ini tepat tiga Minggu kita ngejalanin semuanya." Cindy berkata.
Candra mengernyit, merasa heran. Jadi sudah selama itu mereka bersama? Pantas saja dia mulai terbiasa dengan kehadiran Cindy.
"Jujur ya, Cin. Aku nggak pernah nyangka kalau aku bakalan deket sama cewek asing yang tiba-tiba nyatain perasaan ke aku." Apa yang Candra katakan adalah benar, mana mungkin seorang Candra yang tidak pernah dekat dengan seorang gadis, berpikir akan dekat dengan seorang gadis dengan cara yang lumayan aneh.
"Apalagi waktu itu kamu cuma ngasih tau nama dan bilang kalau kita bakal sekelas. Kamu nggak bilang kenal aku dari mana, suka dari kapan, kenapa suka sama aku. Gila banget pokoknya," lanjutnya.
"Jadi first impression kamu ke aku itu cewek gila dong?" tanya Cindy.
"Ya ... begitu deh. Lebih ke aneh aja. Kok bisa ada cewek seberani itu ngungkapin perasaan di depan umum padahal cowoknya nggak kenal dia sama sekali. Tapi karena anehnya kamu itu, jadinya kamu nggak gampang dilupakan." Cindy tersenyum mendengarnya. Biarlah terlihat aneh, yang penting tidak terlupakan.
"By the way, kamu mau ngajak aku ke mana ini?" Candra bertanya.
Cindy memanyunkan bibirnya. "Nah itu masalahnya. Aku kehabisan ide buat kencan kita selanjutnya. Kamu ada ide nggak?"
Candra diam sejenak. Memikirkan hal apa yang sedang ingin dia lakukan. Kemudian, lelaki itu teringat dengan lapangan basket yang berada di rooftop salah satu mall.
"Kita main basket aja gimana? Kamu suka main basket nggak?" Candra bertanya memastikan.
Cindy sebenarnya tidak suka. Dia tidak suka olahraga apapun. Namun, jika Candra bertanya begitu sudah pasti lelaki itu hendak mengajaknya bermain basket. Jadi Cindy memilih untuk berbohong.
"Suka kok, tapi aku nggak jago mainnya. Nggak bisa sih malah hehe. Gapapa?" Cindy menampilkan cengirannya.
Candra balas tersenyum. "Gapapa kok. Nanti bisa aku ajarin. Kalau begitu kita jadinya main basket ya?"
"Iya. Kamu tau di mana tempat main basket yang enak?"
"Gampang itu mah. Kamu tinggal ikut aja." Candra mengibaskan tangannya.
🏵️🏵️🏵️
Saat ini Candra dan Cindy sedang berada di salah satu mall di kota mereka. Mall ini adalah mall terbesar nomor dua di negara mereka. Bangunannya tidak terlalu tinggi, tapi begitu luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With Cindy
Teen Fiction"Gini, aku suka sama kamu, jadi bisa nggak bales perasaanku?" Cindy secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya. "Nggak," jawab laki-laki itu tegas. "Kalau gitu aku minta 30 hari dari kamu. Siap-siap aja karena dalam jangka waktu tersebut aku b...