Tidak ada orang selain Nanda yang paling membantu dalam setiap rencana jalan-jalan Candra. Lelaki yang jarang keluar rumah itu selalu meminta saran destinasi kepada Nanda. Selain itu, Nanda juga lelaki yang patut dimintai saran dalam persiapan dan kegiatan yang akan dilakukan.
Seperti halnya destinasi Candra dan Cindy hari ini. Nanda menyarankan Candra untuk membawa Cindy ke salah satu danau di kota mereka yang lumayan terkenal. Di sana, keduanya bisa menaiki perahu untuk berkeliling danau. Juga bisa menggelar tikar kecil untuk berpiknik di area danau.
"Kamu kenapa? Kok keliatan kesel begitu?" Candra mengernyit heran menatap Cindy yang justru memasang mimik wajah keruh.
"Kenapa kita nggak piknik di sini aja waktu itu? Padahal di sini juga bagus banget. Banyak orang yang piknik juga."
"Kan waktu itu kamu mintanya camping bukan piknik," jawab Candra.
Cindy mendesis, bisa saja alasannya. "Ya kamu harusnya peka dong aku maunya apa. Lagian kalau di sini kita jadi nggak boros uang, nggak perlu juga sewa-menyewa sampe malu gara-gara salah orang kayak waktu itu."
"Gapapa, sekali-kali. Hidup harus dinikmati. Boros sesekali bukan masalah. Anggap aja yang kemarin itu pengalaman tak terlupakan."
"Ih, tapi 'kan jadi boros waktu. Aku aja sampai besoknya sakit karena telat makan."
Candra mengernyit heran. "Bukannya kamu telat makan sampai sakit itu gara-gara kepikiran habis aku cium ya?"
"Ish, kok diingetin sih." Cindy mulai memukuli Candra dengan brutal, sedangkan sang lelaki hanya tertawa.
Candra menangkap salah satu tangan Cindy. "Anggap aja waktu itu sebagai pengalaman berharga, nggak akan keulang juga. Kapan lagi kamu dapet cium dari cowok ganteng kayak aku."
Cindy tidak lagi dapat menyembunyikan senyumannya. "Ih, dasar cowok narsis."
Kemudian Cindy pergi. Meninggalkan Candra yang masih diam di tempat. Hingga teriakan laki-laki itu membuat Cindy membalikkan badannya dan berlari kembali menuju lelaki itu.
"Cin, kalau mau naik perahu bukan ke arah sana."
🏵️🏵️🏵️
Salah satu hal yang menyebalkan ketika mendatangi sebuah destinasi yang ramai adalah mengantre. Hanya ada beberapa perahu di sana. Tidak sebanding dengan jumlah pengunjung yang datang.
Cindy memeluk tangan Candra. Kepalanya bersandar di bahu sang lelaki. Sedari tadi, dia tak berhenti merengek.
"Kok panjang banget sih antreannya. Ini nggak bisa nyalip aja ya? Atau pakai fast track gitu."
Candra tertawa. "Kamu pikir ini di Theme Park bisa pakai fast track. Udah sabar aja, yang lain juga antri kok. Lagian kamu 'kan yang minta naik perahu. Kamu juga yang waktu aku suruh siap-siap malah ngaret jadinya kita dateng ke sini pas udah rame."
Cindy cemberut. Seperti kebiasaannya belakangan ini, dia memukul lengan Candra. Meskipun pukulan itu sama sekali tak berarti. Jangan lupakan kalau Candra itu gemar berolahraga, beda dengan Cindy yang malas sekali berolahraga.
Lengan penuh otot tidak akan kesakitan jika dipukul oleh lengan yang hanya memiliki tulang dan sedikit daging seperti tangan Cindy.
"Kok jadi nyalahin aku sih! Ih aku sebel pokoknya."
"Mas, Mbak. Kalau nggak mau maju biar saya aja yang maju," kata seseorang yang berdiri di belakang kedua manusia itu.
Cindy menghentikan pukulannya segera. Candra pun meminta maaf kepada orang yang sudah menegurnya itu. Kemudian menarik Cindy untuk segera maju.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With Cindy
Teen Fiction"Gini, aku suka sama kamu, jadi bisa nggak bales perasaanku?" Cindy secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya. "Nggak," jawab laki-laki itu tegas. "Kalau gitu aku minta 30 hari dari kamu. Siap-siap aja karena dalam jangka waktu tersebut aku b...