Selama tiga tahun bersekolah di SMA, Cindy mengetahui satu kebiasaan sekolahnya. Untuk memperingati hari kemerdekaan, sekolahnya selalu menggelar perlombaan di akhir bulan Juli sampai maksimal tanggal enam belas Agustus. Kemudian pada tanggal tujuh belas Agustus akan diadakan upacara dan pembagian hadiah.
Tahun ini, perlombaan dimulai di hari Rabu, 31 Juli 2024. Lomba yang menjadi pembuka adalah futsal. Futsal sengaja dipilih sebagai pembuka dikarenakan peminatnya yang banyak. Diharapkan para siswa akan mengikuti serangkaian acara dengan semangat.
Candra menjadi perwakilan kelas dalam lomba futsal. Sebenarnya dia tidak mau, tapi wali kelas menuntut semua siswa untuk berpartisipasi dalam lomba. Jadi daripada mengikuti lomba lain yang memalukan, Candra memilih mengikuti perlombaan futsal.
Candra duduk bersama teman-temannya yang lain-tim futsal kelas-di sisi lapangan yang sudah disediakan panitia untuk para pemain. Candra duduk diam memperhatikan tim yang sedang bermain di lapangan. Kebetulan, kelasnya mendapatkan bye sehingga langsung lolos ke babak enam belas besar.
"Menurut kamu kita bakal menang nggak, Can?" tanya lelaki di samping Candra. Kalau tidak salah namanya Hafiz.
"Nggak tau. Tapi ya usahain menang. Paling enggak kita harus ke delapan besar. Masa udah dapet bye sampai enam belas besar malah kalah dalam satu pertandingan. Yang ada nanti kita jadi bahan ejekan satu sekolah." Candra menjawab.
Hafiz mengangguk. Selalu ada gengsi tersendiri dalam setiap classmeet. Walaupun tujuannya hanyalah memeriahkan peringatan kemerdekaan, tapi satu kemenangan setidaknya bisa jadi alat untuk melawan kesombongan nantinya. Apalagi untuk kelas dua belas.
"Aneh ya, padahal kita udah nggak ada IPA sama IPS lagi. Harusnya bisa rukun semuanya." Candra tertawa mendengarnya.
"Justru karena nggak ada IPA IPS lagi makanya ribut mulu. Dulu mungkin ada solidaritas antar anak IPA atau antar anak IPS, tapi sekarang beda kelas udah kayak beda jurusan. Jangankan buat lomba-lomba begini. Kita mau tanya-tanya tentang pelajaran aja udah nggak bisa karena pelajarannya beda-beda," jelas Candra panjang lebar.
Pertandingan pertama selesai. Masih ada satu pertandingan lagi sebelum pertandingan Candra. Astaga, Candra bosan duduk diam tanpa ponsel dan hanya bisa melihat ke lapangan. Mungkin akan lebih seru kalau ada teman-temannya. Sayangnya, teman-temannya tidak ada yang mau masuk ke dalam tim futsal.
"Candra, semangat!!" Candra menoleh mendengar seruan itu.
Di bagian lain sisi lapangan, seorang gadis tengah mengangkat poster dengan ukuran 60cm x 40cm. Dalam poster itu, terpajang foto Candra dengan tulisan 'Semangat Sayang!'. Tak lupa dengan emotikon hati yang dibubuhkan begitu banyak.
Candra tak mampu menahan senyumannya. Lagi-lagi pengalaman baru. Dia jadi mengerti bagaimana rasanya memiliki seorang pendukung ketika bertanding.
Pertandingan kedua selesai, Candra segera memasuki lapangan. Ini saatnya dia bertanding. Dia terpilih sebagai penyerang utama dalam tim.
Sejujurnya, Candra meragukan kemampuannya sendiri. Walaupun bisa, dia tidak jago bermain futsal. Pengalamannya sebatas bermain sepak bola setiap sore. Dia bahkan tidak pernah mengikuti ekstrakulikuler futsal. Anehnya, dia malah dipilih menjadi penyerang utama.
"Semangat, Sayangku!" Teriakan itu membuat Candra menoleh. Lagi-lagi Cindy.
"Harus menang. Cindy udah effort begitu masa aku kecewain," gumam Candra.
Pertandingan pun dimulai. Kick off dipegang oleh kelas Candra. Sebagai striker, Candra adalah orang pertama yang menendang bola. Dia menendangnya pada Izza, anak ekskul futsal yang menempati sayap kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With Cindy
Teen Fiction"Gini, aku suka sama kamu, jadi bisa nggak bales perasaanku?" Cindy secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya. "Nggak," jawab laki-laki itu tegas. "Kalau gitu aku minta 30 hari dari kamu. Siap-siap aja karena dalam jangka waktu tersebut aku b...